SATU

8 0 0
                                    


"Jika mimpinya tak bisa jadi nyata. Mari kita wujudkan dalam bentuk kata-kata."


"Lol, menurut kamu dunia itu tentang apa aja?" tanya seorang gadis dengan baju warna pink dan tas punggung warna hitam.

"Cuman tentang main-main," jawab santai gadis yang ada di sampingnya. Menatap lurus ke depan menikmati angin serta senja saat itu.

"Kok gitu?" Langsung saja dia menanyakan maksud dari pernyataan sahabatnya.

"Iya. Aku selama 17 tahun cuman main-main bisa tetap hidup." Ia seakan bangga dengan kalimatnya itu yang seolah-olah memang benar.

"Iya juga sih, Lol. Ini bukan ajaran sesat 'kan?" Matanya ia sipitkan, mengartikan ekspresi sahabatnya yang seakan acuh.

"Sesat dong! Emang kapan kita udah bener dan serius nanggapin masalah?" balasnya sembari beranjak bangun dari tempat duduk. Beberapa kali membersihkan rok berwarna hitam yang tadinya ia duduki di atas tanah.

"Hm ...  iya juga sih. Tapi harus ngejalanin kayak gini terus?" Ia ikut berdiri dan melakukan hal yang sama dengan roknya. Kemudian menepuk-nepuk kedua tangan agar bersih dari debu.

"Iya, harus," jawab Loli mantab untuk meyakinkan.

"Oke,  Lola bakalan nurut aja sama Loli." Gadis bernama Lola itu menyatukan ibu jari dan telunjuknya membentuk huruf O.  Kemudian sahabtanya---Loli---mengangguk memberikan senyum tipis pada Lola. Sesekali Lola merasa ngeri dengan orang yang ada di hadapanya ini.

"Pulang, yuk! Mancingnya udahan aja." Loli mengajak Lola untuk pulang, dari jam 4 ia memancing di danau sembari menikmati matahari tenggelam, tapi tak satupun ikan yang datang merayu umpan mereka.

Sembari menatap pancingan mereka yang tengah bersender di sebatang kayu Lola mengerutkan alis simetris hitamnya. "Lol, kok bisa udah mau 2 jam kita mancing, tapi nggak ada satupun ikan atau minimal katak nyamber umpan kita?"

"Kenapa yah, kira-kira? Padahal umpannya udah high quality banget. Masa ikannya gak pada suka?" Loli kali ini ikut berenang di dalam perasaan yang sama dengan Lola.

Lola mengusap-usap dagunya berpikir keras mengapa ini semua terjadi. Seharusnya minimal ada sebuah tarikan dari ikan-ikan yang datang. Lalu, ia teringat saat membelikan minuman untuk Loli dan menyuruhnya untuk memasang umpan. Ia mempunyai firasat tak mengenakan, ia menyipitkan lagi matanya menatap Loli yang setia mengamati pancingan itu. Tanpa pikir panjang Lola menarik pancingnya membuat Loli terkejut. Lalu, benar saja apa yang Lola perkirakan.

"INI APA,  LOL?!!!" Seru Lola tak habis pikir dengan umpan yang Loli kaitkan di ujung kail itu. Loli yang menatap bingung, membulatkan matanya lalu berkedip beberapa kali.

"Ayam goreng yang tadi kita beli di jalan itu. Emang kamu liatnya apa? Telur naga?" jelasnya tanpa ada rasa berdosa sedikitpun menatap Lola yang memegang ayam goreng utuh yang tak sempat ia makan tadi.

"Ya Allah, punya sahabat gini banget, apa dosa dan salah hamba?" sesalnya, ia menunduk sembari menggelengkan kepala.

"Kenapa? Harusnya ikannya suka, itu aja aku korbanin makanan kesukaan aku cuman buat mancing ikan. Aku bener 'kan?" tanya Loli heran dengan respon Lola.

"Iya Lol, kamu emang nggak salah, cowok yang selalu salah. Besok-besok kalau umpannya ayam goreng, kita jangan mancing ikan."

"Terus?" sambung Loli dengan wajah penasaran.

"Harimau aja biar langsung disamber terus dicabik-cabik!" serunya kesal bergegas meninggalkan Loli yang tertawa.

"Bengek!"

KITA DAN KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang