02

801 156 25
                                    

    Ada beda cerita di pantai Tanjung Pasir jam sepuluh malam di lain hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada beda cerita di pantai Tanjung Pasir jam sepuluh malam di lain hari.

Angin berhembus dingin. Langit sangat gelap walaupun ditaburi bintang-bintang penerang.

Pantai benar-benar sepi, namun ada seorang perempuan yang sedang duduk bersila di pesisir pantai. Kakinya yang telanjang dilumuri pasir, dan sayapnya yang di punggung bergerak kesana-kemari mengikuti arah angin.

Matanya tertuju ke perairan di hadapannya, sesekali tangannya ia mainkan di dalam air pula. Gadis yang berkulit putih itu tatapannya fokus, ia bertingkah seolah-olah ia sedang berkomunikasi.

Untuk sepuluh menit suasana pesisir pantai lumayan sepi, sampai seseorang meneriakinya dari belakang.

"HEH! AMBER!"

Panggil laki-laki jangkung yang baru saja berjalan memasuki pantai. Ia mengenakan jaket bulu tebal berwarna hitam yang tidak dilapisi apa-apa di dalamnya, dan skinny jeans di bagian bawah. Angin yang kencang membuat rambut gondrongnya berterbangan.

"Kita udah berapa tahun sih di bumi manusia?! Kok kamu mesih nyelenong aja keluar dari salon tanpa bayar! Apa tuh, nama model rambutmu? Asian Mullet? Mahal sekali, Amber! Aku harus menyulap beberapa helai buluku jadi lima lembar uang berwarna merah!"

Amber yang tadinya fokus jadi merasa terganggu. Ia menarik napas panjang, lalu memejamkan matanya, berusaha untuk tidak menghiraukan asistennya.

"Anata wa urusaidesu, Kaeru." jawab Amber singkat dalam bahasa jepang.

"Kita sudah tidak di Jepang, Nona Amber."

"Oh, ehem," Amber berdeham untuk membetulkan ucapannya. "Kamu bacot."

Mendengar itu Kael hanya menghela napas. Setidaknya majikannya itu telah menggunakan bahasa yang benar.

Tak mau banyak mengganggu lagi, Kaelpun merubah wujudnya menjadi seekor kucing anggora, wujudnya yang lain yang sering ia pakai saat berpijak di dunia manusia.

Dengan santai ia rebahan di sebelah paha Amber, menyaksikan aktivitas wanita itu yang sedang berkomunikasi dengan spirit laut.

Setiap Amber dan Kael pindah ke lokasi baru, Amber wajib 'izin' ke penjaga tempat tersebut.

Amber dan Kael memang ditugaskan untuk menjaga sejumlah manusia di bumi, mereka berhak berada di sini. Namun karena mereka mahluk mistis dan bukan penghuni asli, alangkah baiknya Amber 'lapor' dulu akan kedatangan mereka.

Demi kesopanan. Mereka berdua tidak tahu perilaku 'penjaga' daerah sini kalau mereka tersinggung, bukan?

Tak lama setelah acara 'ngobrol' itu, Amber tersenyum. Kael tebak pasti acara 'ngobrol' Amber dengan penjaga tangerang selatan sudah usai.

"Kael."

"Ya?"

"Mereka seneng kita dateng. Ekspektasi mereka juga besar."

"Um.. oghey."

"Detik ini juga kita dapet misi."

Kael terlonjak dari posisi rebahannya. Pasalnya mereka baru sampai di daerah ini, Kael dan Amber belum siap untuk melaksanan misi sekarang.

"Amber! Amandemen pertama! Enggak ada tugas 12 jam pertama pindah!"

"Be kind, Kael. Mereka udah baik,loh, mau nyambut kita baik-baik. Lagian sejak kapan kamu peduli sama amandemen kerja? Sesekali, loh."

Kael menghembuskan napas. "Terserah deh."

Sebuah cahaya terang di dasar laut muncul, terlihat jelas di mata dua insan itu. Kemudian dengan cepat cahaya itu bergerak ke pesisir pantai.

Setelah cahaya tersebut mulai redup, perairan di pinggir pantai mundur beberapa meter, membuat sebuah 'dinding' air yang tidak terlalu tinggi.

Tahu apa yang harus ia lakukan, Amber bangkit dari posisi jongkoknya, berjalan ke arah dinding air tersebut. Tangannya masuk ke perairan, seperti sedang mengambil sesuatu.

Saat tangannya di keluarkan, ia memegang 5 amplop surat dari pengirim yang sama.

"Dari.. Ivanna." baca Amber.

Amplop-amplop tersebut juga berada dalam kondisi baik. Bahkan tidak basah pula karena disimpan di dalam bola air di dasar lautan.

Hanya dengan mengusap-usap amplop itu saja, Amber tau tiap kata yang ditulis di kertas didalamnya didasari rasa cinta.

"Kita mau mengantar surat-surat itu, ya?"

"Mhm," jawab Amber. Ia menundukkan kepalanya ke pinggir pantai yang arusnya sudah kembali seperti semula, berniat untuk pamit. "Kami pergi dulu. Ayo, Kael."

Diperintah, 5 amplop surat itu kini diapit oleh gigi dan taring mulut Kael. Dirinya digendong Amber dengan dua tangan.

Sayap Amber berkibar. Mereka pun terbang, meninggalkan Pantai Tanjung Pasir.

☁️

Bliss & Amber (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang