02

9 2 0
                                    

"Bukan ikhlas, tapi terbiasa."
-Senja Camellia

02(Terbiasa)

Pagi ini Senja bangun lebih awal dari biasanya, bahkan gadis itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Senja menuruni tangga dengan langkah pelan, membuang nafas panjang. Hal pertama kali yang ia lihat adalah sunyi dan sepi.

Di rumah besar dan mewah itu, hanya dihuni oleh Senja sendiri meskipun nanti siang akan ada pembantu dan supir.

Tin

Tin....

"Senja, main yok!" teriak sekaligus candaan keluar dari mulut Arka yang baru saja turun dari motornya, rumah mereka berjarak enam rumah. Lelaki itu berteriak tepat di depan pintu yang masih tertutup rapat itu.

"Ga usah teriak juga, kan ada bel," ucap Senja membuka pintu dengan menenteng tas sekolahnya.

"Mau kemana lo?" tanya Senja saat Arka dengan seenak jidatnya masuk rumah, disaat pemilik tidak menawari.

"Ngopi." Badan Arka tertahan oleh Senja yang menggenggam ransel sekolahnya.

"Katanya mau berangkat pagi," ujar Senja menyeret Arka keluar rumah, bukannya marah Arka justru terkekeh geli.

"Kepagian sayang." Kini giliran Arka yang menahan langkah Senja, dan menyeret gadis itu untuk memasuki rumah.

"Tau gini bangun siang deh," gerutu Senja saat tangannya digenggaman lebih tepatnya ditarik secara lembut, untuk memasuki rumah kembali dan langkah Arka membawa Senja menuju dapur.

"Duduk dan diem!" perintah Arka memaksa Senja agar duduk di kursi di kursi dengan tenang.

"Gue tau lo belum sarapan kan, makanya gue jemputnya pagi banget. Biar bisa bikinin lo sarapan." Arka memang perhatian kepada sahabatnya yang satu ini. Perhatian kecil yang membuat hati Senja menghangat.

Senja adalah sahabat perempuan Arka, Arka tidak memiliki teman perempuan selain Senja. Bagi Arka, Senja adalah sahabat terbaiknya begitu juga sebaliknya.

"Mau sarapan pakai apa?" Arka memakai celemek dengan tangan memegang pisau, dirinya menatap Senja yang sedang berfikir.

"Terserah Arka, apa pun masakannya pasti Senja makan," jawab Senja dengan antusias, memang dirinya selalu memakan apapun yang di masak oleh Arka.

'gemes anjir' batin Arka, rasanya dirinya ingin mencubit pipi Senja sekarang juga.

"Senja kan ga bisa makan udang, nanti kalau Arka masakin udang gimana hayo?" goda Arka, Senja alergi terhadap olahan makanan yang berisi udang.

'ngapain gue ikut-ikutan' Arka membatin saat baru menyadari jika, gaya bahasa menirukan gaya Senja.

'tapi ga papa sih'

"Mana mungkin," ledek Senja, sahabatnya itu mengetahui apa yang  dia suka dan yang tidak di suka.

"Bener juga, mana tega gue lihat Senja sakit," gumam Arka. Setelah berucap seperti itu tangannya dengan cekatan membuat nasi goreng, jarang-jarang dirinya memasak nasi goreng karena, biasanya dirinya akan memasakkan Senja makanan yang berkomposisi sayur semua.

Kegiatan Arka dalam memasak mengundang perhatian dari Senja, yang sedari tadi memperhatikan setiap gerak Arka. Kini kegiatan mereka berlalu dengan suasana dapur yang sunyi, kecuali suara peralatan yang digunakan Aksa.

Dari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang