29. Line of Destiny

22.9K 2.8K 125
                                    

Adelaide melangkahkan kedua kakinya dengan cepat, wanita itu tak memperdulikan tatapan terkejut dari beberapa pelayan yang tak sengaja dilewatinya. Saat ini, tujuan Adelaide hanya satu, menemui seseorang yang seharusnya bertanggung jawab atas kegundahan hati Adelaide saat ini. Namun sebelumnya, Adelaide harus melepaskan gaun berat serta berbagai macam perhiasan yang saat ini melekat dalam dirinya.

"Maida, siapkan aku gaun berkuda dan perintahkan pelayan lain untuk menyiapkan kuda untukku" ucap Adelaide tergesa – gesa ketika wanita itu sudah memasuki kamarnya

Maida yang sedari tadi sibuk menyusun ulang buku – buku Adelaide di sebuah lemari kecil di dalam kamar itu lantas terkejut ketika ia melihat Adelaide datang dengan tergesa – gesa

"Baik, Your majesty" ucap Maida sembari melangkahkan kedua kakinya untuk mengeluarkan gaun berkuda yang sangat ringan namun dihiasi dengan sebuah rajutan benang emas sehingga kain ringan itu dihargai sangat mahal oleh para penjahit

Sebenarnya, Maida sangat ingin bertanya kenapa ratunya itu bisa bersikap tergesa – gesa seperti ini, namun sepertinya, Maida tak mungkin menginterupsi ratunya itu yang terlihat sangat terburu – buru seperti sedang dikejar oleh sesuatu.

Dengan langkah yang tergesa – gesa, Maida keluar dari kamar Adelaide dan memerintah salah seorang pelayan yang tak sengaja lewat dari hadapannya untuk menyediakan kuda bagi Adelaide. Maida pikir, Maida melakukan perintah Adelaide itu dengan cepat hingga ia bisa membantu Adelaide bersiap – siap, namun tenyata, pemikiran Maida itu salah

Baru saja Maida berbalik hendak membantu Adelaide, namun Maida sudah menemukan Adelaide tengah berjalan tergesa – gesa hendak keluar dari kamarnya dengan gaun berkuda yang sudah melekat dengan begitu pasnya di tubuh proporsional milik Adelaide

"Your majesty, maaf jika saya menyela, tapi kenapa anda terlihat buru – buru seperti ini?" tanya Maida khwatir sembari mencoba mengimbangi langkah Adelaide

"Aku memiliki urusan penting" jawab Adelaide singkat tanpa menolehkan tatapannya pada Maida

Jawaban singkat Adelaide itu membuat Maida mau tak mau harus mengubur dalam – dalam rasa penasarannya. Maida terus berjalan tergesa – gesa mengikuti Adelaide yang saat ini hendak menuju ke bagian pintu belakang istana kerajaan, dimana kuda milik Adelaide tengah menanti wanita itu

Dengan cekatan, Adelaide menaiki kuda itu. Hampir saja Adelaide hendak memukul kuda itu agar kuda itu berlari, namun tiba – tiba Adelaide teringat akan sesuatu

"Aku akan pulang larut malam. Jika ada yang mencariku, katakan aku sedang pergi mengunjungi pasar" ucap Adelaide sembari menatap Maida serta salah seorang pelayan yang tadi menyiapkan kuda untuk Adelaide

Maida dan pelayan itu hanya bisa menganggukkan kepala mereka untuk mematuhi ucapan Adelaide.

Tanpa pikir panjang, Adelaide langsung memukul kuda itu dengan intensitas yang lumayan kuat sehingga kuda itu terpekik terkejut dan dalam waktu yang singkat, kuda itu kini berlari dengan kecepatan yang begitu cepat.

Adelaide memegang erat tali kekang kuda berwarna hitam itu. Rahang wanita itu sudah mengeras kaku ketika ia memikirkan mengenai pernikahan yang akan dilaksanakan oleh Alexander.

Perjalanan yang seharusnya terasa panjang itu kini terasa sangat singkat bagi Adelaide, mungkin karena di sepanjang perjalanan, Adelaide menyibukkan otaknya untuk berpikir tentang berbagai scenario yang mungkin akan terjadi pada kehidupannya di masa depan

Adelaide menarik tali kekang yang mengitari leher kuda hitamnya dengan seluruh tenaganya, hingga kuda itu menukik karena merasakan rasa sakit yang luar biasa di lehernya. Bak sudah terbiasa, Adelaide bisa mempertahankan posisinya di atas kuda itu tanpa rasa takut jika dirinya akan jatuh dari kuda itu.

AdelaideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang