ADVICE
"Kita bertemu, tapi bukan untuk bersatu."
...MALAM hari ini, seperti malam-malam sebelumnya. Begitu hampa. Sejak Raya memutuskan untuk menjani pendekatan pada Alster. Di satu sisi, ia senang. Di sisi yang lain, hatinya juga terluka. Posisi Zidan sendiri, berada di tengah-tengah kebimbangan. Haruskah ia meyakini perasaannya atau justru, fokus akan misinya?
Zidan benar-benar tak tahu harus bagaimana. Perasaannya benar-benar buruk belangan ini. Apalagi dengan kedatangan beberapa pesan random dari seseorang.
"ARGH!" Zidan melempar buku-bukunya ke sembarang arah. Mengapa ia sangat kesal?
Mengapa juga, ia harus diberi hati? Harusnya Zidan tak memiliki hati yang selemah ini.
Di balik pintu, tanpa Zidan sadari. Brawijaya sedang tersenyum geli. Makhluk seperti Zidan, nyatanya tetap bisa galau. Entahlah, Brawijaya harus khawatir atau justru bersyukur bahwasanya, hati Zidan tidak sedingin itu.
Felicity
Pukul setengah dua dini hari, Zidan tak juga terlelap dalam tidurnya. Laki-laki itu masih memikirkan tentang perasaannya. Ia sudah mengincar Raya dari lama, bahkan membuat Alister lain tidak bisa mendapatkan Raya. Tapi apakah saat ia sudah mendapatkan Raya, ia harus melepaskannya?
Pandangan kosong itu beralih pada benda pipih yang berada di atas nakas. Laki-laki itu membaca beberapa kata singkat, namun mampu menerbitkan senyum manisnya.
Raya Anastasya
Tidur Dan. Bsk lo jdi tukang ojek gue.Zidane Abraham
Harusnya kamu yg tdr.Raya Anastasya
Gue aja kebangun. Eh liat lmpu kamar lo nyala. Gue chatlah.Zidane Abraham
Ya, udh, tdr lgi sana. Nice dreamRaya Anastasya
U tooZidan meletakkan kembali ponselnya di samping bantal. Membiarkan benda pipih itu kehabisan daya. Zidan tak terlalu perlu ponselnya, toh isinya monoton, hanya aplikasi chatting dan beberapa media sosial.
Namun, saat Zidan ingin memejamkan mata kembali. Ponselnya bergetar singkat, satu notifikasi muncul. Dari seseorang yang Zidan sendiri pun tak tahu itu dari siapa.
Anonymous
Jaga kesehatan, Zidan.Laki-laki mengernyit. Siapa yang mengirimnya pesan pagi-pagi buta seperti ini, apalagi hanya menyuruhnya untuk menjaga kesehatan.
Zidan kembali meletakkan ponselnya. Enggan membalas pesan yang menurutnya tak jelas, entah dari siapa itu, Zidan tentu saja tak peduli. Hanya pesan tak betuan.
Pada akhirnya, ponselnya mati. Menyisakan satu panggilan yang beberapa detik berbunyi samar di pendengaran Zidan.
Felicity
Jalanan kota sudah mulai padat. Cahaya matahari sudah menghangat bersamaan dengan datangnya gadis cantik yang tersenyum cerah. Senyumannya manis, mengundang sejumlah siswa untuk menyapanya.
SMA Danuwarta sudah mulai ramai, suara-suara sudah terdengar, bercampur menjadi satu menghasilkan harmoni tak padu. Suara ketukan sepatu pantofel menggema di koridor, memecahkan dan mengganggu harmoni manusia itu. Raya berjalan dengan penuh wibawa, terlihat menawan dengan tatapan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐄𝐋𝐈𝐂𝐈𝐓𝐘 [𝐍𝐞𝐰 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢𝐨𝐧]
Teen FictionAnother World Series 1 Zidan, adalah makhluk Alister yang ditugaskan oleh penguasa Alister untuk menjaga sosok manusia bernama Raya yang hari-harinya diselimuti kesedihan. Misinya adalah membuat manusia merasa bahagia dengan syarat dan ketentuan ter...