Dua

4 0 0
                                    

"Kita kira bertemu satu sama lain adalah hal yang menyebalkan. Namun, pada kenyataanya jika kita tidak bertemu maka semuanya akan menyebalkan. "

Loli terlihat sedang duduk tak tenang di atas kursi yang telah dipersiapkan. Sesekali mengobrol dengan perempuan berpenampilan sopan di depannya, alur percakapan yang ia selami terasa sedikit monoton membuatnya benar-benar tak tertarik.

"Pokoknya nanti harus semangat, tunjukkin apa yang kamu bisa," ujar kasir itu membuat Loli mengangguk kaku memberikan selengkung senyum.

Tak lama datang seseorang berpenampilan hampir sama dengan dirinya agar terlihat sopan ia memberikan sedikit senyum. Lanjut dia mainkan kakinya yang terasa dingin karna menyatu dengan lantai ditambah dengan rasa gugup yang sedari tadi menyelimuti.

"Kenalin, dia Loli. Mau ngelamar kerja. Katanya seangkatan sama kamu, umuranya juga sama kayak kamu." Kasir itu terlebih dahulu memperkenalkan Loli dengan gadis setinggi kupingnya itu.

"Oh, iya. Aku Lola, salam kenal." Gadis dengan nama Lola itu tak kalah kakunya dengan Loli saat ini, tak sering dia berkenalan dengan orang baru.

"Ooh, iya. Berarti angkatan give away juga, yah?" Loli meraih tangan yang diulurkan oleh Lola, memberikan sedikit racikan gurauan di akhir kalimatnya. Namun, respon yang diberikan Lola berbanding terbalik dengan yang dipikirkan Loli. Lola hanya planga-plongo tak mengerti maksud dari ucapannya. Loli semakin menegang melirik kasir di depanya berharap dia akan menyambut dan mencairkan suasana. Namun, nyatanya tidak.

Oke, orang-orang di sini terlalu normal, gumamnya dalam hati.

Dia kenapa? Mau ngelucu? pikir Lola masih dengan tampang tak mengerti.

"Mmm, maksudnya angkatan 2020," perjelas Loli ingin menerangkan apa yang sebenarnya ingin ia katakan.

"Ooooo ...." Semua orang di sana bergumam serentak, termasuk perempuan di pojok sana. Loli langsung mengangguk tersenyum semakin kikuk. Ia seakan ingin pergi saja dari bumi jika seperti ini, dia belum terbiasa.

"Lola, ajakin dia ke belakang, yah. Anter ke manager," pinta kasir itu. Semakin membuat pacuan darah yang dipompa oleh jantung Loli mendesir hebat karena gerogi. Lola yang mendengar perkataannya langsung bergegas mengajak Loli menemui manager mereka. 

Sesampainya di tempat yang dituju Lola mempersilahkan Loli untuk duduk di depan laki-laki berkacamata yang sedang bergelut dengan ponsel genggam.

"Itu dia, aku pergi dulu. Semangat," ujar Lola lalu beranjak pergi meninggalkan Loli dengan laki-laki berkacamata bening di hadapanya ini. Loli tak henti-hentinya mengambil nafas dalam, bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan yang akan dilontarkan orang di depannya. Kemudian ia nampak meletakkan handphone di atas meja dan beranjak menatap Loli, membuat bulu kuduk Loli berdiri.

"Loliana Sari, yah? Yang dari tetew itu?" tanyanya menyunggingkan sedikit senyum.

"Iya, saya." Loli mengangguk sopan sembari membalas senyum yang sempat tersuguhkan oleh laki-laki di depannya.

Lanjut akhirnya Loli dijelaskan posisi apa yang dibutuhkan perusahaan hingga detail tekhnik kerja yang akan ia geluti. Cukup paham dan tak ada pertanyaan kembali membuat Loli dipersilahkan pulang. Suasana yang nampak akan sore membawa harapan baru serta langkah baru Loli di tempat ini.

KITA DAN KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang