Bab.2

276 19 0
                                    

Seorang pria dengan balutan jas rapi di tubuh nya sedang menatap laptop di depan nya datar. Tatapan tajam nya terus memandang huruf dan angka yang tampak memusingkan.

"Sial, pekerjaan ini lama lama membunuhku!" gumam nya.

Dia adalah David Alsegaf Smith, bujangan panas berumur 25 tahun idaman para wanita. Otot otot yang terbentuk sempurna di tubuh nya membuat nya terlihat sempurna. Sayang nya, wajah tampan nya selalu datar tanpa ekspresi.

CEO perusahaan Smith group ini begitu dingin dan tak tersentuh.

Hidup datar dan monoton sudah biasa baginya. Keseharian nya hanya di isi dengan membaca berkas berkas dan meeting.

"Huh" David mengehela nafas lelah.

Dia telah menyelesaikan pekerjaan nya. Setelah merapikan meja, dia segera bangkit dan berjalan keluar ruangan dengan tegas.

Kantor masih cukup ramai walaupun waktu sudah menunjukan pukul 20:00. Itu karna dia tidak mau menerima karyawan yang suka menunda nunda pekerjaan, alhasil banyak yan rela lembur demi bisa bekerja diperistri ini.

Tentu saja, siapa yang tidak mau bekerja di perusahaan dengan gaji yang fantastis ini? pasti orang bodoh.

Tuk! Tuk! Tuk!

Bunyi ketukan sepatu menglihkaj pandangan karyawan yang berlalu lalang. Mereka seketika membungkuk hormat tanpa berani bersuara.

Bos mereka begitu tegas, dingin dan disiplin! bisa mati mereka jika seenaknya.

"Selamat malam pak"

"Selamat malam bos"

"Selamat malam tuan"

Sapaan terus bersahutan, namun ekspresi datar lah yang menjadi jawaban.

Sesampainya di parkiran dia segera menaiki mobil nya dan melaju kencang menuju cafe.

Hari ini dia dengan berat hati harus merelakan asisten nya libur untuk satu hari karna alasan urgent.

Jadi, sejak pagi segala keperluan pekerjaan dia yang meng-handle.

Setelah sampai di cafe, David segera keluar mobil dan melangkah masuk menuju cafe.

Mata nya mengamati seluruh penjuru cafe dan berhenti pada bangku pojok.
Cafe cukup sepi, jadi hanya sedikit orang yang memandang nya memuja.

"Bisa to the point!" titah David malas.

Dia sudah cukup lelah dengan pekerjaan tadi, namun wanita di hadapan nya ini justru merepotkan dirinya.

Kalau bukan karna hubungan dekat keluarga, dia tidak akan sudi untuk meng-iyakan ajakan ke cafe.

"Em-eh bisakah aku dekat denganmu?" tanya wanita itu malu malu.

Dia adalah Tiara Lestari, gadis asli Indonesia yang selalu mengejar ngejar David tanpa sungkan.

"Kenapa harus?" balas David dingin.

"Aku sakit kanker" balas Tiara seolah mengadu.

Wajah pucat nya menambah kesan meyakinkan agar pria idamannya ini mau berpacaran dengan nya walau karena kasihan.

David sudah cukup muak dengan drama ini. Bukan karena tidak punya belas kasihan, dia itu bukan barang murahan yang bisa di minta untuk menjadi pendamping gadis yang terlihat sangat tidak menarik di matanya.

"Dengar ini, sekalipun seluruh keluarga mu mati membusuk, aku tidak akan pernah sudi menjalin hubungan dengan gadis bodoh seperti mu" balas nya menusuk.

Dia segera bangkit dan melangkah keluar meninggalkan Tiara yang mematung kaku.

Bukan soal kemanusiaan, terkadang kita harus tegas dalam sebuah keputusan agar tidak menyebabkan masalah yang lebih serius. Dan David dengan menerapkan itu.

Jantung Tiara mencelos, airmata perlahan turun dari matanya. Dia tau dia kurang menarik, namun salahkah dia jika dia menginginkan David menjadi pacarnya?.

Kenapa David tidak mencintai nya?

Memikirkan masalalu dimana sudah berulang kali David menolak nya membuat hati nya semakin di remas remas.

Dia sakit hati.

"Hah" Tiara menghela nafas pasrah, dia segera menghapus air mata nya dan segera bangkit pulang.

Beberapa pengunjung tampak memandang nya kasihan membuat nya semakin mempercepat langkah nya.

"Gadis bodoh" umpat David.

Dia kini sudah berana di apartemen milik nya. Dia cukup malas untuk tinggal di rumah mewah yang sayang nya terasa sepi itu.

Jadi dia lebih memilih tinggal di apartemen dekat kantor nya ini.

Jujur saja, dia adalah pria kaku yang cukup bodoh soal cinta. Karena selama hidup nya, tujuan nya hanya satu, sukses dan banyak uang.

Namun sekarang, hah justru terasa monoton dan tidak seru. Seketika dia menyesali masa SMA nya, kenapa dulu dia tidak pacaran saja untuk coba coba.

Menggelengkan kepala cepat, David segera mengusir bayang bayang tentang cinta.

Hidup nya terlalu berharga untuk memikirkan tentang cinta.

Dengan bertelanjang dada, dia menyeruput coklat panas nya dan memandang TV yang menayangkan film berbau dewasa.

"Membosankan!" gumam nya untuk kesekian kali.

Drtt.... Drtt....

Getaran ponsel membuat nya segera meraih ponsel itu dan membaca pesan yang tertampil disana. Pesan dari asisten nya.

"Eropa?" pikirnya.

"Sepertinya menarik!"

 
                                        •••

Vote!

.

My Possessive TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang