Dor...!!!

255 39 29
                                    

Yuki termenung dengan tangan bertopang di dagu. Alisnya menukik, tatapannya kosong. Sementara itu, Enzy dan Vidi masih sibuk berceloteh tentang rencana mereka di minggu sore nanti. Mempersiapkan rincian apa saja yang harus mereka bawa sambil sesekali tertawa cekikikan nggak jelas.

Sepertinya diantara empat orang yang sedang berkumpul itu hanya Febby yang peka dengan perbedaan Yuki. Febby menggeser duduknya lebih dekat ke cewek bermata besar itu.

"Lu kenapa, Ki? Kayak lagi banyak pikiran?" tanya Febby sedikit khawatir.

"Eh...nggak apa-apa, Feb!" kilah Yuki

Febby terdiam, masih terus memperhatikan wajah sahabatnya itu. Pasti ada apa-apanya, pikir Febby.

"Eh... jadi ngajak Daffa nggak sih?" celetuk Enzy. Reflek Yuki menoleh, Daffa??

"Kalian janjian sama Daffa juga?"

"Iya, emang kenapa? Dia mau rasain sensasi lari bareng cewek kece kayak gue." Celetuk Enzy, disertai tawa khasnya.

"Lu lagi kenapa sih, Kuy. Kok gue perhatiin dari tadi ya, lu nggak sebawel biasanya?" Tanya Febby, ia memasukkan tab yang sejak tadi hanya dipegangnya kedalam tas.

"Hah?? Nggak..nggak apa-apa. Lagi un-mood aja." Jawab Yuki

"Yakin? Bukan karena Daffa kan?" Goda Febby.

"Diih...nggak kok !" Kilah Yuki, "kok elu ada kepikiran sampai situ?"

Bukannya menjawab Febby justru tertawa. Berbisik ke arah Yuki, seolah-olah dia nggak mau Enzy dan Vidi mendengar.

"Gimana? Udah ada getaran belum?"

Yuki menghela napasnya.

"Gara-gara elu nih, Feb. Semalaman gue jadi kepikiran. Apa iya Daffa suka sama gue?"

Febby menepuk keningnya sendiri. "Aduh, Ki. Pantes aja elu tuh di tinggalin sama mantan-mantan lu. Elu tuh lemot, nggak peka sama situasi tau nggak?"

Yuki terdiam, "ya masalahnya gue nggak berani berekspektasi dan berharap. Elu tau kan, akhir dari sebuah harapan kadang tuh justru nyakitin. Ketika gue naruh perasaan dan hati gue ke seseorang, tahu-tahu di ghosting. Sampai gue males buat buka hati."

"Lu masih trauma sama si pembalap itu?"

"Udah deh, nggak usah di ingetin sama dia. Gara-gara dia gue sampai benci banget dengerin lagu Taylor Swift." Yuki memutar bola matanya malas.

Lagi-lagi Febby cuma ketawa. Dia jadi ingat, kalau salah satu dari Blackpunk nggak sengaja nyanyi lagu Taylor Swift dia pasti protes. Setraumatik itu Yuki sama mas pembalap.

"Coba deh, Ki. Jalanin dulu sama Daffa. Kalau gue lihat nih, Daffa udah nunjukin banget ketertarikannya sama elu. Dan setau gue ya, kalau suka sama orang dia nggak pernah main-main. Gue udah ngenalin Dio nih ke nyokap, otomatis perjodohan konyol itu nggak bakal bisa terjadi." Ujar Febby.

"Haah?! Serius lu? Demi apa? Terus nyokap lu gimana? Oke sama Dio?"

"Ya oke dong. Kemarin dia cuma khawatir aja anaknya keenakan sama diri sendiri sampe takut nggak mikirin buat nyari jodoh."

Ponsel Yuki tiba-tiba berdering. Satu panggilan masuk dari nomor yang nggak dia kenal masuk. Untuk sesaat Yuki mengerutkan kening, sampai ia tersadar foto kontak di layar ponselnya.


"Astaghfirullah !" Seru Yuki. Ia buru-buru mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum, ibu peri." Sapa Yuki.

Terdengar suara tawa di seberang sana sebelum terdengar jawaban salamnya.

"Wa'alaikumsalam, anak cantik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Inikah Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang