tw// self harm
"Papi maafin semua kesalahan yang udah kamu buat. Papi bakal ngasih kamu kesempatan buat ke luar negeri, dengan syarat perbaiki mental dan perilaku kamu yang sudah kacau itu, dan tunggu sampai lulus SMA." kata Papi Chaeyoung dengan nada tegas saat mereka berdua duduk di seat mobil belakang setelah sesi pertama bersama psikiater di rumah sakit ternama.
Membawa Chaeyoung ke sana juga dengan usaha yang lumayan. Chaeyoung saat sampai ke rumah sakit bahkan harus di suntik obat penenang. Chaeyoung meronta-ronta. Tapi setelah Chaeyoung sadar di ruangan serba putih itu, Chaeyoung pasrah. Dia lelah, lelah dengan semua yang terjadi. Chaeyoung juga berpikir sekarang dia bukan seseorang yang bisa memilih melakukan sesuatu.
Chaeyoung berdecih. Chaeyoung sangat tau papinya mengizinkan Chaeyoung pergi karna si psikiater itu sendiri yang menyarankan untuk menuruti Chaeyoung atau Chaeyoung akan menjadi semakin pembangkang dan dia bisa terus-terusan menyakiti dirinya sendiri—
—fakta lain yang baru diketahui oleh papi Chaeyoung.
"Kenapa gak biarin gue mati aja si," kata Chaeyoung dengan suara kecil.
"Chaeyoung!" bentak papi Chaeyoung.
"Papi sadar kan semua yang terjadi ini bersumber dari papi? Papi gak ngerti rasanya jadi Chaeyoung!" marah Chaeyoung.
Chaeyoung berbicara sambil menatap pada kaca jendela mobil, mata Chaeyoung kembali berair, Chaeyoung nggak suka keliatan lemah di depan siapapun.
"Jangan mulai lagi," perintah papi Chaeyoung.
"Pelankan mobilnya," suruh papi Chaeyoung ke sopir yang tengah membawa mereka.
"Kenapa akhirnya punya simpati ke aku? Ternyata anak perempuan papi ini punya banyak luka? Mentalnya hancur?" kata Chaeyoung sambil tertawa miris.
"Dari kamu bayi sampai sekarang sedetik pun papi gak pernah ga simpati sama kamu. Kamu anak saya satu-satunya."
"Ha—HAHHAHAHAHAHA." Chaeyoung tertawa keras sambil memegangi perutnya.
"Ayolah om Son, saya gak sebodoh itu."
Bagai kaset semua kesalahan yang di lalukan sama papi Chaeyoung terputar jelas di otak Chaeyoung.
"Kamu lihat satu sisi Chae, papi tau papi salah, tapi kamu yakin mami kamu gak salah?"
"Jangan bawa-bawa mami!" bentak Chaeyoung.
Chaeyoung jelas tahu mami nggak bisa menerima Chaeyoung lagi, tapi menurut Chaeyoung mami adalah seseorang yang paling Chaeyoung sayangi.
"Papi nggak mau ngomong gini, tapi kamu bentar lagi dewasa. Papi salah, jelas sangat salah. Papi selingkuh dan gak memikirkan perasaan kamu. Waktu itu papi lupa bahwa kamu masih hanya seorang anak kecil. Mami kamu itu—"
"Stop it. You just want to make her looks bad and make you feel better!" Chaeyoung menutup telinganya.
"Dari awal kamu tau pernikahan kita itu cuma bisnis. Kami gak benar-benar saling mencintai. Ketahuannya papi memiliki kekasih lain itu membuat mami kamu senang Chae, dia punya alasan kuat untuk bisa lepas dari papi, from the fake bond that tie her whole life. She didn't bring you with her, not just because you look like me, dia mau kebebasan penuh tanpa bayang-bayang penyesalan. I saved you."
"STOP!" Chaeyoung berteriak dengan tangan yang menutupi kedua telinganya.
Chaeyoung menangis dengan isakan yang memilukan.
Chaeyoung selalu menganggap ibunya malaikat. Mami Chaeyoung benci dia gara-gara mirip papinya, Chaeyoung menerima itu, karna menurut Chaeyoung wajar.
Tapi kepalsuan rumah tangga mereka?
Chaeyoung tahu, jelas tahu kalau orangtua mereka dijodohkan tapi Chaeyoung sama sekali nggak tau kasih sayang yang mereka tunjukkin di depan Chaeyoung itu palsu. Chaeyoung jadi berpikir apakah kasih sayang mereka untuk Chaeyoung juga palsu?
Chaeyoung semakin terus terisak dan mulai menggigiti pinggiran jarinya.
"I know exactly what will you do if I let you go by your own, you'll meet your mother, and asking her for forgiveness. It's just will hurt you even more," tambah papi Chaeyoung.
"Why— why?"
Chaeyoung menangis dengan napas yang sesak.
"Dont hurt yourself!" Papi Chaeyoung menarik secara paksa kedua tangan anaknya itu, darah mulai nampak disana.
Papi Chaeyoung memeluk Chaeyoung. Chaeyoung lemah dan tidak punya tenaga, Chaeyoung hanya pasrah.
"Im trying to be a good father. I thought a teenager like you don't need much affection or attention. Papi berpikir kamu berada di masa yang hanya ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu, jadi papi memberikan semua kebutuhan itu," jelas papi Chaeyoung sambil menepuk punggung Chaeyoung pelan.
"Just keep your words..." lirih Chaeyoung, suara yang terdengar sangat lemah dan rapuh.
"Iya papi bakal ijinin kamu pergi. Tapi kamu sembuhin dulu semua luka di dalam dan di luar diri kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run Away [Chaeyoung & Changbin] ✔
Fanfiction⎯ menurut lo kata-kata apa yang cocok buat gambarin kita? ⎯ apalagi kalau bukan, kids with daddy issues. ©gemithic, 2021.