Semua orang memiliki sesuatu yang ingin dilindungi, aku pun juga begitu, Demi sesuatu itu, manusia akan melakukan segalanya, Orang yang mempunyai suatu tujuan terlihat sangat menyilaukan dimataku, seakan memaksaku untuk melepas Retina ku. Tetapi bagaimana dengan orang yang tidak memiliki sesuatu itu? Kau anggap apa orang yang hanya termenung memperhatikan semua orang mengejar tujuan nya itu? Bagiku orang itu hanyalah seonggok sampah, Orang seperti itu adalah tipe yang pada akhirnya akan menyerah dan menyalahkan nasib dan kehidupan atas apa yang dialaminya. Dan aku adalah salah satu orang itu.
Hidup membutuhkan tujuan, sesuatu yang berharga, hal yang membuatmu ingin menyerahkan "seluruh"mu demi hal itu, baik kekasih, janji, peningglan, tujuan hidup, dan masih banyak lagi. Namaku Yulis Ervin, biasa dipanggil Yuu, sekarang aku duduk di kelas 11. Sejak TK aku memiliki banyak mimpi dan tujuan yang ingin kuraih, keseharianku selalu dipenuhi dengan cahaya, tangis, dan tawa. Aku ingat pernah tidak tidur untuk belajar semalaman hanya untuk mendapat nilai tinggi agar diterima di SMP unggulan di daerahku, Membantu orang - orang disekitarku dengan harapan imbalan yang tidak seberapa untuk membeli mainan yang kuinginkan, bukannya keluargaku tidak mampu, aku hanya lebih suka jika aku mendapatkannya dengan usahaku sendiri. Tetapi semua mimpi dan tujuanku, direnggut secara paksa saat aku memasuki masa SMA ku.
Aku yang sekarang hanya lah anak SMA yang melewatkan hari - harinya dengan damai, tanpa memiliki dan tanpa kehilangan, dan jujur aku cukup menyukai hidupku yang sekarang, tetapi terkadang aku selalu terpikir jika hidupku terus seperti ini, apa yang akan terjadi padaku di masa depan? Memikirkan itu saja bisa membuatku yang dalam keadaan lapar kehilangan nafsu makan seketika.
Rabu, 7 Januari 2019. Aku berjalan kaki dari sekolahku sepulang sekolah, aku tidak bisa pulang karena seluruh keluargaku bekerja, ayahku yang bekerja sebagai pegawai negeri, Ibuku yang tidak kuketahui keberadaannya, dan kakakku yang pergi ke luar kota diumurnya yang ke 20 dan menghilang tanpa kabar. Hubungan ku dengan keluargaku tidak bisa ku jelaskan dengan kata - kata, kami tidak saling menjauhi, tetapi kami juga tidak akrab. Aku hanya ingin cepat menjadi dewasa dan pergi dari rumah yang terasa seperti menjeratku dalam kegelapan yang hampa itu, tanpa harapan, tanpa keinginan, hanya tertidur pulas di tempat tidur yang hanya setinggi setengah tubuhku. Selagi aku memikirkan itu, aku berjalan tanpa tujuan sampai waktu aku bisa kembali ke rumah, Disaat seperti itu aku melihat seorang gadis yang berdiri ditengah lapangan taman sembari terpana dengan tanah yang berada di bawah kakinya, dia tampak seperti menggumamkan sesuatu, disaat aku mendekatinya...
"Let..." Suara gadis itu samar
"Eh?" Refleksku
"Ingin Makan Omelet!!" Serunya
"...?" Aku hanya melihatnya dengan penasaran didekatnya. Setelah itu akhirnya dia menyadari keberadaanku.
"Ada apa?" Tanya gadis itu penasaran.
"Kau... Suka Omelet?"
"Ohh... iya."
"Kenapa kau tiba - tiba berteriak Omelet?" Akhirnya aku menanyakannya.
"Itu hanya kebiasaanku, jika kau meneriakkan apa yang kau inginkan, semangatmu akan naik bukan?" Ucapnya tersenyum.
"Yahh, kurasa begitu. Jika kau butuh semangat, apakah berarti kau sedang memikirkan sesuatu?" Tanyaku penasaran.
"Aku membelikan hadiah untuk ibuku, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tetapi aku gugup sekali untuk memberikannya."
Ohh begitu, kekhawatiran yang lucu.
"Kau menyayangi ibumu?"
"Tentu saja, Dia ibuku."
"Kalau begitu berikan saja, aku yakin dia akan menyukainya bahkan jika kau hanya memberi permen."
"Tapi, semua orang pasti ingin hadiah yang bagus kan?"
"Tentu saja, tetapi asalkan hadiah itu dari orang yang disayanginya, dia pasti menyukainya. Kau pasti juga begitu kan?" balasku tersenyum.
"Iya, kau benar, terima kasih ya! Aku jadi lebih baik."
"Senang bisa membantu, Kalau begitu aku pergi dulu."
"Tunggu dulu!" Serunya dengan nada lantang
Mendengar kata - katanya aku pun berbalik.
"Kulihat kau memakai seragam sekolahku, Namaku Evelyn Wihita. Aku kelas 11, kamu?"
"Yulis Ervin, 11 juga, salam kenal."
"Kalau begitu Yulis, apa kau mau ikut aku memberi hadiah ini untuk ibuku?"
"Hah? Kenapa aku harus ikut? Itu kan seharusnya di rayakan dengan keluarga."
"Anggap saja sebagai rasa terima kasih, kami membuat banyak makanan, mampirlah, tak perlu sungkan. Keluargaku semua orang yang baik kok."
"Kalau kau tidak keberatan, Baiklah."
Selama perjalanan aku terus memikirkan, orang mana yang mengajak orang lain yang baru pertama kali dia temui ke rumahnya? Ditambah lagi acara ulang tahun. Juga, kalau diperhatikan lagi dia ini cukup cantik, aku jadi heran bagaimana aku tak pernah mendengarnya, orang secantik dia harusnya ada satu atau dua rumor yang akan beredar, karna masa SMA adalah masanya remaja seperti kita mencari cinta. Sembari aku memikirkan itu kita pun sampai di rumahnya.
"Ibu belum dirumah, dia masih bekerja di Rumah Sakit, jadi kita akan mengagetkan dia saat datang.", Sambil semangat dia mengucap.
"Oh, kamu sudah pulang. Hm? Siapa dia?" Seorang pria dengan kemeja dan celemek muncul dari sebuah ruangan.
"Dia Yulis, yah. Aku mengajaknya merayakan ulang tahun ibu."
Tampaknya pria itu adalah ayah Evelyn.
"Maaf mengganggu pak, jika bapak tidak suka saya akan pulang saja."
"Oh tidak, justru aku senang, Eris pasti juga lebih senang jika orangnya lebih ramai." Ayah Evelyn mengatakan itu sembari tersenyum, senyumnya memaksaku menyadari kalau itu adalah senyum orang teramah yang pernah kulihat dalam hidupku.
"Ah, aku akan membantu menyiapkan mejanya." Dengan tergesa - gesa aku menghampiri ayahnya.
Setelah selesai menata makanan, kami pun mematikan lampu dan bersiap di posisi masing - masing, di ruang makan, meja makan terletak tepat ditengah ruangan. Aku berdiri dibelakang meja makanan menghadap pintu dengan Evelyn, sedangkan ayahnya berada tepat di depan meja makan dan belakang pintu sehingga saat pintu dibuka kami dapat membuat Ibu Evelyn terkejut.
Sembari menunggu kedatangan ibunya, aku memikirkan tentang Evenlyn dan ayahnya. Evelyn memiliki pribadi yang tenang dan seperti murid teladan, sedangkan ayahnya sangat ramah sampai - sampai aku berpikir, mungkin di kehiupan sebelumnya dia adalah pertapa agung yang hidup selama 200 tahun, Jadi pasti ibunya adalah orang yang teladan.
Setelah 10 menit menunggu, terdengar suara langkah kaki. Kami pun bersiap untuk mengeluarkan suara keras, tetapi tiba - tiba...
BAAAANNGGG!!!!
Pintu ruang makan didobrak dari luar sehingga menghantam ayah Evelyn dengan keras ke lantai. Di sisi lain dari ayah Evelyn, terlihat sesosok orang dengan kaos dan mantel berkerah bulu sepanjang paha dengan celana jeans panjang.
"AKU PULAAAANGG!!!" Wanita itu berteriak selayaknya pemimpin kavaleri ingin berperang.
"Hm?" Sambil terheran dengan ekspresi kami yang melihat kearah lantai, dia pun menyadari keberadaan seseorang.
"KENNYYYYYYY!!!!!" Wanita itupun menjerit sembari memeluk erat ayah Evelyn di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canary without a Voice
RomanceYulis Ervin adalah anak SMA laki laki biasa saja yang bisa kau temukan dimana saja. Suatu hari saat dia pulang sekolah, dia melihat seorang gadis meneriakkan makanan kesukaannya. Disitulah pertemuan yang akan merubah takdir Yulis dimulai.