nomor 18

82 27 1
                                    

Mari kita flashback sebentar :v

*
Ahay

*
*
*

20 menit sebelum kematian soodam

"Sudah bangun?" secara perlahan, mata soodam yang tadinya tertutup mulai terbuka. Dia sedikit menyimpitkan matanya karna penglihatannya sedikit kabur tadi.

"Dita?" Setelah seluruh kesadarannya terkumpul, soodam terkejut. Dita memegang benda tajam ditangannya, dan kondisi kaki dan tangan soodam saat itu sedang terikat.

Dia tak bisa melakukan apapun meskipun sangat ingin meneriaki Dita. Karna soodam paham betul arti tatapan dan senyuman sinis itu, Dita tidak berniat melepaskannya.

"Kau kenal rumah ini kan?kau juga pasti kenal pria itu?" Dita menunjuk menggunakan pisau di tangannya, dan soodam yang memang sudah tau kemana arah tunjuk pisau itu hanya bisa menghela nafas lelah.

Susah-susah dia menutupinya, kenapa harus Dita yang pertama kali tau tentang hal ini?

"Apa yang coba kau sampaikan" sangat soodam sekali, memang sudah seharusnya dia begitu.

Tidak ada harapan, Dita terlihat seperti orang yang enggan memaafkannya.

"Kenapa kau melampiaskan kemarahanmu padanya? Kau lupa ya kalau aku masih menjalin hubungan dengannya juga?" mendengar hal itu, soodam hanya bisa tersenyum miris.

Pertanyaan bodoh macam apa itu?

"Kau sudah tau jawabannya" soodam memilih mengalihkan pandangannya, dia tidak sudi memandang Dita lebih lama lagi.

"Apa? Jawaban apa? Kau tak mau melampiaskan kemarahanmu padaku karna aku temanmu? Bukan, bukan itu kan?" soodam menghela nafas kasar, dia sensitif sekali dengan topik pembahasan ini. Dan Dita seakan sengaja terus membahas topik-topik yang dia benci.

"Haruskah aku jujur?apa yang aku dapat jika menjawab pertanyaanmu dengan jujur?" soodam tak berniat menantang, dia juga sebenarnya takut dengan pisau ditangan Dita.

Hanya saja, untuk saat ini. Dia merasa tidak akan ada harapan apapun untuknya, Dita mungkin akan membunuhnya sebentar lagi.

"Kematian yang lebih lembut? Menarik bukan? Daripada rencana awalku yang mau membakarmu hidup hidup" soodam tak terkejut lagi mendengar hal itu, dia terlihat sudah sangat siap menerima nasib yang akan menimpanya nanti.

"Oke, aku hanya memberinya hukuman" soodam sedikit menghendikan bahunya, dia tidak peduli respon Dita akan seperti apa setelah mendengar jawabannya ini.

"Hukuman karna telah berselingkuh denganku?" Dita terlihat bodoh saat ini, seharusnya dia terus bodoh begini saja agar semua hal buruk ini tidak terjadi pada mereka.

"Kau pikir aku sebuta itu?" orang berpendidikan tinggi sepertinya tidak cocok membunuh manusia hanya karna rasa kecewa, lagipula orang yang menjadi teman selingkuh pacarnya itu adalah Dita. Dita, adalah teman dekatnya.

Dulu...

"Lalu? Apa alasan lainnya?" Dita bertanya dengan nada yang dingin, sejujurnya dia juga tidak suka membahas kembali hal-hal mengenai pria yang sudah mati itu.

The Secret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang