0.1

241 48 26
                                    

ZIDANE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ZIDANE

"Saya hanya ingin membuat kamu senang, Raya."
...

RAYA masih memandangi dengan saksama sosok laki-laki yang kini sedang sibuk dengan novel-novelnya yang tertata rapi di rak buku yang berada di sudut ruangan. Laki-laki itu terlihat antusias dengan buku-buku fiksi miliknya. Apakah dia seorang kutu buku?

"Kamu suka dengan kisah fiktif seperti ini?" Pandangan Zidan tak beralih dari novel dengan warna sampul yang terkesan kuno.

"Suka." Raya mulai mendekat ke arah Zidan, "Lo, kenapa tiba-tiba bisa ada di sini?" tanya Raya.

Zidan menoleh, mendapati Raya sedang menatapnya. Tatapan itu, menyiratkan banyak pertanyaan yang bersarang di otak mulus gadis itu.

"Itu nanti, bisa saya jelasin."

Hanya itu yang Zidan keluarkan dari bibirnya. Selebihnya, Zidan hanya diam sambil membaca halaman demi halaman buku novel milik Raya. Sejenak, Raya mengira Zidan adalah hantu yang penampakkan diri, namun pemikirannya salah, Zidan adalah makhluk sepertinya. Dilihat dari kakinya yang menyentuh tanah, cukup membuktikan bahwa Zidan adalah manusia.

Kalau dilihat-lihat lagi, Zidan adalah sosok yang terlihat sempurna. Pahatan wajah yang indah serta tubuhnya yang atletis. Sekejap saja, Raya sudah dapat mengagumi sosok makhluk misterius itu. Hanya mengagumi, tidak lebih.

"Nama lo tadi siapa?" Raya bertanya, bermaksud guna mengurangi suasana aneh yang seketika melingkupi ruang pribadinya.

Lagi-lagi Zidan tak menoleh dari novel yang sedang ia baca. "Zidane pakai E."

"Zidane?"

"E-nya nggak usah dibaca, Zidan." Zidan mengoreksi.

"Iya-iya, Zidan."

Hening, seperti biasanya. Walaupun terdapat satu sosok makhluk di sampingya, hidupnya masih terasa biasa-biasa saja. Sama-sama kosong. Gadis itu menghembuskan napas gusar, bagaimana jika Mamanya tahu bahwa ada laki-laki di dalam kamarnya? Bisa-bisa, dirinya harus menerima amarah dari sang ibu untuk yang kesekian kalinya.

"Kamu nggak perlu khawatir, saya nggak akan ketahuan," ucap Zidan tiba-tiba.

Raya membelalakkan matanya. "Lo bisa baca pikiran? Kok bisa sih?"

Zidan menaikkan kedua bahunya, "I don't know."

Zidan lantas menutup novel yang ia baca, kemudian bangkit berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit lecek. Laki-laki itu juga membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan akibat efek cahaya biru tadi dan juga angin yang masuk melalui pintu balkon yang terbuka.

𝐅𝐄𝐋𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 [𝐍𝐞𝐰 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang