Nevertheless

663 124 38
                                    

Chaeyoung tidak menyangka akan bertemu dengan ayahnya lebih dulu setelah melihatnya berada di depan gedung apartemen. Amarah yang sebelumnya berkobar seketika teredam berganti rasa bersalah setelah melihat tatapan kecewa dari ayahnya.

Mereka berdua kini berada di dalam mobil milik Chaeyoung.

"Ayah mengerti kau masih belum bisa menerima pernikahan itu. Tapi ayah tidak bisa mewajarkan perilakumu," Mason terdiam sejenak, sebelum melanjutkan, "Ayah pikir kau sudah cukup bijak untuk bertanggung jawab atas dirimu sendiri, tapi ternyata.."

"Apa dengan menyakiti Jennie itu adalah satu-satunya cara untuk melampiaskan kemarahanmu? Apa tidak ada cara lain yang lebih baik?"

"Chaeyoung, dia tidak salah," Suaranya berbisik kasar. "Dia gadis baik yang seharusnya kau lindungi, tidak seharusnya kau menyakitinya."

Mason menatap anaknya dengan serius. "Aku tahu kau masih berhubungan dengan gadis itu."

Mendengar itu, Chaeyoung menoleh. Ia tahu siapa yang dibicarakan ayahnya.

"Kau memang tidak pernah menceritakannya padaku, tapi aku tahu semua tentangnya." Mason menghela napas panjang, berdehem lalu berkata,"Ingat dan sadarilah posisimu sekarang, pikirkan baik-baik apa yang sedang kau lakukan, bertindaklah dengan bijak dan belajarlah untuk bertanggung jawab dengan baik."

"Ayah tidak ingin mendengar hal-hal tidak baik dari hubunganmu dengan Jennie lagi. Perlakukan dia seperti seharusnya dan segera tinggalkan gadis itu. Jangan membuat kami kecewa, nak."

Setelah mengatakan semuanya, Mason keluar dari mobil Chaeyoung, meninggalkannya dengan perasaan yang tidak bisa dimengerti.

Chaeyoung memasuki apartemen-nya, terdiam saat berpapasan dengan Jennie yang sudah bersiap untuk pergi. Mereka saling menatap tanpa ada yang mau memulai untuk berbicara.

Tanpa menunggu lama lagi, Jennie memilih untuk melengos ke luar dari sana tanpa pamit, lagi pula ia harus segera berada di rumah sakit.

Chaeyoung hanya menghela napas, ia berjalan masuk ke dalam kamarnya, melepaskan mantelnya dan melemparkannya ke sembarang arah. Ia berjalan sedikit gontai karena rasa pusing yang tiba-tiba terasa.

"Sial."

Chaeyoung membuka lemari, mengambil sebuah kotak berwarna hitam, lalu ia duduk di tepi ranjang. Tangannya perlahan meraba kotak itu, memejamkan matanya dan seketika potongan-potongan kecil tentang masa lalunya kembali berputar membuat Chaeyoung meringis karena rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi.

"Rosie, lihat aku menemukannya!"

"Rosie, aku menyayangimu."

"Maaf, aku tidak bisa memberitahumu."

"Aku harap setelah kita besar nanti kita akan bertemu lagi!"

"Rosie, tolong jaga kotak hitam ini untukku dan aku akan menjaga milikku untukmu."

"Aku pergi. Sampai jumpa lagi, Rosie.."

Suara-suara itu terus terdengar, semakin lama semakin Chaeyoung tidak bisa menahannya. Ia tersungkur ke lantai, membuat kotak hitam itu pun ikut terjatuh dan mengeluarkan semua isinya.

Sementara itu, Jennie yang baru saja akan membuka pintu mobilnya seolah tertahan oleh sesuatu. Ia lupa membawa ponselnya, jadi ia dengan cepat kembali ke apartemen dengan sedikit berlari.

Masuk ke dalam dengan terburu-buru, Jennie hampir saja tersandung untungnya dia bisa menyeimbangkan diri. Tidak melihat ada tanda-tanda Chaeyoung di sana, Jennie berpikir mungkin Chaeyoung pergi lagi. Begitu memasuki kamar untuk mengambil ponselnya, Jennie melihat sosok Chaeyoung yang tergeletak di lantai dan sekitarnya berantakan ia mencoba memanggilnya, namun Chaeyoung tidak menjawab.

MY MARRIED LIFE (The New Story)Where stories live. Discover now