Honeymoon?

856 116 20
                                    

Tidak terasa sudah 2 bulan berlalu, tentu saja banyak hal yang berubah. Entah itu keadaan yang semakin baik atau bahkan sebaliknya. Bagi Jennie sendiri, ia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara hubungannya dengan Chaeyoung. Tapi melihat bagaimana sikap Chaeyoung yang menunjukkan perubahan cukup baik membuatnya lega, namun satu sisi masih ada yang mengganjal di hati Jennie. Dan ia tidak tahu pasti apa itu.

Chaeyoung akhirnya kembali lagi bersama Suzy, setelah gadis itu mau mendengarkan penjelasannya dan mengerti keadaannya. Meski begitu, Suzy tidak mau kalau Chaeyoung terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Jennie. Jadi, ia selalu mempunyai banyak cara untuk membuat Chaeyoung tetap bersamanya.

Jennie tahu itu. Bahkan Chaeyoung sendiri yang mengatakan padanya. Entah ia harus bersyukur atau tidak, tapi satu hal yang Chaeyoung katakan pada malam itu tentang bagaimana ia akan berusaha membagi waktunya dengan adil membuat hati kecilnya bersorak bahagia. Meskipun, ia sendiri tahu Chaeyoung melakukan hal itu bukan karena dirinya, tapi karena tuntutan orang tua mereka.

Terlepas dari itu, Jennie menjadi istri yang sangat baik. Ia tidak akan pergi sebelum memastikan Chaeyoung sarapan dan pergi bekerja lebih dulu, kecuali untuk beberapa hal yang bersifat darurat.

"Morning," sapa Jennie saat melihat Chaeyoung turun dari tangga dengan pakaian yang sudah rapi. "Aku sudah menyiapkan sarapanmu. Kau akan sarapan di rumah atau buru-buru pergi?"

Chaeyoung menatapnya sebentar, sebelum menghela napas, lalu menarik salah satu kursi dan duduk di sana. Perbuatannya itu dapat dimengerti Jennie bahwa ia akan sarapan di rumah.

"Can I get some tea?" tanya Chaeyoung.

Jennie tersenyum, "Of course."

"Malam ini aku tidak akan pulang. Suzy mengatakan kalau dia ingin aku menemaninya," kata Chaeyoung setelah menerima secangkir teh dari Jennie.

Jennie tidak menjawabnya. Ia mengangguk kecil dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan. Kemudian terdengar suara dari ponsel miliknya, setelah melihat nama yang tertera di layarnya ia sedikit mengerutkan kening, namun segera mengangkatnya.

Chaeyoung melihat Jennie yang pergi menjauh darinya untuk mengangkat telepon. Ia sedikit penasaran pada siapa yang menelponnya sepagi ini. Tapi dengan cepat ia menggelengkan kepala dan melanjutkan sarapannya.

"Ayahmu menelepon dan dia membawa kabar mengejutkan," ucap Jennie sambil berjalan menghampiri meja makan.

Chaeyoung menaikkan satu alisnya, bingung. Apalagi saat melihat ekspresi Jennie yang terlihat gelisah.

"Ada apa?"

Jennie menutup matanya sejenak, sebelum berkata, "Orang tua kita sudah mempersiapkan honeymoon untuk kita.."

Seketika bola mata Chaeyoung melebar. Untung saja ia sudah selesai mengunyah makanan, kalau tidak ia bisa tersedak karena mendengar ucapan Jennie.

"..dan mereka bilang, kita akan pergi besok lusa ke Santorini."

Fuck.

Tidak ada lagi yang membuka suara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika mereka menolaknya atau bahkan saat menerimanya. Tapi bagi Chaeyoung, ada hal yang lebih jauh ia khawatirkan.

"Aku bisa membujuk mereka untuk membatalkannya jika kau tidak mau pergi." Jennie akhirnya bersuara.

Chaeyoung menatapnya. "Harus. Kau harus bisa meyakinkan mereka kalau kita tidak perlu pergi berbulan madu. Lagi pula banyak urusan yang tidak bisa aku tinggal di sini," ujarnya.

MY MARRIED LIFE (The New Story)Where stories live. Discover now