"Nih." Mami tiba-tiba menyerahkan tas kain berisi kotak makan ke arahku.
"Apaan nih?" kataku mengerjapkan mata berkali-kali.
"Kotak makan."
"Mi, please deh," ucapku males banget seakan sudah tahu isi kepala Mami.
"Kasih ini ke tetangga depan." Mami memperjelas kalimatnya kemudian berleha-leha di sofa lalu menyalakan TV.
"Kok aku? Males ah!" kataku.
Aku hanya ingin menghemat energi daripada harus makan ati sama tetangga depan rumahku itu. Tidak masalah kalau yang menerima adalah Sean tapi kalau Evan....haduh! Thank you, next.
Sebenarnya aku dan Evan belum pernah berbicara. Kami hanya saling berpandangan satu sama lain kalau tidak sengaja keluar rumah bersamaan. Tapi menurutku tatapan Evan sudah terasa menyebalkan. Terutama ketika aku dan Sean sedang mengobrol. Ia akan berdiri di belakang kembarannya sambil menyilangkan tangan dan menatapku tajam dari atas sampai bawah.
"Kasian loh mereka, Sar. Papa sama Mamanya lagi diluar negeri. Mereka cuma tinggal berdua." Entah ada angin apa tiba-tiba Mami bercerita demikian.
"Makanya kalau pamit belanja sayur lama banget ternyata ini hasilnya," sindirku.
"Heh!" Mami melotot ke arahku tapi kemudian balik chill lagi.
Aku sih sudah biasa dengan kelakuan beliau yang ajaib ini.
"Kembarannya itu kelihatannya cuek tapi rajin loh, Sar. Dia tiap pagi belanja bareng Mami sama ibu-ibu lain juga," kata Mami.
Aku membelakkan kedua mata. "Evan?!"
"That's right!" Mami menjentikkan jari, "Ah akhirnya inget juga namanya. Bener namanya Evan. Aduh lupa terus Mami."
"Seriusan si Evan tiap pagi belanja, Mi?" tanyaku menahan tawa karena tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi cowok itu ketika bergerombol bersama kawanan ibu-ibu komplek.
Mami mengangguk. "Beda pol sama anak perawanku yang tiap pagi masih ngiler."
Aku masih bisa menahan diri. Sabar. Huruf S di depan namaku memang diperuntukkan untuk Sabar. Sarah, S untuk Sabar.
"Dia sendiri yang cerita kalau mereka pindah karena permintaan Papanya yang lagi di Dubai. Perumahan kita 'kan strategis. Lumayan dekat sama bandara." Mami melanjutkan, "Jadi nanti kalau orang tuanya pulang nggak makan waktu lama buat ketemu. Katanya gitu sih."
Aku hanya mengangguk-angguk. Iyain aja adalah jalan ninjaku.
"Dih harusnya kamu berterima kasih sama Mami karena sudah membagikan informasi penting. Memangnya Mami nggak tahu kalau kamu naksir kembarannya Evan?"
Skak mat!
"Mi, aku nganter makanan dulu ya." Aku buru-buru menghindar.
"Tapi Mami setuju-setuju aja sih soalnya kalau ntar kamu nikah sama kembarannya Evan, Mami bisa berpeluang besar dapat cucu kembar. Kan lucu banget nanti bisa didandanin," kata Mami semakin menjadi-jadi.
"MAMI AKU PERGI DULU YA DAHHHHH!"
"SARAH, MAMI BELUM SELESAI NGOMONG!"
[ Sean and His Twin, nthemoodnightj ]
![](https://img.wattpad.com/cover/270588338-288-k27100.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean and His Twin [1]
FanfictionAku menyukai Sean, tetapi kembarannya yang bernama Evan tidak menyukaiku. Apa yang harus aku lakukan? ▶ Previous title : San and His Twin | San, Wooyoung [ATEEZ] ° ATEEZ Local Mini Story Project by nthemoodnightj ° Start : 18 Juli 2021. ° End : 26...