⚠nomor 16⚠

104 27 18
                                    

peringatan dichpt 13 kembali berlaku disini⚠

Please be smart


Aga ngilu aku pas buat

*

*

"Kau ada disana tapi tidak melakukan apapun?" Denise bertanya dengan wajah tidak percaya, dia benar-benar bingung dengan dita.

Perempuan itu hanya diam menyaksikan? Menyaksikan jinny yang merenggang nyawa ditangan léa?

"Memangnya kau mengharapkan apa dariku?" Dita balik bertanya, senyumannya timbul ketika Denise menatap nyalang dirinya.

"Jinny bersedia membantumu, dia bahkan rela mati disaat dia bisa saja hidup dengan cara mengkhianati janji yang dia buat untukmu" Suara Denise terdengar marah, namun apa respon yang dita berikan? Tawa, dita menertawakan ucapan Denise.

"Bersedia membantu apa? Membantuku masuk ke jeruji besi?" Pertanyaan dita berhasil membuat Denise bungkam, dia tak mengerti apa yang dita maksudkan.

Apa maksudnya membantu masuk ke dalam jeruji besi? Bukankah Justru jinny mau membantu dita menyelesaikan permasalahannya dengan léa?

"Tidak mengerti ya?" Dita tersenyum sinis, seakan meledek wajah bingung Denise. Dia paling tidak suka jika ada orang lain yang bertingkah sok tau didalam hidupnya.

"Kenapa kau diam saja hm?" Dita melirik kearah léa, pipi itu rupanya masih meneteskan darah segar.

"kau tidak perlu bingung lagi, sekarang sudah tau kan darimana aku tau kalau kau yang menyembunyikan ponselnya jinny?" Dita berjalan menjauh, mengambil sebuah tangga lalu menurunkan mayat soodam yang sejak tadi menggantung diudara.

"Nah jinny dan soodam harus menyaksikan kematianmu" Dita menyeret mayat soodam mendekat ke arah mayatnya jinny, Sikap santainya terlihat seakan tidak terganggu sama sekali degan bau mayat diruangan ini.

Tenang, Dita tampak tenang-tenang saja sejak tadi.

"Ada kata-kata terakhir?" Dita melirik kearah Léa yang hanya diam memandangi kedua mayat temannya dengan pandangan mata yang kosong, entah apa yang ada didalam pikiranya.

"Dita, kenapa kau melakukan semua ini?" Itu suara Denise, bukan léa.

Léa sejak tadi hanya diam saja, benar-benar tidak membuka suara. Bahkan matanya saja tidak bergerak, hanya terus memandang satu objek.

"Kau mau mati? Aku bertanya pada léa" Dita menoleh kearah Denise, dia memberikan senyuman santai seakan-akan ucapannya itu tidak berarti apa-apa.

"Terserah padamu, aku tidak peduli dengan masa depanku" Mendengar jawaban itu, Dita hanya tersenyum miring. Kepalanya mengangguk-angguk, sedikit meledek ucapan Denise.

"Bukankah semua yang aku lakukan sudah jelas ya alasannya? Aku membunuh soodam karna dia sudah membunuh pacarku, kalau jinny kan bukan aku pelakunya" Suara Dita semakin terdengar meledeknya, Denise jadi sedikit terpancing emosi sekarang.

"Kau hanya diam saja ketika léa menusuk jinny, padahal kau bisa menghentikannya. Kau bisa menyelamatkannya" Menyelamatkan? Untuk apa? Pertanyaan Denise hanya kembali memancing tawa Dita saja, karna bagi Dita ucapan Denise sangat menggelikan.

"Seperti kataku tadi, untuk apa aku membatu orang yang berniat memenjarakan ku?" Hening. Baik Denise ataupun léa, keduanya tidak menyauti ucapan Dita.

The Secret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang