Missing Piece

127 30 5
                                    

"Padahal dia udah berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Padahal dia udah berubah. Dia bener-bener merhatiin gue, nurutin apa mau gue, tapi gue juga gak tau kenapa selalu gak bisa sepenuh hati sama dia, it's hard to explain, gue cuma pura-pura seneng deket dia, padahal semuanya udah lurus."

Chaeyoung merasa pusing, menurut Chaeyoung menjelaskan apa yang dia rasakan adalah yang tersusah.

Changbin dan Chaeyoung sedang menceritakan kehidupan masing-masing sambil sarapan di kamar yang lebih tepatnya sekalian makan siang karena mereka telat bangun.

Sampai di mana Chaeyoung harus menjelaskan tentang keluarganya.

"Apa emang dasarnya gue orang jahat ya?"

"Atau karna gue?" tanya Changbin.

Chaeyoung melihat Changbin dengan tatapan bingung.

"Sebelum ketemu gue, apa lo pernah mikir kalau lo orang jahat karna gak bisa sayang sama bokap lo padahal dia udah berusaha?"

Chaeyoung berpikir sebentar, "Honestly, I'm not. Gue malah ngerasa benci sama keadaan kenapa gue harus jadi fake person."

"Jelas banget dari dalam diri lo masih punya dendam sama bokap lo, mungkin dari masalah keluarga kalian lo udah bisa move on, tapi yang misi-misi itu, dari yang lo bilang gak tau keadaan gue gimana, lo ngerasa bersalah sama gue, lo cuma bisa ngelampiasin hal itu ke bokap lo karna dia penyebab awalnya, tapi lo liat dengan baik, sekarang gue baik-baik aja, keluarga gue juga baik, pelan-pelan maafin dia dari inner self, dan tanpa bokap lo juga kita gak bakal bisa ketemu." Changbin mengusap puncak kepala Chaeyoung.

Chaeyoung menghela napas. "Lo kenapa gak jadi therapist gue aja Bin."

Changbin terkekeh. "Kan gue bisa jadi pacar sekalian buka klinik jalan buat Chaeyoung."

"Siapa yang mau jadi pacar lo?"

"Masa gak mau, tadi malem juga manggil-manggil nama gue mulu." Changbin tersenyum jahil.

"Ah diem anjing!" Muka Chaeyoung memerah.

"Gue kangen sama lo yang gini deh. Kalau ngeliat lo marah gitu gue jadi seneng."

"Yang ada punya pacar tensian lo bego!"

"Katanya gak mau jadi pacar gue?"

"Siapa yang bilang?"

"Oh jadi mau?"

"Changbin!"

Setelah dua tahun mereka bertemu lagi. Dengan diri mereka yang lebih dewasa dan resmi jadi sepasang kekasih, gak perlu pake acara nembak-menembak kalau perasaan masing-masing sudah jelas.

 Dengan diri mereka yang lebih dewasa dan resmi jadi sepasang kekasih, gak perlu pake acara nembak-menembak kalau perasaan masing-masing sudah jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chaeyoung ketemu Changbin," kata Chaeyoung terang-terangan ke papinya.

Papi Chaeyoung kaget. "Bukannya kata kamu dia udah pergi?"

"Gak, dia masih di sini," ujar Chaeyoung dengan nada ketus.

Changbin memang tadi meminta Chaeyoung untuk pelan-pelan menerima ayah kandungnya itu sepenuh hati, tapi bertemu lagi dengan Changbin sama dengan membawa lagi memori Chaeyoung saat itu. Dendam terpendam Chaeyoung datang lagi.

"Terus?"

"Yaa gak kenapa-kenapa. Kita jadian," jawab Chaeyoung.

"Ini yang papi takutkan. Nada bicara kamu gak sopan, dia bawa pengaruh buruk," jelas Papi Chaeyoung.

Chaeyoung berdecih. "Gak ada yang bawa pengaruh buruk. Chaeyoung ngerasa hidup lagi setelah sekian lama dan Chaeyoung gak berubah pi. Papi yang selama ini menghadapi topeng Chaeyoung."

Papi Chaeyoung terdiam sesaat. "Maksud kamu?"

Chaeyoung menghela napas. Changbin menyuruh Chaeyoung menerima papinya. Sebelum itu, papi Chaeyoung harus tau perasaan dia. "Chaeyoung udah maafin papi sebagai tukang selingkuh dan papi juga sekarang setia sama tante Rara. Tapi pi banyak hal yang Chaeyoung sendiri gak bisa jelasin— rasanya susah banget mau dekat lagi ke papi, kayak ada tembok penghalang.."

"Oh jadi maksud kamu, kamu gak bahagia sama papi?"

Chaeyoung memegang kepalanya yang pusing. "Bahagia, tapi kayak ada tembok penghalang. Words can't explain."

"After you met that person, kamu mau pergi dari papi? Lebih jauh lagi daripada luar negeri?"

"Gak, bukan gitu pi. Chaeyoung cuma mau jujur aja, padahal niatnya Chaeyoung cuma mau minta maaf, tapi karna papi anggep Changbin gitu, chaeyoung ke bawa emosi. Maaf."

Papi Chaeyoung menghela napas. "Rasanya lebih baik kamu marah-marah seperti ini, dari pada pura-pura bahagia. Terima kasih sudah mau jujur. Papi harap kamu menjelaskan perasaan kamu lebih sering."

Chaeyoung menangis mendengarnya. Apakah ini saatnya Chaeyoung memperbaiki ikatan keluarganya yang terputus secara benar?

"Bawa dia ke rumah. Papi adakan makan malam formal," kata papi Chaeyoung kemudian beranjak pergi.

"Pi," panggil papi Chaeyoung.

Papi Chaeyoung menoleh.

"Makasi ya."

maaf yaaa kalau chapter ini kesannya pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf yaaa kalau chapter ini kesannya pendek.

besok aku bakal up chapter terakhir hihi!!!!❤️

Run Away [Chaeyoung & Changbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang