Bab.4

276 24 3
                                    

"Baik, sampai sini presentasi dari saya, terima kasih" ujar seorang gadis di depan layar monitor.

Dia sedang menjelaskan terkait proyek pembangunan hotel yang akan terjadi.
Gadis berpakaian agak ketat itu segera duduk di kursi nya lagi.

Dia adalah Queen. Sementara itu, David yang duduk tepat di sebrang nya hanya memerhatikan penjelasan dengan datar.

Diam diam, Queen tersenyum. Ah dia sangat menantang untuk di taklukan.

"Baik kalau begitu kami pamit" ujar David dengan dingin.

David pun pergi di ikuti asisten nya.

"Kalian keluar!" titah Queen.

Segera mereka yang ada di ruangan keluar kecuali asisten Queen.

"Dia tampan bukan?" gumam Queen sambil bertopang dagu.

Asisten terkejut, bahkan matanya sampai terbelalak kaget.

"Anda menyukai nya nona?" tanya asisten hati hati.

"Bukan urusan mu!" ketus Queen dan beranjak pergi.

"Hah, aku selalu buruk di mata nona" gumam asisten miris.

Dia tahu, nona nya itu mudah kesal padanya karna seluruh pekerjaan dia limpahan kepada Queen. Namun itu semua atas perintah langsung dari bos besar. Ingin menolak pun dia sungkan, alhasil dia hanya bisa pasrah.

Se sampai nya di ruangan nya, Queen segera masuk ke ruang rahasia. Disana dia melihat ranjang besar dan beberapa peralatan khusus wanita. Itu adalah kamar.

Dia dengan nekat membangun ruang rahasia tanpa sepengetahuan tua bangka itu.

Setelah melepas high heels nya, dia langsung berbaring dan memandang langit langit kamar.

"Dia tampan, menggoda dan panas" kekeh nya.

"Sepertinya bukan singa yang mudah di taklukan!" sambung nya.

Perlahan matanya terpejam. Jujur dia lelah ingin tidur.

•••

"Wanita yang aneh!" gumam David.

Dia kini sedang berada di kantor cabang milik nya. Di ruangan yang tidak sebesar ruangan nya di kantor pusat dia masih terbayang bayang bagaimana CEO perusahaan alsond itu memandang nya.

Hah lupakan, jika terus memikirkan itu, berkas berkas ini tidak akan segera selesai dia pelajari.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk" titah david dingin.

Mata tajam nya tetap memandang lurus ke berkas. Asisten nya pun masuk dengan cepat.

"Nona yang anda temui di cafe waktu itu menelpon anda tuan" ujar max agak takut.

Dia tau seberapa benci nya tuan nya kepada wanita murahan itu. Wajah nya yang sok lugu membuat dirinya ingin membunuh nya.

Wanita yang tidak sadar diri, pikir nya kesal.

"Darimana dia dapat nomor ku?" tanya david tenang. Namun rahang nya mengeras, sepertinya dia perlu membunuh keluarga gadis itu segera.

Hutang keluarga yang sudah menumpuk kepadanya ternyata tidak membuat gadis itu sadar diri. Justru malah semakin menjadi jadi.

Gadis sialan, membusuk saja di neraka!

"Saya ti-tidak tahu tuan" balas max agak gugup.

Segera setelah menaruh handphone di meja, dia pamit dan keluar.

David terus memandang handphone berlogo apel di gigit itu datar. Handphone itu terus bergetar menandakan anda yang menelpon.

"Mengganggu hidup ku saja!" gumam nya.

Dia segera men-silent handphone nya dan melempar nya sembarang arah.

Masa bodo dengan keadaan handphone yang bisa rusak, dia bisa membeli lagi. Dan juga dia membeli handphone itu hanya untuk menelfon keluarga nya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Possessive TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang