Wajahnya tenggelam dalam petang, senyumnya pudar kala gelap. Jemari mungil nan kotor itu meremat bagian perut yang rata. Merintih.
“Jangan merindukan mama, hei. Mama pasti pulang.”
Buliran bening menetes, kaki kecilnya gemetar tak kuat menahan beban tubuhnya.
Setahun lalu, wanita itu meninggalkan dia, mengadu nasib di negara tetangga. Tiga bulan terakhir, wanita itu tak mengirim uang, tak jua mengirim kabar.
Dia lapar. Dia haus. Dia rindu mama.
Terkahir, warga melihat dia berkeliaran kala surup. Puncaknya dia tak terlihat pasca penemuan mayat di tumpukan sumpah. Tersenyum.
Tak ada lagi lapar.
Kini, dia telah bersama mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bacaan Ketika Senggang
Historia Corta𝐁𝐚𝐜𝐚 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐠, 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮𝐦𝐮 𝐥𝐮𝐚𝐧𝐠. [𝐁𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢 𝐜𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮𝐧𝐠𝐤𝐢𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐝𝐢𝐤𝐢𝐭 𝐣𝐞𝐧𝐠𝐤𝐞𝐥] ʙᴀᴄ...