Sorry sebelumnya, apa cerita ini termasuk missgendering? cz, aku gunain kata 'suami' utk Aktara dan 'istri' utk Deran. Kalian nyaman ga sih bacanya?atau mau tetep pake suami - suami ? kalo iya, nanti aku benerin di semua chapter.
enjoy..<3Pagi ini Deran bangun sedikit lambat dari sebelumnya, jika kemarin-kemarin ia bangun jam 6 pagi hari ini ia bangun jam 7 pagi. Alasannya karena tidurnya begitu nyenyak, entah karena kemarin ia kelelahan atau karena di peluk Tara.
Deran sedang menyiapkan sarapan, karena hari ini Tara sudah kembali bekerja ia harus extra cepat, karena kelasnya hari ini juga dimulai jam 9 pagi.
"Pelan-pelan Deran kita ga akan terlambat kalo cuma sarapan. Ini belum terlalu siang, jam kerja saya masih lama, kelas kamu pun masin satu jam lagi." Ingat suaminya, tak nyaman melihat Deran tergesa mengunyah roti apalagi anak itu sering sekali tersedak saat makan.
"Hm.." Menengok suaminya berhenti makan karena melihatnya, memang benar juga apa kata suaminya. Kenapa ia separno ini?. "Eh iya, hehe..Kaget aja mas maaf ya hari ini aku bangun agak siang, kamu jadi buat susu sendiri." lanjutnya, memelankan gaya makannya.
"Ya gapapa, habiskan pelan-pelan kamu kan senang tersedak. Hari ini pulang jam berapa?."
"Aku kan udah mulai skripsian, hari ini cuma bimbingan aja. Tapi, Nita sama yang lain ngajak pergi mas, mau cari refrensi buat skripsinya mereka juga. Boleh?" Menyelesaikan sarapannya, membawa piringnya dan milik Tara untuk dicuci.
"Boleh. Siapa yang bawa kendaraan?."
"Bawa motor sih, aku sama Nita, Lala sendiri soalnya Bagas ga bisa ikut." Menyusul suaminya ke depan, masuk mobil.
Tara mulai menjalankan mobilnya. "Kenapa naik motor?saya jemput aja kalo gitu, pergi jam berapa?". Deran menggeleng.
"Gausah mas, udah biasa juga naik motor. Cuma ke toko buku doang kok, habis itu balik lagi ke kampus. Kita belajarnya di perpus kampus."
"Yasudah. Jangan pulang terlambat." Mengangguk, setelahnya tak ada lagi percakapan.
Sudah sampai didepan kampusnya, Deran tak langsung turun. Ia berniat meminta uang pada Tara, tapi bingung bagaimana cara mintanya.
"Nih, kamu mau minta uang saku kan?."menoleh, melihat Tara memberinya tujuh lembar uang seratus ribu. Ini terlalu banyak, ia hanya menemani temannya beli buku tak berniat membeli juga. Meminta uang hanya untuk jaga-jaga jika temannya mengajak jajan.
"Kebanyakan mas, Dua ratus ribu aja. Aku ga bakal pake semuanya." Mengembalikan sisanya pada Tara.
"Gapapa, simpen buat besok. Deran, pulang nanti kamu masak ya, saya sedang ingin makan nasi goreng kamu." Deran mengangguk, berniat turun tapi lengannya ditahan.
"Kenapa mas?." Bertanya pada suaminya, Tara tersenyum astaga itu manis, Deran belum melihat senyum Tara sedekat ini. Tolong tuhan tahan detak jantungnya.
"Saya boleh cium kamu?." Deran tersenyum, apa ini akan menjadi kebiasaan baru yang Deran dapatkan sebelum turun setelah diantar suaminya. Mengangguk, Deran menutup kembali pintu mobil, menghadap Tara. Deran belum bisa tidak menutup mata disaat seperti ini, jantungnya akan semakin berada dalam mode bahaya.
Cup..
Deran mendapat kecupan di keningnya, membuka mata melihat Tara masih tersenyum. Ia kira akan dicium dibibir seperti kemarin. Perlahan tangan Tara turun, mengusap bibir milik Deran. Satu kecupan lagi Deran dapatkan tepat dibibirnya. Belum selesai Tara menarik tengkuknya, menempelkan bibir mereka. Hanya lumatan kecil dan itu sudah membuat darah Deran berdesir. Melepas penyatuan bibir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐧𝐮𝐧𝐭𝐚 𝐛𝐫𝐮𝐬𝐜𝐚||ᵇᵒʸˢˡᵒᵛᵉ•²¹⁺
Romance"ᶜⁱⁿᵗᵃ ˢᵘᵈᵃʰ ʰᵃᵈⁱʳ ˢᵉʲᵃᵏ ᵃʷᵃˡ, ʰᵃⁿʸᵃ ᵏᵉʰᵃᵈⁱʳᵃⁿⁿʸᵃ ˢᵃʲᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵗᵉʳˡᵃᵐᵇᵃᵗ ᵈⁱˢᵃᵈᵃʳⁱ." -🏳️🌈 -Mpreg Publish:25/05/21 Finish:- Cerita ini murni karangan saya. Tidak menjiplak atau mencuri tulisan orang lain. Kesamaan nama hanya kebetulan. Dilarang menjip...