Permulaan

12 2 0
                                    

    "BEEP BEEP! BEEP BEEP!"

     Pagi hari, alarm ponselku menunjukkan pukul 05.40 pagi. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap dan mengganti baju ku dengan seragam sekolahku. Lalu aku pergi ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan untuk ayahku. Disaat aku sedang menyiapkan makanan, ayahku pun menyusul ke ruang makan dengan Surat Kabar hari ini di tangan kirinya, kami jarang berinteraksi satu sama lain jika tidak ada yang penting untuk dibahas, seperti itulah setiap harinya aku saat berada dirumah.

Setelah menghabiskan sarapanku, aku pun bergegas ke sekolah dengan berjalan kaki. Selagi berjalan, aku pun teringat dengan Evelyn dan keluarga dirumahnya, kemarin memang sedikit merepotkan dengan ibunya tetapi aku tetap menikmati menghabiskan waktu dengan mereka. Sembari memikirkan itu, aku melihat Evelyn sedang berjalan dikaki bukit yang berjarak tidak jauh dari sekolah, aku pun menyapanya.

"Hey."

"Oh Yulis, Selamat Pagi." Evelyn membalas sapaanku dengan senyuman.

Ya... Dia cantik. Begitulah pikirku saat menatap senyumannya.

"Oh iya, ngomong – ngomong aku belum menanyakan kelasmu, kamu 11 apa?" Tanyaku.

"Aku di kelas 11-1."

"Wah, berarti kamu pintar ya."

Satu angkatan di sekolahku mempunyai 10 kelas dan diurutkan mulai dari kelas 1 sampai 10 dengan nomor 1 sebagai kelas "Unggulan".

"Kalau Yulis dikelas berapa?" Balasnya.

"Aku di 11-6, di kelasku penuh sekali dengan anak yang mer-"

Disaat aku ingin menyelesaikan kalimatku, ada seseorang yang menyapa sambil menepuk tangannya dengan kuat di pundakku.

"Yo, Yuu! Tumben berangkat sama perempuan, cantik lagi."

Orang yang menyapaku adalah Alan, teman sekelasku. Pertemuan kami serasa diikat oleh takdir. Kami bertemu dikelas 3 SD, dan entah kenapa sejak saat itu, kita tak pernah berbeda kelas. Dan di sampingnya ada adik kembar Alan, Elina. Tidak seperti kakanya yang heboh dan seakan akan mati jika tidak menggerakkan lidahnya selama 4 detik, Elina sangat tenang dan bisa diandalkan.

"Hai, Yuu. Kamu kenal Evelyn?" Sapa Elina.

"Ya, kita ketemu di taman kemarin, otomatis kenalan."

"Halo Elina, Selamat pagi." Evelyn pun juga menyapa Elina.

"Kurasa ini pertama kali kita ngobrol ya?" Balas Elina.

"Hah? Bukannya kalian sekelas? Ini sudah sekitar 6 bulan lo sejak kita jadi kelas 11." Tanyaku.

"Evelyn itu pendiam, dia juga cantik, wajar orang – orang jadi susah untuk bicara sama Evelyn. Palingan Yuu juga ngincar Evelyn kan?" Ucapnya terseyum kecil.

"Namanya juga Yuu, pasti dia tiba – tiba pengen punya pacar, terus kebetulan ketemu sama Evelyn, ya kan?" Ucap Alan sammbil menyiku ku dengan sikunya.

"Jangan samakan aku sama playboy yang terus – terusan ganti pacar tiap 3 minggu sekali."

Memang kesal untuk mengakuinya, tetapi Alan, atau lebih tepatnya si pasangan kembar Alan dan Elina ini adalah sosok yang biasa kalian sebut "Bibit Unggul". Alan memiliki wajah yang tampan ditambah dengan kemampuan atletisnya yang membuat dia jadi pemain utama voli di tahun pertamanya. Tidak lupa dengan Elina, Elina memiliki wajah yang bisa terbilang 5 tercantik diangkatanku, ditambah dengan kecerdasannya yang selalu menempati kelas unggulan tiap tahunnya. Tetapi mereka juga saling bertukar kelemahan, Alan sangat atletis, tapi kecerdasannya rata – rata, sedangkan Elina memiliki kecerdasan, tetapi sangat payah dalam berolahraga.

Canary without a VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang