BAGIAN 5

128 10 0
                                    

"Hehehe...! Sombong benar kau, Bocah! Boleh jadi orang lain gentar dan silau dengan kepandaianmu! Namun bagiku kau tidak kupandang sebelah mata...!" balas Kuntarawang menggertak sambil memainkan tongkat ular di tangannya.
"Aku tahu nama Pendekar Rajawali Sakti cukup disegani dalam dunia persilatan.... Tetapi Setan Hitam tidak percaya sebelum menjajalnya sendiri. Maka bersiaplah menerima seranganku ini...!" timpal Sakurang sambil mengejangkan tangan sampai terdengar suara berkerotokan dari tulang belulangnya.
Ketika ucapan Setan Hitam selesai, Kuntarawang menyodokkan tongkatnya ke arah perut Rangga. Namun cepat bagai kilat, Rangga memiringkan tubuhnya. Sehingga tongkat ular itu hanya lewat beberapa jari saja dari tubuhnya. Tetapi sekarang Setan Bungkuk tidak berhenti sampai di situ saja. Dengan memutar, tongkat ditangannya berbalik menghantam kaki. Berbarengan dengan datangnya serangan, Setan Hitam mengirimkan serangan tangan kosong yang berisi racun hitam sangat ganas.
Rangga merasakan tekanan kuat dari kedua orang sesat tersebut. Dengan cepat, digunakannya jurus 'Sembilan Langkah Ajaib'. Tubuhnya langsung meliuk-liuk ke sana kemari bagaikan orang mabuk. Dan nyatanya kedua serangan itu luput dari sasaran walau Rangga terlihat terdesak.
Melihat Rangga terdesak, Rajawali Putih segera menerjang sambil mengepakkan sayap. Angin keras menderu tajam langsung menyambar tokoh sesat itu. Maka segera Sakurang dan Kuntarawang menggabungkan tenaga dalam, untuk menahan serangan dahsyat Rajawali Putih.
Namun apa yang terjadi? Ternyata tenaga gabungan mereka berdua tidak sanggup menahan dorongan tenaga hewan raksasa yang memiliki tenaga luar biasa itu. Kedua tokoh sesat itu terpelanting ke belakang sampai beberapa tombak. Sambil merambat bangun, keduanya mengawasi Rajawali Putih dengan raut wajah penuh kemarahan.
Sekali mengepakkan sayapnya, rajawali raksasa itu terbang tinggi ke udara dengan kecepatan luar biasa. Namun tiba-tiba tubuhnya menukik, menerjang ke bawah.
"Heaaat...!"
Sambil berteriak keras, kedua tokoh sesat itu menyambuti serangan Rajawali Putih. Kedua tangan mereka segera menghentak. Maka saat itu juga meluncur dua rangkum angin berbau amis.
Rangga yang cepat menyadari ketidakberesan, serangan itu segera menghentakkan tangannya dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' untuk memapak. Maka saat itu juga dari kedua tangannya, meluncur dua sinar merah. Lalu....
Blam...! Blam...!
Dua ledakan keras menggelegar terdengar ketika pukulan-pukulan mengandung tenaga dalam tinggi bertemu. Batu dan daun-daun kering beterbangan kesana kemari. Sementara kedua tokoh sesat itu terpental kebelakang beberapa langkah. Tangan mereka terasa sakit dengan dada sesak. Darah segar terasa akan tumpah dari mulut.
"Khraaagkh...!" Sedangkan rajawali raksasa itu sendiri begitu terjadi benturan, cepat membelokkan arah terjangannya. Dan tubuhnya langsung melayang ke atas.
"Menjauhlah, Rajawali.... Jangan ikut campur dalam urusan ini. Biarlah mereka aku yang menghadapi...!" teriak Rangga sambil memandang ke angkasa. Lalu tatapannya beralih pada dua tokoh sesat itu.
Sementara itu kedua perwira Kerajaan Sekar Kuning setelah selesai bersemadi segera menghampiri Rangga. Mereka menyatakan terima kasih pada Pendekar Rajawali Sakti. Ketika mereka menyatakan diri untuk ikut membantu, Rangga mencegah dengan halus.
"Paman berdua, menepilah.... Biar setan-setan ini aku yang menghadapi...! Lagi pula mereka terlalu berbahaya. Biar aku akan coba menangkapnya...!" ujar Pendekar Rajawali Sakti, tanpa maksud merendahkan.
Menyadari kalau kepandaiannya terpaut jauh di bawah kedua tokoh sesat itu kedua perwira Kerajaan Sekar Kuning ini tanpa sungkan lagi menepi sambil menyaksikan apa yang akan dilakukan Pendekar Rajawali Sakti.
Pada dasarnya Sakurang dan Kuntarawang sedang berang. Maka tanpa membuang waktu lagi mereka berkelebat menyerang Pendekar Rajawali Sakti secara berbarengan.
"Chiaaat!"
"Yeaaah!"
Tongkat di tangan Kuntarawang bergulung-gulung mengincar tempat yang mematikan. Sedangkan pukulan beracun Sakurang yang mengandung racun mematikan, berseliweran membendung jalan keluar Pendekar Rajawali Sakti. Kemana pun Rangga bergerak mengelak, serangan mereka selalu memburu.
Untuk menghindari serangan susulan berikutnya, Rangga berjumpalitan beberapa kali. Dan begitu mendarat Pendekar Rajawali Sakti langsung mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib' kembali. Tubuhnya tampak terhuyung-huyung ke sana kemari bagaikan orang mabuk. Anehnya tak satu serangan pun yang berhasil menemui sasaran. Hal itu membuat kedua lawannya penasaran setengah mati.
"Yeaaah...!"
"Saaat...!"
Dengan rasa geram, kedua tokoh itu mulai mengerahkan jurus-jurus yang dipelajari dalam lorong. Serangan mereka dahsyat bukan main. Suara babatan tongkat milik Kuntarawang terdengar menderu-deru. Tangan kirinya yang berisi pukulan ilmu 'Racun Merah' turut mengancam keselamatan Rangga.
Zeb! Zeb! Zeb!
Sementara itu, angin pukulan dan suara jurus tangan kosong Sakurang terasa menyakitkan telinga. Bahkan sempat mengacaukan jalan pikiran Rangga. Untuk Sementara Pendekar Rajawali Sakti hanya mampu mengelak ke sana kemari dengan mengandalkan jurus mengelaknya yang aneh. Kadang kala tubuhnya roboh ke depan, lalu terjengkang ke belakang bagaikan hendak jatuh.
Pertarungan berlangsung semakin seru dan mencekam. Memang, jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', masih terlihat tangguh bagi Sakurang dan Kuntarawang. Terbukti semua serangan mereka tidak berhasil menyentuh tubuhnya.
Dengan menggeram gusar, Setan Hitam melenting ke belakang beberapa langkah. Begitu mendarat, tiba-tiba tangannya bergerak cepat melemparkan binatang-binatang berbisa dari kantung bajunya ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
Set! Set!
"Awas...! Itu binatang beracun.... Jangan tangkap benda itu. Sangat berbahaya bagi keselamatan dirimu...!" seru salah seorang perwira yang terus memperhatikan jalannya pertarungan.
"Terima kasih...! Heaaa...!"
Tap! Tap!
Rangga yang sesungguhnya sudah tahu benda apa yang sedang meluncur dari Kuntarawang ke arahnya, segera mengerahkan tenaga dalam serta jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' pada kedua tangannya. Sinar merah membara tampak membaluri kedua tangannya.
Bressst...!
Dengan tangkapan Pendekar Rajawali Sakti, membuat binatang-binatang berbisa itu hangus dan berjatuhan ke tanah setelah meremasnya.
Pada saat yang sama, Setan Bungkuk berkelebat membokong sambil membabatkan tongkat ularnya.
Pendekar Rajawali Sakti yang merasakan angin sambaran dari belakang cepat berbalik. Seketika tangan kirinya bergerak menyentil dengan kecepatan luar biasa, dan dengan tenaga dalam tinggi.
Tik!
"Heh?!"
Tongkat Kuntarawang langsung terpental. Bahkan tangannya sampai terasa kesemutan. Belum juga Setan Bungkuk bisa menghilangkan keterkejutannya, Pendekar Rajawali Sakti telah berkelebat sambil melepas tendangan berisi tenaga dalam penuh. Sementara kedua tangannya menghentak, dengan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
Diegkh...!
"Wuaaakh...!"
Tepat ketika tendangan Pendekar Rajawali Sakti mendarat di wajah Setan Bungkuk, selarik sinar kemerahan melesat ke arah Setan Hitam. Begitu cepatnya sehingga tak sempat dielakkan lagi oleh Sakurang.
Desss!
"Aaakh...!"
Tak ampun lagi kedua tokoh sesat itu terpental deras ke belakang. Dari sela-sela bibir, tampak menetes darah segar. Sambil merangkak bangkit, mereka menatap Pendekar Rajawali Sakti dengan sinar mata penuh dendam. Dan bagai diberi aba-aba mereka berbalik, lalu melangkah pergi dari tempat ini.
Sementara Rangga tidak berusaha mengejar. Malah dia menghampiri dua perwira Kerajaan Sekar Kuning.
"Kisanak tentu yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti. Hmm.... Kami mengucapkan terima kasih atas pertolonganmu, Pendekar Rajawali Sakti! Kalau tidak ada pendekar, entah apa yang akan terjadi dengan kami...?!" ucap salah seorang perwira sambil membungkukkan tubuhnya.
"Sudahlah, tak perlu paman berdua memanggilku demikian. Panggil saja aku Rangga. Hm.... Tentang mereka, biarlah mendapat kesempatan hidup beberapa saat lagi. Namun yang Jelas aku tak akan membiarkan sepak terjang mereka selanjutnya...," ujar Rangga.
"Kau kurang paham tentang mereka, Tuan... eh! Rangga. Mereka terlalu kejam dan tidak berperikemanusiaan. Sudah banyak prajurit kerajaan yang binasa di tangan kedua iblis itu! Pokoknya pihak kerajaan telah dibuat pusing. Mereka sudah sepantasnya mati...!" timpal perwira kerajaan satunya.
"Kalau begitu, maafkan. Hm... berarti aku telah membuat mereka lolos dari tempat ini. Tapi seperti yang kukatakan, aku berjanji kelak akan menangkap mereka untuk kalian nanti...!" tegas Pendekar Rajawali Sakti.
"Tapi kau tidak bersalah Rangga...!" tukas perwira itu.
"Sudahlah..., jangan diributkan lagi. Sekarang aku hendak minta diri karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan..!" ujar Rangga, sambil tersenyum.
Setelah saling memberi hormat, mereka berpisah. Dalam sekali berkelebat saja, Pendekar Rajawali Sakti telah jauh dari tempat itu. Sementara kedua perwira kerajaan itu menggeleng-geleng dan berdecak kagum melihat kepandaian Pendekar Rajawali Sakti yang sudah sangat tinggi.

***

Beberapa purnama berikutnya, keadaan dunia persilatan mulai tenang dan tidak terjadi apa-apa. Kedua tokoh sesat yang selama ini menggegerkan seolah-olah lenyap ditelan bumi. Padahal mereka berdua sedang mengobati luka dalam yang diderita, akibat bertempur dengan Pendekar Rajawali Sakti.
"Gila.... Kepandaian pendekar itu benar-benar di luar dugaan! Sampai-sampai kita berdua tidak sanggup menghadapinya...!" kata Kuntarawang sambil mendengus gusar.
"Benar...! Ilmu yang dimiliki sangat luar biasa...! Kita harus berhati-hati menghadapinya. Kalau bisa, jangan sampai berbenturan dengan pendekar sakti itu.... Hal itu dapat mengacaukan keadaan kita!" sahut Sakurang.
"Iya.... Lebih baik perhatian kita dipusatkan pada kedua bocah yang berada dalam lorong ku-buran terlarang tempo hari. Kedua bocah itu pasti mendatangkan bahaya pada kita kelak...!" kata Kuntarawang lagi.
"Itu tidak dapat dipungkiri lagi, karena mereka pasti akan membalaskan dendam bagi Sangka Lelana.... Lalu apa yang harus kita lakukan terlebih dahulu...?!" tanya Sakurang.
"Kita tunggu keadaan saja. Kalau memungkinkan, kita serbu lorong kuburan itu...! Kalau berbahaya, kita tunggu sampai mereka berada di luar!" tandas Setan Bungkuk sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya.
"Bagaimana kalau kita minta bantuan paman guruku yang bermukim di Gunung Merapi...?" usul Setan Hitam.
"Paman gurumu? Apakah dia yang bernama Cakra Dana dan bergelar si Tangan Api...?!" Kuntarawang balik bertanya.
"Benar.... Kurasa, bila dia bersedia turun tangan, segala pendekar murahan seperti Pendekar Rajawali Sakti itu tidak akan ada gunanya lagi! Mereka bagaikan sekumpulan serangga yang hendak menerjang api unggun...!"
"Hahaha...! Kenapa kita masih membuang-buang waktu? Mari kita pergi ke sana untuk minta bantuan...!" ajak Kuntarawang dengan pandangan mata cerah.
Tanpa membuang waktu lagi mereka berdua segera mengalihkan perjalanannya menuju ke Gunung Merapi. Di sanalah tokoh yang menjadi datuk kaum sesat bermukim. Siapa pun akan menyingkir bila mendengar nama Cakra Dana disebutkan.

***

178. Pendekar Rajawali Sakti : Satria Pondok UnguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang