4. Ingin Kembali Seperti Sebelumnya

2.7K 346 7
                                    

'Karena kamu terlalu cantik untuk tak menjadi baik. Bidadari surga seharusnya tertutup dengan keindahan penampilan dan ahlak.'

~Thierogiara

***

Hari ini rasanya Ailee sangat enggan pergi ke sekolah untuk memulai hari. Jam pelajaran matematika menempati posisi pertama dan Ailee sangat-sangat malas bertemu dengan sosok guru matematika barunya, siapa lagi kalau bukan Halal. Ailee menghabiskan waktu nongkrong di kantin, sampai bel masuk berbunyi barulah Ailee masuk ke dalam kelas.

"Mana aja lo?" tanya Leoni, berbeda dengan Ailee dia sangat bersemangat hari ini, siap cuci mata dengan ketampanan Halal.

"Bukan urusan lo!" Ailee langsung mendudukkan dirinya di kursi, bukannya apa-apa, sekarang dirinya dan Leoni sedang berbeda pandangan, Ailee memandang Halal sesosok yang menyebalkan sementara Leoni memandangnya sebagai sosok yang mengagumkan.

Ailee tak lagi membalik badan dan langsung mengeluarkan buku-buku dari dalam tasnya. Dia dulu menyukai pelajaran matematika, namun kini sudah tidak lagi. Lebih tepatnya dia tidak menyukai Halal jadi apa pun yang berhubungan dengannya Ailee tidak suka.

"Selamat pagi semuanya!" Halal masuk dan langsung menyapa seluruh murid dalam kelas.

"Pagi Pak!!" sahut semua murid dalam kelas.

Ailee memutar bola matanya malas, andai ada kompensasi untuk tak mengikuti satu mata pelajaran maka Ailee akan memilih keluar saat pelajaran matematika. Masih jelas di ingatannya saat Halal menegurnya di depan semua orang, mau ditaruh mana mukanya? Untung saja Ailee tidak memiliki gebetan di kelasnya.

Halal meliriknya sekilas sebelum akhirnya fokus menerangkan materi hari ini. Ailee membuatnya merasa tertarik dengan wajah jutek yang selalu gadis itu tampilkan, terlebih ternyata gadis itu lumayan pintar, Halal mengetahuinya setelah guru sebelumnya memberikan rekap nilai para murid agar Halal tak kebingungan memasukkan nilai di akhir semester nanti.

"Sepertinya buku saya dan kalian berbeda ya?" tanya Halal, dia menatap bukunya yang bersampul coklat, sementara buku pegangan para murid berwarna hijau tua.

"Iya Pak, itu buku buat matematika kelas IIS." Seorang siswa memberitahu.

Ailee hanya diam, merasa tak tertarik dengan itu. Pokoknya dia akan belajar, sudah itu saja. Tidak akan berusaha juga untuk menikmati pelajarannya.

"Ailee, tolong ambilkan buku matematika yang seperti punya kamu di perpustakaan."

Ailee yang semula menunduk langsung mengangkat kepalanya memandang sekitar, ketua kelas, sekretaris dan bendahara ada di kelas. Semua perangkat kelas ada, kenapa harus dia?

"Harus saya? Kenapa nggak Deon aja Pak?" tanya Ailee. Tidak sopan kalau dia langsung menolak mentah-mentah walau sebenarnya sangat ingin. "Deon kan ketua kelasnya, saya nggak ada jabatan di kelas ini." Dan Ailee memperjelas semuanya.

"Saya maunya kamu."

"Tapi saya masih mau memahami sesuatu di sini. Itu kan tugas Deon Pak!" Mulai sengit karena nada suara Ailee mulai meninggi. Halal tampak menghela napas, ternyata lumayan keras kepala.

"Jadi kamu tidak mau?"

"Tidak! Karena bukan tugas saya."

"Padahal kamu sudah bagus loh penampilannya, kok ahlaknya belum?"

***

Dengan emosi menggebu dan hasrat untuk membuang jauh-jauh rok sekolah pilihan mamanya semakin di ubun-ubun maka Ailee langsung saja singgah ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli rok baru. Halal menyindirnya lagi dan itu sangat menyebalkan! Ailee tak bisa begini terus, dia akan kembali ke sekolah dengan rok pendek dan tak akan pernah menuruti perkataan Halal lagi.

Ailee sampai ke rumah dan kedua orang tuanya tidak ada yang sadar bahwa dia membawa rok baru, tanpa ragu dia membuka rok panjangnya. Mengangkat kain itu tinggi-tinggi kemudian mengambil gunting dan merusaknya hingga tak berbentuk.

Memangnya apa salahnya sih? Ailee diberi tahu ayat soal zinah dan dia tak melakukan perzinahan, dia juga diberitahu ayat soal berbakti pada orang tua dan dia melakukan semua itu dengan baik. Yang berat untuk Ailee adalah meninggalkan kehidupan serba nikmat yang mungkin hanya akan ia dapatkan kala ia remaja, dia tak akan pernah bisa begini lagi jika sudah dewasa nanti. Dia hanya ingin menikmati setiap momen, karena beberapa kesalahan orang harus memandangnya dengan cara yang berbeda, tak selamanya kesalahan adalah kesalahan. Sebab semua orang memiliki pandangan masing-masing akan sesuatu.

Ailee tertawa setelah melihat rok sekolahnya tak berbentuk, entahlah rasanya hampir gila. Mendengar tawa itu Prita yang kebetulan melintas di depan kamar Ailee langsung membuka pintu kamar anaknya itu untuk melihat apa yang terjadi.

"Kamu kenapa?" tanya Prita.

Ailee menunjukkan hasil kerja tangannya, bukan sebuah seni namun cukup aesthetic.

"Ya Allah! Kamu apain?" tanya Prita yang langsung mengambil alih kain abu-abu kebiruan itu lantas mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Tenang aja, aku udah beli yang baru kok." Dengan santainya Ailee menunjuk paperbag yang ada di atas kasur. "Rok pendek, tapi nggak lebih pendek dari yang sebelumnya."

Cuma lebih ketat aja. Sambung Ailee dalam hati. Terdengar jahat memang, tapi kalau tidak begitu dia tak akan pernah bisa melakukan hal-hal yang sangat ingin dia lakukan.

Sebenarnya menurutnya orang tuanya terlalu ketat. Padahal dia juga akan menurut jika apa yang mereka sampaikan tak terlalu merugikannya, ya walau hampir semua tidak merugikannya. Tapi itu merenggut kenyamanannya. Mereka hanya tak sadar apa yang mereka larang justru sangat menantang di mata Ailee. Semakin mereka keras, Ailee juga semakin ingin membuktikan siapa dia sebenarnya.

Prita menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia ingat benar saat membuat Kairo dan Ailee doanya sama, tapi kenapa hasilnya sangat jauh berbeda seperti ini?

"Ma, biarin aku nikmatin hidup aku dulu. Jangan paksa-paksa lagi ya? Aku nggak nyaman." Ailee berkata jujur, lagipula Ailee masih tak melakukan hal aneh, seharusnya itu cukup.

"Tapi dalam islam kamu bahkan harus menutup aurat Lee."

"Iya paham kok, tapi jangan sekarang ya?"

"Kamu nggak takut mati?"

Ailee diam.

"Maut itu bisa datang kapan aja. Kamu juga jarang salat, manja kamu tuh!"

Ailee menunduk, dia masih ingat dengan Tuhannya bukanlah itu cukup?

"Mama tega kalau aku nggak nyaman?" tanya Ailee.

"Lebih baik nggak nyaman sekarang, daripada kekal di neraka."

Ailee menelan ludahnya lagi, kenapa sih? Tapi dia juga sebenarnya takut kalau sudah menyangkut soal kematian.

"Ma..."

Prita menatap miris ke anak perempuannya dan ya dia selalu kalah dengan apa yang Ailee tampilkan ketiga membujuk.

"Ya udah, tapi jangan lupa salat."

Ailee mengangguk, dia menang lagi. Tapi lupa kalau orang tuanya selalu punya cara, Ailee hanya tak sadar bahwa mungkin orang tuanya melakukan semuanya di belakangnya.

***

Haiii...

Apa kabar nih?

Sedikit cerita, aku lagi banyak kegiatan. Full sebulan ini, tapi karena cerita ini ikut kontes harus update!

Maafin ya kalau ceritanya masih belum jelas...

Tapi ailee nyebelin sih emang.

Halal baik sih, tapi ngomongnya suka nyelekit, bener tapi.

Pokoknya mah gitu!.

Jangan lupa vote & comment!

Love u oll


Pak Halal! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang