31

936 180 4
                                    

"Edgar, gue pingin kelapa!" rajuk Alana lagi. Sedari tadi gadis itu terus-terusan rewel, membuat Edgar pusing saja.

Mereka masih terdampar di pulau. Setelah memasukkan bensin dengan metode mulut ke mulut oleh Edgar sang sukarelawan, entah mengapa perahu boat sialan itu masih tak mau hidup. Mungkin ia sudah tenang menghadap yang kuasa. Gak jelas ... Hehe.

Rupanya ada masalah lain, sehingga perahu itu tak mau move on. Mungkin ia sudah lelah mengarungi kehidupan yang fana ini. Makin nggak jelas ....

Edgar memandang ke arah pohon kelapa yang ditunjuk Alana. Alana kesal karena bukannya mengambilkan, Edgar malah asyik memandangi pohon kelapa itu, membuat pohon kelapa itu blushing, ya Allah, makin nggak jelas gue.

"Ambilin, Gar!"

"Gimana caranya?"

"Gue nggak mau tau, mau lo manjat kek, terbang kek, ngesot kek. Pokoknya gue mau buah kelapa itu turun."

"Gue tebang aja, gimana?"

"Serah!"

"Terus gue tebang pakai apa?"

"Lo cari ajalah di speed boat, siapa tau ada gergaji mesin."

"Ngaco lo, yang punya speed boat nih palingan nelayan, ngapain dia bawa gergaji mesin segala. Lo pikir dia sikopet kayak di film thriller Jig Saw?"

"Cari dulu!"

Edgar menuruti perintah Alana. Benar saja di speed boat itu tak ada gergaji mesin. Adanya hanya pisau buah dan sendok teh.

"Lo tebang aja pakai pisau buah itu, atau lo gali akarnya pakai sendok teh itu."

"Ini 'kan sendok teh, Lan? Kapan selesainya."

"Minum aja air laut, gitu aja repot." Darel lelah melihat perdebatan Edgar dan Alana.

"Asin geblek!"

"Anggap aja oralit."

"Eh, btw lo pada tau nggak kenapa air laut asin?" Alexis malah melempar tebakan garing.

"Karena mengandung garamlah!" Edgar menjawab logis. Malas ngelawak.

"Karena udah takdirnya!" sahut Alana nggak jelas.

"Kalau manis mah namanya teh sisri!" Darel makin ngawur.

"Salah semua, jawabnya karena kena keringet ikan yang pada lari-larian dikejar nelayan."

Krik ... Krik ... Krik

"Sabar, bentar lagi lucu." Edgar menepuk pundak Alexis, memberi dukungan.

"Gini nih kalau jatah kebodohan orang sekecamatan diembat semua!" maki Alana.

"Bodohnya alami tanpa pengawet dan pemanis buatan." Darel mencibir.

"Berapa giga sih kapasitas otak lo? Gue rasa otak lo kalau si loakin harganya paling mahal. Soalnya jarang dipake. Masih baru." Sarkas Edgar.

"Elah, pada nyolot semua. Santai ngapa? Lagian cuma jokes."

"Udah kek bapack-bapack Twitter lo!"

***

Hari menjelang sore, perut mereka semakin keroncongan. Makanan lezat dari restoran yang barusan ditraktir Adrian sudah sirna.

"Gar, gue laper." Alana merajuk.

"Sama, gue juga."

"Lo cari makan gih!"

"Terus gue mesti narik ojol gitu."

"Bukan gitu maksudnya, Edgar. Lo nangkep ikan kek, nyari buah-buahan di hutan kek, berburu kijang kek."

"Lo pikir gue Tarzan?"

"Usaha, Edgar!"

"Terus lo kerjanya apa?"

"Nyuruh lo!"

"Lo bukan istri gue, nggak ada kewajiban gue buat nafkahin lo."

"Tapi mak gue sering ngasih makan lo!"

"Udah-udah, kenapa jadi pada berantem, sih?" Alexis menengahi. Lapar memang membuat mereka cepat emosian.

Darrel memeriksa tas ranselnya ia segera mengeluarkan snack yang udah dibelinya di swalayan sebelum naik bus.

"Makan nih!" Darel melempar sukro, segera disambut kawanan yang sedang kelaparan itu.

"Gini kek dari tadi!" Sahut Edgar, Alexis dan Alana bersamaan. Suasana hening sesaat, kalau ada makanan aja mereka anteng. Setelah snack habis, mereka kembali ribut.

"Minumnya mana?"

"Sebenernya tadi gue beli air mineral. Karena berat, gue tinggal deh di bus."

"Geblek!"

"Ngapa nggak beli akua sasetan aja lo?" maki Edgar.

"Pada nggak tau terima kasih lo pada. Baru juga dikasih makan. Bukannya terima kasih malah maki-maki gue." Darel menggerutu.

"Mana gue aus banget abis makan sukro, terus gimana nasib gue? Gue butuh air, air ... Hua!" Alana menangis keras.

"Jangan nangis, Lan. Hemat cairan tubuh lo, ntar lo malah dehidrasi." Hibur Edgar.

"Lo tampung aja air mata dia, Gar. Buat dia minum lagi, kek siklus air hujan gitu." Saran Cahyo.

"Geblek!"

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang