Enem

276 50 17
                                    

Terima takdir-Nya

"Bapak turut berduka cita sedalam-dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bapak turut berduka cita sedalam-dalamnya. Bapak tau ini berat buat kamu Yoonbin, tapi Bapak harap kamu bisa tabah.." Ucap pria paruh baya selaku ketua RT di daerah rumah Yoonbin.

Proses pemakaman Dahyun baru saja selesai beberapa menit yang lalu, dan beberapa pelayat sudah berhamburan untuk pulang. Hanya menyisakan Yoonbin, Jihoon, Wendy dan Pak RT.

Yoonbin mengangguk dan tersenyum seolah mengatakan bahwa ia baik-baik saja. "Saya sangat berterimakasih pada Pak RT dan warga setempat karna mau membantu pemakaman Mama.." Ia kemudian menoleh, menatap sendu batu nisan Dahyun yang masih tampak basah dengan beberapa helai bunga tertabur dibawahnya.

"Sudah jadi tugas saya Nak Yoonbin.." Balas Pak RT tersebut lalu berpamitan untuk pulang. Dan kini tersisalah Yoonbin bersama Jihoon dan Wendy saja.

Jihoon menghapus air matanya, ia tak ingin terlhat lemah didepan Yoonbin sementara Yoonbin sendiri sedang butuh sandaran saat ini. Maka dari itu yang terjadi setelahnya adalah Jihoon yang berjongkok disebelah Yoonbin dan menarik pemuda bermata sipit itu ke dalam pelukan.

Tangis Yoonbin pecah, ia langsung membalas pelukan Jihoon tak kalah erat. Yoonbin terpejam erat, tanpa sadar kedua tangannya meremat bahu Jihoon.

"Hikss.. Hoon.. Gu-Gue gak bisa tanpa Mama hiks.. Gue gak bi-bisa.." Ucap Yoonbin terbata.

Suara tangis Yoonbin terdengar memilukan, yang membuat Jihoon dengan sigap mengusap-ngusap bahu Yoonbin yang bergetar hebat. Sementara Wendy hanya menunduk sambil menahan isakannya.

"Ada gue disini Bin, ada gue.." Bisik Jihoon yang kini ikut menangis.

Yoonbin menggeleng, hatinya masih tidak bisa merelakan kepergian sang Mama. Ia belum bisa menepati janjinya untuk mempertemukan sang Kakak dengan Mamanya.

"Maafin Adek Ma.. Maafin Adek hikss.."

.....

"Tante?" Panggil Byungchan sambil berjalan mendekat ke arah Sana.

Wanita berambut panjang tersebut menoleh dengan senyum lemahnya, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap jasad Yohan yang sudah terbaring didalam peti kayu berlapis kaca disampingnya.

Dipandanginya wajah putih nan pucat Yohan yang terpoles sedikit lipstik dibibir mungilnya. Yohan tampak bak orang tertidur dengan tenang dan damai, tanpa merasa terusik oleh suara bising disekitarnya.

Sana menghela napasnya pelan, membuat liquid hangat kembali menetes dari mata bengkak nan sembabnya. Isakan kecil keluar dari bibir pucat Sana, membuat Byungchan dengan sigap mengusap-ngusap bahu Mama dari almarhum sahabatnya itu.

"Kenapa harus Yohan Chan?" Lirih Sana. "Kenapa harus anak Tante? Kenapa Tuhan gak ambil nyawa Tante aja?"

Byungchan menggeleng ribut, "Tante harus ikhlas! Tuhan sayang sama Yohan dan Tuhan rindu sama Yohan, makanya Yohan lebih dulu dipanggil sama Tuhan hikss.."

Sana menggeleng, ia masih tidak menyangka dengan kepergian Yohan yang secepat ini. Putra semata wayangnya yang sebentar lagi akan menikah, harus lebih dulu meninggalkan dirinya selama-lamanya akibat kecelakaan lalu lintas.

Kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa Tuhan mengambil satu-satunya alasan Sana untuk hidup di dunia? Kenapa Tuhan tidak memberikan Yohan kesempatan untuk menikmati hidupnya? Kenapa Tuhan tidak mengizinkan Yohan bahagia dengan pernikahannya? Kenapa?

"Sayang?" Panggilan dari Suho menginterupsi. Yang kemudian ia langsung memeluk tubuh lemah Sana, membuat Byungchan yang peka segera menyingkir.

"Mas? Yohan kita hikss.. Maafin aku gak bisa jagain Yohan kita hikss.." Tangis Sana pecah, membuat Suho semakin mengeratkan pelukannya.

Jika ditanya bagaimana perasaan Suho, tentu sama sakitnya dengan apa yang dirasakan oleh sang istri. Orang tua mana yang tidak merasa kehilangan dan sedih saat anak mereka meninggal dunia? Ditambah selama ini Sana lah yang mengurus dan merawat Yohan, sedangkan Suho jarang berada di rumah karena tuntutan pekerjaaan dan hanya pulang beberapa tahun sekali saja.

Suho menggeleng sambil mengusap-ngusap surai hitam Sana yang terurai. "Kamu udah berusaha sebaik mungkin.. Dan tentang kepergian Yohan juga udah kehendak Tuhan yang harus kita terima.. Yohan anak baik, Yohan kita anak baik makanya Tuhan pingin ngejagain Yohan secara langsung.."

Sana terpejam, lalu menarik napas panjang. Dalam hati ia mulai mencoba mengikhlaskan kepergian Yohan. Sana hanya berharap Yohan dapat berbahagia diatas sana dan Yohan bisa mendapatkan tempat selayak-layaknya.

"Sebentar lagi upacara pemakaman bakal dimulai.." Bisik Suho sesaat setelah tangis Sana mereda.

.....

Yoonbin menatap jalanan yang ia lewati dengan tatapan kosong. Ia sedang berada diboncengan Jihoon yang sedang mengemudikan motor vespa-nya. Saat ini mereka hendak pulang ke rumah Yoonbin setelah dari pemakaman, beruntung Wendy memberikan Yoonbin cuti dari pekerjaannya selama beberapa hari.

"Jihoon.." Panggil Yoonbin sambil memeluk erat pinggang Jihoon, lalu menyandarkan kepala pada bahu lebar Jihoon. "Jangan tinggalin gue.."

Tak berselang lama, Yoonbin dapat merasakan elusan pada punggung tangannya. "Gue bakal selalu ada disisi lo Bin, lo gak perlu takut! Apapun keadaanya, gue bakal berusaha sebisa mungkin buat bantuin lo!" Ucap Jihoon yang bisa Yoonbin dengar ketulusannya.

Yoonbin tersenyum lega, setidaknya untuk saat ini ia memiliki Jihoon. Rekan satu kerjanya yang sudah Yoonbin anggap sebagai sahabat sekaligus keluarganya.

Pandangan Yoonbin kembali teralih ke arah jalanan. Matanya sedikit menyipit karena hembusan angin yang terasa sepoi-sepoi menerpa wajah dan helai rambutnya. Satu hal yang Yoonbin sadari sejak keduanya berada diatas motor, yaitu dunia fana yang tetap terlihat baik-baik saja meskipun dunia milik Yoonbin sedang runtuh dan hancur. Dan yang bisa Yoonbin simpulkan adalah ia yang harus menerima dan mencoba merelakan apapun yang sudah terjadi dan berlalu.

Ninuninu..

Suara mobil ambulance menyadarkan Yoonbin dari lamunannya. Ia mengernyit menatap ambulance dari arah depan dan melaju ke arah berlawanan dari mereka. Diikuti beberapa mobil dibelakangnya yang bisa Yoonbin simpulkan jika ambulance tadi mengangkut orang yang telah meninggal didalamnya.

"Hoon? Ternyata gak cuma gue aja yang lagi diuji sama Tuhan hari ini.." Celetuk Yoonbin secara tiba-tiba. Ia menarik napasnya pelan, "Siapapun orang yang meninggal hari ini, semoga bisa ketemu Mama dan bisa ke surga bareng. Gue cuma takut Mama bakal kesasar soalnya udah tua.."



"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gak bisa bikin scene sedih:")

Fall For You || HarubinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang