12

320 69 8
                                    

Double update nih!


“Dih, yang bener aja lo bang. Jangan ngarang bang, masalahnya hubungan gue di awang-awang nih.”

Haidar mendengus, anak ini sangat sulit untuk di ajak berkompromi— memang dirinya saat berbicara seperti melawak apa?

“Ngapain juga gue ngarang, bukan anak sastra gue. Lagian buat apa bercanda kalo ini tentang kakak lo?” Dimas menghentikan aktivitas dari makan wafflenya. Anak remaja itu menukikkan alisnya. “Jadi, perasaan lo ke kakak gue itu bener-bener serius?”

Haidar mengangguk yakin. “Ya kalo ngga serius kenapa gue harus repot-repot buat nyeritain ini ke lo bego!” Dimas hanya manggut-manggut, memang kalau bucin seperti itu. Seperti dirinya dengan Kejora.

“Oke-oke gue percaya, tapi ngapain juga saudara kembar lo mau nyelakain kakak gue? Emang kakak gue ada salah?”

Haidar bungkam, jika ia bilang tujuan utama Haidan adalah menghancurkan kebahagiaannya. Berarti dirinya adalah penyebab masalah ini kan? Dan Dimas bisa saja menjauhkan dirinya dari Andira— damn, itu mimpi buruk yang terburuk!

“Entah, gue belum tahu masalah utamanya.”

“Aneh.”

“Gue mau jemput kakak lo dulu, dia dirumah kan?” Dimas mengangguk cepat, lalu ia melangkah pergi dari sana. Anak remaja itu memanggilnya. “Ini makanan gur udah di bayar semua kan sama lo?”

Haidar merotasikan bola matanya.

“Udah!”

My sweety💗
Online

| Yaudah bntr
| lgian mendadak bgt lo
| Gue siap-siap dlu

Oke cantik |
Gue udah di bawah |

Ia menekan tombol pengunci di ponselnya— menunggu gadis itu keluar. Haidar mendesah kasar, rasanya begitu bingung. Mengapa seluruhnya terlalu tiba-tiba? Bahkan waktu sebelumnya ia tak menyangka hal ini akan terjadi.

Sampai satu ide terlintas, bagaimana mengenalkan Andira dengan teman-temannya? Setidaknya temannya akan membantunya walau itu hanya hal kecil.

Tuk tuk tuk!

“Buka kuncinya pintunya!” Pekik Andira di samping mobilnya— ia langsung membukanya. Lalu gadis itu pun masuk, berpakaian casual— hanya kaos putih polos dengan jeans hitam serta sneakers.

Andira menaruh tas slempangnya di pangkuan. “Mau ngajak kemana sih lo? Ngga tahu apa, gue langsung ngibrit gara-gara gue belum mandi sehabis pulang kuliah?” Celotehnya. Haidar terkekeh renyah. “Mau ngenalin lo ke temen gue.”

Gadis itu menukikkan alisnya. “Dih, buat apa coba.”

“Biar di restuin sama temen gue, kalo itu pacarnya gue.”

Ctak!

Andira sudah mengambil botol kosong disana dan langsung melayang di kepala Haidar. Dan dengan bodohnya, lelaki itu hanya tersenyum menampilkan kecacatannya di pipi. “Berisik! Ngga usah ngawur!”

“Ngga ngawur, itu beneran dari hati gue.” Balasnya, dengan orang di sebelahnya hanya berdecak kecil. “Gue turun nih lama-lama.” Ancam Andira, dengan tangan yang sudah ingin membuka knop mobil.

“Eh jangan! Iya ini beneran jalan.”

Andira memutar bola matanya malas. “Mangkannya buru!”

“Iya sweety, ngga sabaran banget buat di restuin.”

Ctak!

Iya, lagi-lagi kepalanya menjadi korban. Korban lemparan botol kembali, jangan salahkan dirinya jika dirinya nanti akan semakin bodoh— pasalnya apapun kesalahan dirinya, kepala yang selalu menjadi korban. Walau memang tidak terasa, namun bisa saja kan?


hai, haidar & haidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang