Jalan Keluar

29 2 1
                                    

Pagi hari di sekolah, kami semua berkumpul di aula sekolah untuk mendengar perspektif OSIS tentang pantai yang mereka usulkan. Satu persatu murid memasuki aula, dalam sekejap lantai aula berubah menjadi lautan manusia, memenuhi seluruh ruangan. Cahaya matahari pagi seperti tersenyum, menembus jendela aula, menerangi wajah - wajah para murid yang beragam. Malas, antusias, frustasi, kelelahan, senang, mengantuk.

Kak Rena berdiri di atas podium, anggota OSIS lain mengikuti, berdiri dibelakang Kak Rena. Dibelakang Kak Rena ada 3 orang yang sedang berbaris menyamping, dua nya adalah anak kelas 1, dan Gaby. Ketika aku sedang memerhatikan anggota - anggota OSIS lain, Gaby menyadariku ada di depannya dan melambaikan tangannya perlahan. Aku membalas tersenyum.

Setelah beberapa menit, Kak Rena mengetukkan jarinya 3 kali ke mic, memeriksa suaranya. Suara para murid pun mulai meredam, mendengarkan apa yang ingin dikatakan Kak Rena.

"Aaaaa... Aaaa... Tes."

Setelah memeriksa suaranya, Kak Rena tersenyum lembut dan menegakkan posturnya. Tanda dimulainya pidato.

"Selamat pagi semuanya, cuaca yang cerah. Maaf karena mengumpulkan kalian di aula sepagi ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal terkait usulan kami para OSIS tentang School Trip yang akan diadakan sebentar lagi. Seperti yang kalian ketahui, setiap tahun kita mengadakan School Trip sebagai pembelajaran di luar sekolah sekaligus sebagai acara untuk menghilangkan stress para siswa yang tentunya lelah belajar. Singkatnya biasa kalian sebut Refreshing. Kalian juga pasti tahu, kalau OSIS juga tempat untuk meminta beberapa saran , tak dibatasi masalah dalam hal apapun, dan juga tempat untuk mengusulkan suatu saran ataupun keluhan. Dan akhir - akhir ini, saya mendapatkan surat dari kotak saran yang bertanya, 'Apakah School Trip bisa diadakan di tempat lain? Karena kita setiap tahun ke gunung, pasti ada siswa - siswa yang bosan.' Sehingga lahirlah usulan kami hari ini. Saya tahu, kalian pasti memiliki beberapa ke khawatiran terkait usulan kami, tetapi kami pasti akan berusaha untuk membuat acara School Trip kali ini menjadi acara yang sesempurna mungkin. Kami juga akan memperbolehkan para siswa untuk berenang di laut saat waktu bebas, kalian bisa melakukan apapun asalkan tidak melanggar aturan yang sudah di tentukan. Dan di akhir acara, kami akan tetap mengadakan api unggun dan folk dance seperti tahun - tahun sebelumnya. Jadi jika kalian tertarik dengan usulan kami, mohon untuk menyumbangkan suara kalian ke OSIS. Sekian dari saya, maaf jika ada dari kata saya yang membuat kalian tersinggung, terima kasih."

Setelah Kak Rena mengakhiri pidatonya, rombongan suara tepuk tangan memenuhi ruang hampa aula. Seperti yang diharapkan dari Kak Rena, dia sungguh hebat dalam menarik hati para siswa disini, Kak Mai dan Kak Rena benar - benar saingan yang luar biasa. Aku tidak bisa menebak bagaimana persentase pilihan akan berubah setelah ini, tidak ada pilihan lain selain menunggu.

Setelah perkumpulan di aula selesai, aku berkumpul dengan Evelyn, Elina dan Alan di pintu aula untuk kembali ke kelas bersama.

"Apa kalian sudah memilih antara OSIS dan Komdis?" Aku bertanya kepada mereka bertiga.

"Aku memilih OSIS." Balas Evelyn.

"Aku juga memilih OSIS." Elina mengangkat tangan rendah, menyusul Evelyn.

"Kenapa kalian memilih OSIS?" Aku menanyakan alasan mereka.

"Yahh, setelah mendengar cerita Kak Rena kemarin, bagaimana kita tidak ingin membantu?"

"Kau bagaimana, Lan?"

"Aku juga memilih OSIS, sebenarnya aku agak bosan saja ke gunung. Saat SMP kita juga kegunung."

"Begitu, ya..."

Baguslah, sepertinya mereka memiliki alasan sendiri - sendiri untuk memilih.

"Memangnya kau tidak akan memilih OSIS, Yuu? Kau kan bilang sendiri ingin membantu." Elina bertanya padaku.

Canary without a VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang