12 || Unbelieveable

9 6 0
                                    

Maaf jika ada kata-kata kasar atau adegan yang kurang berkenan.

Biasakan follow dan vote sebelum membaca!

Done?

Happy reading 🖤!!!

.
.
.
.
.

"GALAA!" Zoya mendorong pintu kelas di sebelah tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"GALAA!" Zoya mendorong pintu kelas di sebelah tubuhnya. Lagi-lagi, kosong.

"Gala!" Zoya berdecak, menelpon Gala kesekian kalinya sembari terus melangkah. Mencari. Kemudian, seperti sebelum-sebelumnya, suara operator yang menyambutnya.

Zoya jadi paham kenapa Oce sekesal itu kala mencoba menelpon dirinya.

"Gala?" Netra Zoya menitikkan air mata. Terlambat, ia terlanjur berburuk sangka.

"Gala dimana sih, Tuhann?" kemamnya seraya menggigit bibir, resah.

"Selanjutnya, Danar Caraka nomor dada dua puluh dipersilahkan untuk maju!"

Zoya mendelik, kembali gamam. Pasalnya, Gala benar-benar harus maju setelah Danar─siswa SMA Pelita tersebut.

Dengan pikiran yang berlalang buana, Zoya menggegah ke asal arah─yang tanpa sadar melangkah menyusuri lorong tua yang paling jarang dilalui siapapun. Jauh lebih menyengkak dibanding lorong kala itu.

Rasa kejerian dan histeria menghilang ditelan kekhawatirannya. Matanya mulai berkaca-kaca, meski sangat samar. Hampir tak kentara.

Gadis itu melangkah dengan pasti, diiringi melodi Für Elise yang dimainkan epik oleh Danar─suaranya terdengar jelas dan membuat keadaan menjadi mencengangkan.

Sekitar sembilan belas langkah menelusuri jalur terluang itu lebih dalam, rungu Zoya menangkap satu suara. Bahana lenguhan. Rintihannya terdengar menyakitkan.

Jantung Zoya berdetak tak karuan. Tubuhnya bak di dorong dari gedung beratus-ratus lantai tatkala menyadari siapa pemiliki suara barusan. Ia belingsatan.

Tanpa mau peduli lagi, Zoya menerobos masuk dalam gudang tua sekolah─tempat dimana ia mendengar suara erangan yang mampu membuat kedua tungkainya seakan mati rasa.

Benar saja, kedua ain-nya segera berderai air mata ketika mendapati seseorang terkapar tak berdaya dalam posisi telungkup. Cairan merah lekit bergenang di sekitar tubuhnya, masih terus mengalir.

Saat Zoya menoleh ke segala arah, tak ditemukannya siapapun yang sekiranya pelaku dari peristiwa kriminal ini. Ia justru menjumpai piala setinggi 45cm─piala Cerdas Cermat─yang ikut terletak di sanding tubuh itu yang setengahnya bersimbah darah.

Wrong Love Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang