''Ga, aku lapar nih, kita cari makan dulu yuk Ga'' Ajak ku kepada Raga yang masih terus fokus pada kemacetan jalan ibukota jaksel, maklum sajalah kantor kami memang terkenal sangat ramai kendaraan jika jam jam rawan seperti pagi hari dan sore hari bahkan sampai malam pun jalanan ibukota ini sangat betah di hinggapi oleh beribu kendaraan.
''yaudah iya Ja, nanti kalau ada tempat makan di pinggir jalan kita berenti dulu ya. Kamu mau makan apa emang nya Ja? Nanti mungkin sekalian kita sholat maghrib dulu ya Ja''
''Iya aku mah apa aja Ga, bebas asal jangan yang aneh-aneh kaya spageti ya aku ngga suka Ga''
Kami pun berhenti di tempat makan yang kebetulan disebelahnya ada masjid untuk sekalian kami melaksanakan ibadah shalat maghrib. Entah saat Raga mulai memarkirkan motor nya dan membenahi helm hitam kesayangannya, aku membayangkan jika Raga adalah milikku seutuhnya tanpa aku tidak perlu merasakan kehilangan sosok lelaki yang dengan nya aku selalu merasa dilindungi, tapi kini kenyataannya berbeda saat ini telah hadir sosok wanita yang cepat atau lambat akan merebutnya dan menjadikan Raga sebagai belahan jiwa nya.
''Ja, Senjaaaa.. kok kamu jadi bengong gitu sih? Kenapa ngeliatin aku kaya gitu sih Ja? '' Tanya Raga yang ternyata dia menegurku karena ketidak fokusanku dalam melihatnya.
''Eh, engga kok Ga, aku tadi Cuma mikir kemaleman ngga ya kita Ga, hehe yaudah gausah di bahas ayuk cepet sholat yuk nanti keburu isya lagi. Aku ambil wudhu dulu ya Ga, nanti kamu tungguin aku disini aja.''
''Iya yaudah sana, masuk duluan ambil wudhu, aku mau naruh helm kamu sama aku dulu nih. ''
Selesai aku melaksanakan sholatku, aku tidak luput berdoa untuk menyelipkan nama Indah Raganurhadi didalam doaku untuk bisa di ijinkan Tuhan bersamaku menjalani kehidupan yang penuh dengan suka cita serta kesederhanaan, aku menyayanginya Tuhan, aku benar benar terhanyut dalam rasa paling dalam karena keterbiasaanku bersamanya. Aku mungkin telat tidak sedari dulu yakin akan apa yang aku rasakan tapi sungguh, jikalau dia memang takdirku satukan kami dengan perasaan yang sama dan dengan jalan yang mudah tetapi jika memang takdirku tidak bersamanya, jangan kau rusak persahabatan kami dengan perasaan yang ku punya saat ini kepadanya.
Itulah Doa yang selalu ku ucapkan semenjak aku mulai sadar bahwa aku menyukai Raga, aku yakin semesta akan selalu punya cara sendiri untuk bisa menyatukan dua insan pada sebuah perasaan yang sama.
''Ga, udah nih aku maaf ya lama hehe''
''Ah ngga apa apa kok Ja, kamu kan doa nya banyak, paling minta di temuin sama pangeran yang bemobil putih ya Ja hehe, engga deh becanda aku maksud nya berkuda putih HAHAHA'' ledek nya kepadaku
'' Ih Raga, apaan sih sok tau, kamu kok cepet banget sih, ngga minta doa spesifik emang nya sama Allah supaya cepet di temuin jodoh kamu'' Tanya ku kepada nya,
'berdoa kok, ngga perlu spesifik sekarang mah Ja, kan udah dapet namanya wekk'' jawabnya yang membuat jantungku seperti berasa jatuh. Siapa? Siapakah yang Raga maksud itu? Apa yang dia maksud adalah Gea? Wanita yang beberapa hari ini dia dekati.
''Siapa emang Ga?'' tanyaku sambil ku pasang helmku di bantu dengan Raga yang tau bahwa aku selalu kesulitan dalam memakai helm.
''Deaaaaa Ja, hehe Doain sahabatmu ini ya Ja..'' jawab nya sambil nyengir kepadaku.
Sial, kamu memang tidak pernah peka Ga, kamu selama ini dekat nya denganku tetapi kenapa nama orang lain yang kamu sebut dalam doamu! Rasanya ingin kubunuh saja kau Raga, biar saja tidak ada satu wanita pun yang dapat memilikimu.
''Oh, Dea.'' Jawabku lirih
-----WARUNG PECEL LELE------
Tiba di tempat makan, rasanya nafsu makan ku hilang, entah aku sudah kehilangan rasa lapar semejak dia sebutkan Dea lah orang yang selalu di selipkan dalam doa nya. Sungguh sial percintaanku saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Memeluk Raga.
RomanceKadang, tidak semua perasaan yang muncul dari hati harus selalu di utarakan, Seperti Senja yang lebih baik memilih untuk menyimpan rapat-rapat perasaan yang dia miliki kepada Sahabat kecilnya yaitu Raga. Dia sengaja menyembunyikan perasaan itu dar...