16. Nyusul?

148 8 1
                                    

Istirahat kali ini Kei makan di kantin bersama Yugo, Gibran, dan Mark. Tidak, mereka yang bergabung dengan Kei. Sebenarnya hal itu bisa mengalihkan pikirannya dari kepergian Agatha secara tiba tiba.

Seminggu, bukanlah waktu yang lama. Namun Kei menghitungnya dengan cara per jam, jadi terasa lama baginya.

".... Aminah-- PUTRI TERCINTA!" nyanyian Mark berubah menjadi teriakan ketika Kei melempar botol minum ke badannya.

"Weh! Santai dong Kei!" timpal Yugo saat melihat Kei emosi.

Kei berdecak keras sambil memakan makanannya. "Lagi makan! Berisik! Kalau mau nyanyi sana di lampu merah!" kesal Kei.

Gibran menatap Kei yang tak bisa menahan emosinya, ia melihat Kei yang sedari tadi memegang ponselnya dan selalu melihat notifikasi ketika ponselnya berbunyi.

"Baru ditinggal sama eneng Agatha, lo udah frustasi gitu Kei." ledek Mark membuat ia melemparkan tatapan tajamnya.

"Telpon lah Agatha nya, emang kalau lo liatin tuh nomornya, Agatha langsung notice kalau lo lagi butuh perhatian." ucap Gibran memberi saran pada Kei.

"Eneng ku sayang, enggak pulang pulang, katanya kerja mencari uang, eneng dimana? Dengan siapa? Aku curiga. Tak ada-"

Pletak!

"Nyanyi sekali lagi, gue pukul lo Mark." ucap Kei tak main main, terlihat dari matanya yang membara marah.

Mark tentu saja langsung menciut ketakutan. Ia diam.

"Kei sekarang emosian. Enggak asik!" ucap Yugo.

"Gue hidup bukan buat nge-asik-in hidup lo." ucap Kei memutar bola matanya malas dan langsung beranjak pergi dari kantin.

••••

Kei mengacak rambutnya uring uringan, ia seperti anjing yang ditinggal majikannya pergi. Baru dua hari Agatha pergi, ia sudah seperti ini. Padahal biasanya Kei bersikap acuh saat Agatha ada di sampingnya.

Dari luar kelas Kei, cowok ubur ubur sedang memperhatikan kegelisahan Kei. Bagi mereka Kei hanyalah cowok jenius yang bodoh karena cinta. Menjijikan. Menyedihkan.

"Lo liat tuh temen lo. Kayak jones anjir." ucap Yugo.

"Emang begitu idupnya. Nolep. Kagak ada kerjaan. Padahal kan ada kita kita yang dengan senang hati nemenin dia." sahut Mark.

"Dia yang masih normal jijik ditemenin orang yang udah enggak straight kayak lo, Mark." timpal Yugo.

Gibran menghela nafasnya. "Coba lo hibur dia Mark."

Mark mendelik kaget. "Enggak! Tadi gue nyanyi dikit aja udah dijitak sama dia. Kalau gue dateng jatohnya bukan ngehibur tapi ngusik, bisa ditendang sampai neraka gue. Pokoknya enggak! Sakit tau jitakan Kei." ucap Mark menjelaskan.

"Dia ngeliatin nomornya Agatha doang, tapi enggak mau nelpon. Dia yang begitu. Dia yang galau." ucap Yugo.

"Padahal kan bisa kalau dia ada niatan nelpon." ucap Gibran.

Mark tiba tiba mengeluarkan ponsel dari saku celananya, ia teringat akan sesuatu. "Kenapa enggak kita aja yang telponan sama Agatha?" ucap Mark.

"Emang lo punya nomornya?" tanya Yugo tak percaya.

"Punya lah! Dia kan baik." ucap Mark.

Ia mencari kontak Agatha dan menekan tombol panggilan. "Yaudah. Buruan telpon!"

Sarcasm But CareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang