Kael kembali berdiri di depan cafe yang ia bakar habis-habisan kemarin malam.
Pagi ini sangat ramai. Ratusan manusia melimpah dimana-mana--mengelabui kapasitas kedai yang biasanya hanya mampu menampung 50 orang. Rasanya tiga-perempat warga kota Verona menyempatkan waktu mereka untuk mendatangi Golden Boy di hari yang menyedihkan ini.
Jangankan manusia biasa. Banyak Trithea dan Protectors seperti Kael berdatangan. Sebagian besar dari mereka memutuskan untuk memakai semacam sihir agar tidak bisa dilihat oleh manusia, ada pula yang muncul dan berbaur dengan pelanggan cafe seperti dirinya dan Amber.
Sempat keputusan Kael untuk menemui Greta kembali Amber tentang. Namun, kabar bahwa Golden Boy akan ditutup permanen berhasil sampai ke kuping sang cucu dewi. Tentu saja ia sendiri langsung membulatkan tekadnya untuk datang kemari.
Dugaan Amber salah besar. Ia mengira Greta akan tetap menjaga Golden Boy sekalipun memori perempuan itu sedikit terpelintir--tapi tidak. Tebak Amber esensi spesial Golden Boy sudah hilang di hati Greta.
Kacamata hitam gaul hasil thrifting beberapa tahun yang lalu bertengger di hidung mancung Kael. Cowok itu mengenakan vest cokelat muda dengan dalaman kaos putih polos dengan kalung emas minimalis melingkari lehernya, mirip dengan remaja-remaja Itali stylish yang lain.
Amber tidak tahu alasan pasti Kael pakai outfit yang proper. Yang jelas, Amber tahu betul Kael berusaha sekeras mungkin agar tidak terlalu terlihat seperti sedang mencari Greta.
Di saat Amber mesih bisa basa-basi ramah ke pengunjung lain, Kael hanya berdiri kaku, melipat tangan sambil sesekali celingak-celinguk layaknya orang gelisah.
"Kita bakal rindu tempat ini." celetuk Amber dalam bahasa Itali, meletakkan tangannya di atas bahu kiri Kael.
"Kita?" Kael ketus. "Kalau bisa tempat ini aku bakar dua kali."
"Yakin?"
Kael mengangguk walau Amber terus memasang raut wajah ragu.
"Jangan terlalu marah. Yang terjadi sudah terjadi," Amber tersenyum tulus. Ia ingin Kael lebih rileks sedikit saja. Alis Amber terangkat, menatapi kacamata hitam Kael dekat. "Ya?"
"Ya."
Setelah Kael menjawab seperti itu, suara obrolan ramai kerumunan mendadak sunyi. Bunyi langkah sepatu heels mempijaki tanah terdengar, membuat kepala orang-orang menoleh ke sumber suara. Greta berdiri di depan pintu cafe dengan cantik. Acara dimulai.
Di detik pertama Greta sempat mengamati wajah para pendatang secara bergantian. Kael berdiri dengan tegang, takut Greta akan menyadari kehadirannya. Sayang, ketakutannya itu sia-sia. Greta menatapnya seperti pelanggan biasa--dan dada Kael mencelos saat ia sadar bahwa dirinya benar-benar tidak bisa datang lagi ke wanita itu. Greta tidak mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bliss & Amber (DISCONTINUED)
FantasyBliss pernah bilang kalau puing-puingnya tersusun utuh kembali mungkin ia bisa belajar mencintai. Amberpun setuju. Jadi tugasnya kini hanya menunggu. Entah menunggu untuk menyayangi sebagai mahluk sia-sia, Atau sebagai malaikat penjaganya. ♡ ⚠️ WARN...