𝐅𝐄𝐋𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 [𝐍𝐞𝐰 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧]

0.4

ALSTER AND YOUR HAPPY

"Kamu terlihat bahagia, apakah dia sumber bahagiamu?"
...

RAYA memakan brownies pemberian Zidan di meja ruang makan. Perempuan berusia 17 tahun itu terlihat begitu menikmati brownies red velvet dengan tenang.

Zidan hanya memandang Raya sebentar kemudian melanjutkan kegiatannya, menulis jurnal harian tentang Raya. Sumber kebahagiannya itu adalah Raya. Segala sesuatu di dunia manusia ini, hanya ada Raya dan seluruh persoalan tentang Raya. Ya, alasannya ada di dunia manusia itu, karena Raya bukan?

"Zidan, Zidan." Raya memanggil sambil menunjukkan wajah termanisnya.

Zidan tak bergeming, namun menjawab, "Apa, Raya?"

"Besok mau nggak temenin gue ke Cafe Victoria?"

Baru mendengar pertanyaan Raya, Zidan lantas mengangkat kepalanya, "Bisa." Dan melanjutkan kegiatannya. Lagi.

Melihat reaksi laki-laki di depannya yang amat sangat tidak meyakinkan, Raya bertanya kembali, "Beneran bisa nggak?"

"Bisa." Jawabnya datar.

"Ihh, Zidan! Serius dong." Raya membuat Zidan menatapnya lamat-lamat.

Tanpa gadis itu ketahui, Zidan berusaha menahan senyumnya yang ingin muncul. Berusaha menyingkirkan rasa aneh yang bergejolak dari dalam hatinya. Kulit tangannya yang lembut, menyentuh dagu Zidan dengan sempurna.

"Lo mau nggak?" Raya benar-benar bertanta kembali.

"Emang nada aku kedengeran nggak serius?" tanya Zidan balik.

Raya menundukkan kepalanya, "Habisnya lo sibuk sama buku lo mulu. Gue 'kan jadi nggak yakin."

Zidan tersenyum samar, "Hei dengerin." Kini giliran Zidan mengangkat kepala gadis yang ada di hadapannya, agar memandangnya dengan saksama, "Kalau itu kamu, aku nggak pernah bercanda. Keinginan kamu, permintaan kamu, atau perintah kamu, itu mutlak buat aku. Karema itu memang tugas aku, Ray."

"Aku bukan manusia normal, sebelum ini, aku punya hidup lain. Jadi sebelum aku pulang, aku bakal turutin semuanya yang kamu minta. Aku janji."

Entah sudah berapa kali Raya terpana akan segala ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu.

Raya langsung menghaburkan pelukannya pada Raya, "Makasih, gue beruntung ketemu sama lo, Dan."