15

776 86 21
                                    

¤ ¤ ¤ ¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤ ¤ ¤ ¤


Plak!

Duh, iya Kajol ini aku ngga sengaja.” Ringis Dimas sembari mengusap kepala bagian kanannya. Berbeda dengan Kejora yang gemas untuk mencakar Dimas, pasalnya pemuda itu membawa bingkisan— dan sudah berapa kali ingin jatuh.

“Mangkannya jalan yang bener! liat-liat juga jalannya.” Seru Kejora.

Dimas manggut-manggut kecil. “Iya ya, tadi kan ngga sengaja.” Gadis remaja di sebelahnya pun mendelik. “Ngga ada ya yang ngga sengaja tapi berkali-kali!”

“Udah sstt, kita di rumah sakit.”

Kejora hanya bungkam dengan bibir kecilnya yang sibuk komat-kamit dan memandang sinis. Setelahnya, kedua anak remaja itu memasuki gedung berwarna putih bercampur dengan warna biru disana. Namun langkah mereka bersamaan terhenti, kala menyadari sesuatu.

“Kita mau nemuin mereka dimana?”

“Lah iya, aku lupa ngabarin. Coba kamu tanya sama kakak, batrai ponsel aku habis soalnya.” Kejora pun mengangguk dan mengeluarkan ponselnya dari tas kecil miliknya.

Kakak Ipar Dira
Last seen off

Kak, aku udh dirs |
Mau ketemu di mananya? |

Yang menamai kontak seperti itu jelas bukan Kejora yang melakukannya. Siapa lagi kalau bukan pemuda di sebelahnya? Si Dimas.

“Kakak kamu off lagi.”

Dimas menoleh dengan menunjuk ponsel kekasihnya. “Palingan beberapa meni—”

TING!

| Ketemu di lobby aja
| Nnti kakak sma temen kakak ksana

Oke deh kak |

Tuh kan di bilangin juga apa.” Ujar Dimas, pemuda itu tengah memakai hoodie berwarna mint  yang sedaritadi hanya ia ikat di bahunya. Kejora pun mengambil alih salah satu bingkisan disana.

“Yaudah ayo!” Ajaknya.


🍁🍁🍁


Berbeda dengan situasi yang di hadapi keempat insan yang tengah menunggu insan lain disana. Entahlah mengapa auranya begitu mencekam dan tegang, ini kedua kalinya mereka berdiri di depan ruangan yang sama— hanya saja untuk kali ini membahas hal lebih detail tentang Haidan ketimbang waktu itu.

Ceklek

Suara yang terdengar menyapa rungu, setelah beberapa menit yang lalu hanya hening yang melanda.

Mereka maju beberapa langkah dari sana, tepatnya mendekati Haidar. “Gimana, Dar?” Tanya Starla, Haidar yang sedaritadi menunduk dengan wajah pias pun mendongkakkan kepalanya.

hai, haidar & haidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang