ᴰᵃʸ ¹

143 23 2
                                    

  Deran terbangun jam 5 pagi, ia haus. Mengerjap lalu bangun dari kasur berjalan menuju dapur. Selesai minum Deran berencana naik kembali ke atas melanjutkan tidur tapi ia urungkan, sudah terlanjur bangun pagi, lebih baik merapikan pakaiannya yang semalam dikirimkan bunda dari rumahnya sambil menunggu sedikit lebih terang untuk membangunkan suaminya dan membuat sarapan. Hampir saja ia lupa, jika sudah menikah kemarin.

Selesai menyusun pakaiannya, ia turun lagi kebawah menuju dapur. Mencoba membuat sarapan bukan ide yang buruk, lagipula rasanya Deran memang perlu belajar memasak sekarang, tidak mungkin mereka harus memesan makanan terus setiap hari suaminya bukan miliarder dan dirinya belum berpenghasilan.

Membuka lemari es, melihat bahan makanan apa yang sekiranya bisa ia masak. Memilih membuat omlet saja, lagipula hanya sarapan tidak perlu makanan berat. Selesai dengan kegiatan memasaknya, Deran pergi ke kamar ia rasa sudah waktunya membangunkan suaminya untuk sarapan.

Mengguncang pelan lengan suaminya, "Mas, mau bangun ga?aku udah buat sarapan. Ga tau juga kamu biasa bangun jam berapa." Lebih tepatnya bicara sendiri, tidak salah juga ia memang tidak tahu kan jam berapa suaminya biasa bangun.

"engh..ya 5 menit lagi."menjawab tanpa membuka matanya. Oh jadi suaminya ini tipe orang yang menunda membuka mata?atau memang jarang bangun sepagi ini?ia kira orang berbahasa formal nan kaku itu selalu tertata kegiatan hidupnya.

"yaudah, jangan lama lama tapi nanti makanannya dingin. Udah berusaha masak soalnya." Deran berjalan menuju lemari, mengambil baju ganti dan handuk. Memilih mandi sebelum sarapan.

Keluar dari kamar mandi ia tak melihat suaminya dikasur, apa benar saat dia bilang 5 menit lagi?haha lucu juga masnya itu. Deran turun menuju dapur dan benar saja, suaminya sedang minum sambil menenteng handuk.

"Kamu mandi di bawah?."

"Iya, kalo nunggu kamu takut lama lagi kayak semalem nanti masakanmu dingin kan?jadi pake yang di bawah aja."jawabnya sambil berjalan menuju meja makan. Tersenyum sedikit, syukurlah Tara orang yang menghargai dirinya padahal ia hanya becanda tadi.

"Kamu cuti berapa hari mas?."Deran ikut mendudukan diri di kursi, mengambil piring. Sambil menyiapkan piring suaminya juga.

"Cuma dikasih Lima hari, gapapa kan?kamu izin cuti berapa hari?."

"Ya gapapa lah, aku cuma izin Tiga hari sih." Merasa tidak enak, ia takut Tara berpikir yang tidak tidak.

"oh" Jawabnya singkat sambil menyuap satu sendok, "Ya gapapa sih kamu juga udah semester akhir kan?lagi sibuk sama tugas pasti." Huft lega, ia takut suaminya bertanya kenapa ia hanya mengambil cuti Tiga hari, ya memang karena tugas sih tapi alasan pertamanya waktu itu adalah ia tidak mau berlama lama berdua bersama calon suaminya itu.

"Hmm..gitulah." Melanjutkan sarapan pagi mereka dengan hening.

"Enak, makasih ya."Deran menengok piring suaminya yang sudah bersih, syukurlah ia takut masakannya tidak enak tapi melihat respon suaminya sepertinya Tara tidak berbohong.

"Ran, kira kira kita butuh honeymoon ga?." Tersedak, Deran tak salah dengar?. "Minum dulu. Kenapa?kaget atau ga perlu?saya sih terserah kamu, kalo kamu mau ya ayo." Apalagi ini?ia harus jawab apa.

"hm..Terserah mas aja."

"Kita tunda aja ya sampe kamu sidang. Saya gamau ganggu kuliah kamu." Deran mengangguk, tak ada lagi percakapan. Deran sibuk merapikan sisa sarapan mereka dan mencuci piring. Setelahnya menyusul Tara yang berada di ruang tengah sedang menonton tv.

"Kalo mau nunggu sampe aku selesai skripsi juga boleh mas, aku sih yang penting selesain itu aja." Jelas Deran, ya apa yang ia katakan benar kok yang menjadi bebannya hanya skripsi saja sisanya ia serahkan pada tuhan.

𝐧𝐮𝐧𝐭𝐚 𝐛𝐫𝐮𝐬𝐜𝐚||ᵇᵒʸˢˡᵒᵛᵉ•²¹⁺Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang