Alana pergi ke toko buku seorang diri, ia ingin mencari kumpulan soal untuk persiapan ujian akhir. Kalau untuk pergi ke toko buku ia lebih senang sendiri, kalau diantar ketiga temannya pasti tidak leluasa. Ketiga cowok itu pasti sedikit-sedikit mengeluh bosan. Berisik.
"Lana ...."
Mendengar namanya dipanggil ia segera menoleh, ia tersentak. Hanya satu orang yang memanggilnya begitu. Sudah lama sekali, sejak sebulan yang lalu saat ia putus.
"Mas Adrian?" Alana menyapa dengan canggung. Ia meletakkan buku yang dipegangnya kembali ke rak.
"Sendiri?" Adrian melihat ke sekeliling Alana, mencari keberadaan Edgar. Tumben ajudan Alana itu tidak ada, pikir Adrian.
"Iya."
Seorang gadis seusia Adrian datang menghampiri mereka. Gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun. Saat ia berdiri di samping Adrian mereka terlihat sangat serasi.
"Kenalin ini Sasha." Adrian mengenalkan mereka berdua.
"Oh, iya." Alana menyalami dengan canggung. Rupanya Adrian cepat sekali memiliki kekasih baru, pikir Alana sedih.
"Gimana kabar kamu?" tanya Adrian, yang di telinga Alana terdengar seperti pertanyaan basa-basi.
"Baik." Alana menjawab singkat.
"Bentar lagi lulus 'kan?"
"Iya."
"Rencananya mau masuk universitas mana?"
"Pelita Bangsa."
"Deket kampus aku."
"Em, iya."
Gadis bernama Sasha itu tampak bosan mendengar percakapan Adrian dan Alana. Ia merasa diabaikan oleh kedua orang itu. Ia menampakkan wajah malas. Alana mengerti, ia segera mengakhiri pembicaraannya dengan Adrian.
"Mas, aku balik dulu, ya. Udah sore."
"Hati-hati, ya." Adrian memandang kepergian Alana cukup lama, sampai gadis itu benar-benar hilang dari pandangannya.
***
Sesampainya di rumah Alana langsung menuju kamar, ia segera mengunci pintu karena tak mau diganggu. Bundanya sampai heran, mengapa ia tiba-tiba jadi begitu.
"Dasar cowok buaya, baru putus sebulan udah nemu yang baru. Gue aja belom. Ini nggak adil!" Alana berguling-guling dengan sebal di kasurnya sampai sepreinya berantakan.
Tiba-tiba terdengar bundanya memanggil, mengatakan bahwa ada Edgar di depan. Alana segera melompat dari kasurnya dan menemui Edgar.
"Gar, cariin gue pacar dong."
Edgar yang sedang minum orson Kurnia jadi terkejut mendengar Alana datang-datang langsung minta dicarikan pacar. Dipikir mudah apa? Mau cari di mana coba? Toko online?
"Lo mau pacaran?"
"Mas Adrian udah punya pacar baru, masa gue enggak." Alana berkata kesal. Edgar tersenyum miris, rupanya Alana baru saja bertemu Adrian.
"Kalau mau pacaran cari alasan yang logis dong." Edgar mencibir tingkah Alana.
"Gue nggak terima dia udah move on dari gue."
"Lo masih cinta dia?"
"Enggak, gue nggak tau kenapa hati gue nggak enak saat tau dia udah punya pacar baru."
"Artinya lo masih cinta dia, Dodol!" Edgar mengacak-acak rambut Alana.
"Gue cuma merasa nggak adil, kenapa cuma gue yang menderita di sini, sedang dia baik-baik aja."
"Mau lo apa, sih?" Edgar bertanya serius.
"Nggak tau. Pokoknya cariin gue pacar!" Alana merajuk sambil menghentakkan kakinya, seperti bocah yang meminta dibelikan kinderjoy.
"Yang kayak gimana?"
"Yang ganteng, tajir, pinter, jago olahraga, dan bisa nerima persahabatan kita."
"Target lo ketinggian."
"Ya udah, gue turunin. Yang penting dia mau sama gue aja. Oh, ya dia harus mandiri, kalau nggak BCA juga nggak papa. Eh, OVO GOPAY juga nggak masalah."
"Dasar pengeretan!" Edgar heran, jaman sekarang apa masih ada cewek yang melihat cowok tanpa melihat hartanya. Inisial R memang meresahakan, rekening maksudnya hehe.
"Namanya realistis, Edgar!"
"Besok gue cariin. Gue bikinin audisi kalau perlu."
"Cepetan, Edgar. Jangan lama."
"Iya-iya, ngebet banget, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.