Golf

419 57 32
                                    

Daffa memperhatikan gerakan Yuki saat mengayunkan stick golfnya. Ia sesekali tersenyum melihat cewek berambut coklat karamel itu beberapa kali kehilangan keseimbangannya pada saat memukul bola.

"Badan lo agak di condongin ke depan, dan bagian bokong sedikit mundur ke belakang." Ujar Daffa memberikan instruksi sekaligus memperagakan posisi yang benar.

"Kalau posisinya begini, lo nggak akan terlempar waktu mukul."

Yuki mengangguk paham, memperhatikan dengan seksama saat Daffa mengayunkan stick golf miliknya. Dan...bola yang dipukul cowok berkulit sawo matang itu sukses meluncur ke dalam hole. Yuki terperangah kagum, sosok Daffa yang sedang fokus di bawah sinar matahari membuat pesonanya menguar kemana-mana. Yuki sama sekali nggak sadar ia sejak tadi menatap Daffa dengan mulut menganga lebar.

"Mingkem...nanti bola golf gue nyasar ke mulut lo. Di kira lubang hole." Canda Daffa seraya mengatupkan mulut Yuki.

Yuki berlari mengejar Daffa, berusaha mensejajari langkah cowok itu.

"Daf, lo kok keren banget sih. Multitalenta banget. Idaman para wanita, gitu..." Puji Yuki. Daffa tersenyum, hingga telinganya memerah karena malu mendengar pujian dari Yuki.

"Eheemm...Terus...gue masuk pria idaman lo juga nggak?" tanya Daffa, ia menatap Yuki intens dan sedikit mencondongkan tubuhnya hingga cewek itu gelagapan karena gugup.

"Ah...eh...apaan sih. Ya, nggaklah...lu jangan godain gue deh." Yuki mendorong tubuh Daffa agak menjauh. Daffa ketawa geli melihat Yuki salah tingkah.

"Lo tuh cocoknya sama Febby. Pas banget kalian...sepadan dan serasi. Secara basic education kalian tuh hebat. Pasti bakal mencetak keluarga cerdas dan bermasa depan cerah." Lanjut Yuki. "Yang cowok pinter, berprestasi. Yang cewek juga...pas lah kalian. Sempurna..."

Daffa mendesah, ia meletakkan stick golfnya sejenak.

"Febby bukan tipe gue." Jawab Daffa.

Yuki terdiam, menatap Daffa heran.

"Lho, bukannya kalian berdua dijodohin ?"

"Itu kan cuma omongan asal nyokap-nyokap kita aja. Kenyataannya gue sama Febby emang nggak ada rasa. Febby is not my type. Begitu pun sebaliknya."

"Hmm...sayang banget ya."

Daffa terkekeh. Ia mencondongkan dirinya ke arah Yuki.

"Lo nggak mau kepo tipe gue yang kayak mana?" Tanya Daffa jahil.

Yuki mendadak blushing, ia gugup ditatap Daffa sedekat ini. Di tengah-tengah lapangan golf pula. Daffa mulai jahil lagi.

Yuki mengalihkan pandangannya, pada saat itu juga ia mengenali satu sosok yang begitu familiar tengah berjalan di sisi lapangan, mengobrol dengan laki-laki yang sepantaran dengannya.

"Bang Junot !!" Seru Yuki, lebih tepatnya teriak. Sampai-sampai suaranya yang melengking hampir melukai gendang telinga Daffa.

Wajah Yuki mendadak girang, ia melambaikan tangannya pada sosok laki-laki yang ia kenali sebagai Herjunot Ali.

Junot balas melambaikan tangannya pada Yuki. Happy juga dia ketemu juniornya.

"Gue nggak salah lihat nih?" sapa Junot dengan senyum yang... ah...menggoda.

Yuki tertawa dengan rona wajah memerah. Ia menyibak rambutnya ke balik telinga dengan gaya malu-malu yang kalau dilihat oleh siapapun, menggemaskan.

"Iya nih, gue lagi belajar tipis-tipis lah. Biar nggak malu-maluin banget pas lo ajak."

Junot terkekeh geli. "Yailah, segitunya banget. Kita main golf buat happy-happy aja kok. Bukan buat bertanding. Nggak bisa pun nggak masalah. Sambil belajar."

Inikah Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang