Lima

3 0 0
                                    

"Mari kita mulai untuk apa yang sebelumnya sempat membuatmu berhenti."

Hari-hari berlalu cepat sekali, tak terasa sudah 4 bulan Loli berkerja di sini. Dia benar-benar menikmati pekerjaanya, ada begitu banyak perbedaan yang terjadi selama ini. Dari hal kecil hingga masalah besar yang berusaha dia lalui meski sebenarnya dia sangat malas akan hal itu. Yang awalanya dia mempunyai rekan kerja menjadi admin bersama satu orang lainnya sekarang menjadi sendiri. Begitu juga dengan Lola, banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 4 bulan itu. Yang tadinya di toko sekarang menjadi quality control, kadang dia merasa bosan dan sesekali ingin berhenti saja.

Tak berbeda dengan keadaan lingkungan mereka termasuk manager yang sudah kembali ke profesi awalnya yaitu editor. Namun, ya sudahlah. Memang hidup itu tak akan begitu-begitu terus, ada saja tanjakan serta turunan yang kadang membuat kita melambung tinggi dan tersentak turun ke bawah. Itulah hidup.

"Saya doain semoga Loli jadi admin yang profesional, jadi orang sukses." Kalimat itu membuat pendengaran Loli terganggu, lalu beringsut mencari asal suara.

Suasana studio yang sepi membuat dia yakin itu berasal dari luar. Tepat seperti dugaan, laki-laki berkacamata itu lagi. Menghadapkan pandanganya lurus sembari duduk di teras kecil yang tertutup tirai bambu. Kalimat tadi membuat Loli memiringkan kepala dan mengerutkan alis tebal nan hitam miliknya. Mengetahui jika Loli mendengar kalimatnya, laki-laki yang akrab dipanggil---Kak Levi---itu melengoskan pandangan menuju Loli yang terdiam dengan seribu kebingungan yang dapat dibaca siapa saja.

"Kok bilang gitu? Gak boleh!" seru Loli setelah bergelut dengan pikirannya sendiri. Seakan ada sinyal aneh yang memberikan dorongan agar Loli merasa waspada dan panik.

"Loh, emang nggak boleh saya doain Loli gitu?" Lagi, ini akan terjadi jika sudah saling sahut menyaut. Akan ada hal yang tak ingin didengar orang lain. Ribut.

"Bukan nggak boleh, emang Kakak mau kemana?" selidik Lola menatap dari atas sampai bawah mantan mangernya itu.

"Jauh pakai helm. Saya tinggal Loli sendiri, jaga diri baik-baik." Lalu, dia beranjak pergi mengayunkan kaki meninggalkan Loli dengan duaribu kebingungan. Jika bisa ditukar dia bisa bayar parkir dengan rasa bingungnya.

"Emang efek samping orang terlalu lama sendiri kayak gitu, yah?" Kali ini dia bertanya pada dirinya sendiri, heran dengan Levi. Perubahanya drastis sekali. Dulu dia jarang tersenyum sekarang menjadi pelawak, dulu malas melihat orang tertawa sekarang dia yang menjadi penyebab orang tertawa.

"Lol, pernah kepikiran mau kuliah?" tanya Lola tiba-tiba. Aneh memang, tapi itu yang terlintas di benaknya. Ada niatan menuntut ilmu, tapi dia takut itu hanya efek karena dia jenuh saat ini. Karena itu dia berniat mencari pendapat dan solusi dari Loli.

"Pernah, tapi dulu. Sekarang sih, males banget," papar Loli santai, berbeda dengan Lola dia sekarang tak punya niatan sedikitpun untuk kuliah. Terlalu menikmati pekerjaan.

"Kenapa?" tanyanya lagi penasaran, meski begitu dia tak lepas dari pekerjaannya mengontrol produk yang akan dimasukan ke toko.

"Aku kuliah? Hahaha ... dulu sih, pernah mau kuliah tapi gagal lagi. Jadi aku beralih cari kerja." Loli nampak tertawa bukan karena senang, hanya tawa renyah yang dibuatnya. Dia lalu memandang Lola yang sudah pasti bingung dengan kalimat yang ia lontarkan tadi.

"Hm, udah nggak ada niatan kuliah, Lol. Dulu aku pernah berjuang, semangat banget pengen kuliah sampe semua udah diatur sedemikian rupa, tapi gitu." Dia memberikan jeda dan menarik nafas berat.  "Manusia cuman bisa berencana dan yang nentuin itu Allah. Baik atau enggaknya menurut kita, tapi pasti apa yang diberikan sama Allah itulah yang terbaik," perjelas Loli panjang lebar. Malas sebenarnya dia membahas hal ini, tema pembahasan yang sangat dia hindari. Karena dia harus mengingat hal yang menurutnya paling suram itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KITA DAN KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang