Selama pelajaran berlangsung Mason sama sekali tidak bisa fokus ke pelajaran yang sedang diajarkan. Patah hati yang berlarut itu menyisakan kesedihan yang membekukan semangatnya untuk sementara. Pelajaran Bahasa Inggris yang tengah disampaikan oleh Bu Leni seakan menjadi dongeng pengantar tidurnya. Karena tidak lama setelah Bu Leni mulai memberikan materi, Mason mendadak mengalami kantuk berat dan akhirnya tertidur pulas.
Tet... teet.. teet...
Suara bel istirahat telah berbunyi. Para siswa di kelas XI IPA 4 berteriak kegirangan karena pelajaran telah selesai dan berganti dengan jam istirahat. Dengan lesu Mason pergi ke kantin sekolah untuk makan siang. Kebiasaannya setelah tertidur pulas Mason akan mengalami rasa lapar.
Dia berjalan menuju kantin timur, karena kebetulan disekolah itu terdapat dua kantin. Masing-masing berada di sebelah timur, samping ruang perpustakaan dan sebelah barat sekolah.
Suasana kantin penuh sesak dengan para siswa yang mengantri membeli makanan atau minuman. Nyaris tidak ada bangku kosong yang bisa dia duduki untuk menikmati makanan. Setelah sejenak berfikir Mason pindah ke kantin sebelah barat sekolah yang terletak disamping tempat parkiran sepeda. Suasana disana ternyata tak jauh beda. Namun tidak separah seperti di kantin sebelah timur. Di kantin barat masih ada beberapa meja kosong yang bisa di duduki Mason untuk menikmati makan siangnya.
"Soto ayam satu buk," kata Mason kepada penjual makanan di kantin.
"Baik nak, tunggu sebentar ya," jawab sang penjual sambil meracik semangkuk soto pesanannya.
Tak berapa lama semangkuk soto telah tersaji untuk Mason. Matanya memindai seluruh penjuru ruang kantin untuk mencari tempat duduk yang masih tersisa. Dia bergegas menuju meja yang berada di paling pojok. Memang hanya itu yang tersisa.
Suap demi suap nasi soto hangat berpindah ke perutnya. Soto yang dengan tingkat kepedasan maksimal itu membuat selera makannya naik. Namun semua itu tak bertahan lama saat indra pendengarannya mendengar sebuah suara yang sangat tidak asing baginya.
"Sayang, pulang sekolah kamu nanti jadi ikut seleksi?" tanya suara wanita kepada cowok disebelahnya. Keduanya duduk tepat di meja yang berada di depan Mason. Sayang dia hanya bisa melihat punggung keduanya.
"Iya sayang, nanti aku jadi ikut seleksi majalah sekolah kok," jawab cowok itu sambil sesekali membelai rambut lawan bicaranya, Mesra sekali.
"Elena juga mau ikut seleksi ya sayang, boleh?"
"Boleh kok sayang, siapa tahu kita bisa satu organisasi," jawab cowok itu lagi.
Mason semakin patah hati melihat drama bucin di depannya. Memang tak salah lagi, pasangan yang sedang bermesraan di depannya adalah Elena dan pacar barunya. Cowok itu bernama Roy Erlangga, pemimpin ekskul majalah dinding yang diikutinya.
Mendadak selera makan Mason hilang seketika, soto yang masih tersisa separuh porsi kini hanya diaduk-aduk olehnya. Ketika Mason selalu berusaha menjauh dan melupakan Elena, takdir seakan selalu mempertemukan mereka. Walau pun Mason menjadi kaum yang harus tersakiti karena kemesraan Elena dengan pacar barunya.
Tet.. teet.. teet...
Suara bel berbunyi kembali. Para siswa segera berjalan menuju ruang kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Mason segera berjalan menuju kelasnya dan mempersiapkan mentalnya menghadapi ulangan matematika. Pelajaran yang menjadi monster bagi Mason.
Disisi lain, dia juga penasaran tentang seleksi majalah sekolah yang dibicarakan oleh Elena dan Roy. Dirinya tertantang untuk ikut seleksi juga dan memperebutkan kursi pemimpin redaksi. Tekadnya hanya satu, membuktikan bahwa dia bisa bersinar walau tanpa Elena disisinya.
"Bro, kamu tahu info seleksi majalah sekolah nggak?" tanya Mason kepada Mateo, teman sebangkunya.
"Oh, aku kurang tahu, coba kamu tanya Heru aja." jawab Mateo sambil menunjuk bangku Heru, sang ketua OSIS di SMA tersebut.
Kelas XI IPA 4 memang spesial. Karena ada 2 pemimpin organisasi dan 3 ketua ekskul inti di sekolah yang berada di kelas tersebut.
"Oke deh nanti aku coba tanya ke dia," ucap Mason sambil membuka buku matematikanya.
Otaknya dipaksa untuk belajar dan memahami rumus agar bisa mengikuti ulangan dengan lancar. Namun rasa penasaran tentang seleksi majalah sekolah itu malah seakan mengganjal dipikirannya.Tak berapa lama Mason berdiri dan menghampiri Heru. Dia butuh jawaban agar bisa tenang dan fokus dalam belajar.
"Her, kamu tahu info tentang seleksi majalah sekolah kan?" tanya Mason kepada Heru.
Heru hanya menganggukkan kepala sambil melahap makanan ringan yang dibelinya sebelum bel masuk kelas. Siswa yang satu ini memang terkenal doyan banget makan. Dimana ada Heru, pasti ada makanan yang dibawanya.
"Kapan seleksinya dimulai?" tanya Mason sekali lagi.
"Nanti jam 2 siang, kamu ikutan aja Son, kamu kan pandai tuh buat puisinya." ucap Heru yang nampaknya tahu jalan pikiran Mason.
"Aku emang mau ikut Her, makasih infonya," ucap Mason sambil berjalan kembali ke bangkunya.
***
Sudah dari jam 1 siang Mason bersiap di aula sekolah, tempat diadakannya seleksi majalah sekolah. Nampak ada sekitar 40 orang yang mengikuti seleksi termasuk Elena dan Roy. Sial, Mason mendapat tempat duduk dibelakang kursi yang diduduki Elena dan Roy lagi. Hatinya semakin remuk melihat kemesraan mereka untuk ketiga kalinya.
"Selamat siang dan selamat datang di acara seleksi anggota redaksi majalah. Karena ini merupakan tahun pertama berdirinya organisasi majalah disekolah kita, saya harap organisasi ini bisa sukses dan maju kedepannya." sambut kepala sekolah yang tengah berpidato membuka prosesi seleksi yang akan berlangsung seminggu kedepan.
"Sayang semoga kamu bisa menjadi pemimpin redaksi disini ya," bisik Elena kepada Roy. Namun bisikan itu dapat jelas terdengar oleh telinga Mason.
"Doakan aku sayangku," jawab Roy singkat.
Mason menjadi semakin muak terhadap keduanya. Apalagi ketika mereka bermesraan seperti sekarang. Namun apa daya, Mason hanyalah mantan. Serpihan masa lalu yang hanya untuk dikenang, atau mungkin telah terlupakan.
"Aku juga akan buktikan kepada kalian berdua, bahwa akulah yang akan menduduki tahta pemimpin redaksi majalah nanti." ucap Mason dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku (Masih) Sayang Kamu
RomanceKukira aku berhasil melupakanmu, bahkan menghapus semua tentangmu. Kenyataannya, bayang-bayangmu selalu mengikuti setiap langkahku. Sejauh apapun aku mencoba pergi, namun takdir seakan memaksaku untuk selalu kembali padamu. Aku (Masih) Sayang Kamu