8 - Twins

33K 3.7K 374
                                    

HAPPY READING 🌙

-

Tangannya bergerak mengelus bingkai sebuah foto. Tiga orang tersenyum bahagia di dalam frame tersebut. Alula tersenyum, terus memandangi wajah ibu dan juga ayahnya.

Hana dan juga Yudha.

Mereka keluarga bahagia, dulunya. Sebelum tiba-tiba seseorang merusak semuanya.

Alula tidak membenci ayahnya, menurutnya sewaktu dia kecil, sosok ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Satu-satunya laki-laki yang pasti akan selalu ada disaat putrinya kesusahan, disaat putrinya membutuhkan gendongan dan juga bahu untuk mengeluh segala hal.

Alula menyayangi ayahnya, tapi tidak ingin mendapatkan suami seperti beliau.

Lalu saat dia melihat Ayah Rio, dia seperti jatuh cinta lagi untuk pertama kalinya. Dia selalu suka mengamati interaksi a
Ayah dan juga Bunda Felli. Kedua orang itu selalu romantis dimanapun, sudah beberapa kali melihat mereka berinteraksi, Alula tetap merasa semakin jatuh cinta dengan keduanya.

Menghela nafas, Alula mencium permukaan kaca foto itu. "Makasih, karena engga buang aku di jalanan."

Saat ini gadis itu sedang berada di kamarnya yang berada di rumah orang tua angkatnya. Mengambil buku-buku sekolah sekaligus mengemasi barang-barangnya untuk di bawa pindah ke kediaman keluarga Cakrawala. Dibawah kakaknya Victor menunggu di dalam mobil, tidak dirinya perbolehkan masuk karena dirinya hanya sebentar. Sekaligus takut nantinya kakaknya akan bertemu dengan seseorang di rumah ini.

Saat gadis itu baru saja memasukkan sebuah buku pada kotak, ponselnya berbunyi dan ternyata panggilan masuk dari kakaknya Victor.

"Halo?"

"Sayang, kenapa lama? Kamu baik-baik aja kan?"

"Baik kak, sebentar ya. Dikit lagi selesai kok." Ucapnya sambil menutup kotak yang mengisi barang-barangnya.

"Kakak masuk aja ya? Kamu berat nanti bawa barang-barang kamu turun."

"Ih engga usah, aku kuat kak. Lagian cuma sedikit."

Terdengar helaan nafas panjang diseberang sana. "Ya udah, dalam 10 menit kamu belum turun, kakak samperin ke dalem."

Alula tersenyum mendengarnya. "Siap, kapten."

Lalu panggilan terputus, Alula bangkit sambil mengangkat kotak ditangannya. Mengedarkan pandangan menelusuri kamar yang selama ini dia tempati selama bertahun-tahun. Rasanya berat sekali meninggalkan rumah yang selama kecil menjadi tempat kita berteduh.

Mengedarkan pandangan sekali lagi, Alula memilih melangkah keluar kamar menuruni tangga dan berhenti saat mendengar suara tv yang menyala dengan volume keras. Enggan peduli, Alula kembali melangkah, tapi celetukan sinis dari seseorang menghentikan langkahnya.

"Eh, anak pungut udah balik ternyata. Abis ngelonte kemana aja lo?"

Alula menghela nafas. Kata-kata kasar itu sudah sering dirinya dengar terlontar dari mulut Gaby yang katanya adalah kakak tirinya, anak dari kesalahan ayahnya yang tidur dengan wanita lain. Alula tidak paham dengan kronologi ceritanya, Dia hanya tau saat itu Gaby beserta ibunya tiba-tiba datang kerumahnya dan meminta pertanggungjawaban ayahnya untuk mengasuh Gaby.

Malam itu ternyata adalah awal dari petaka di keluarganya dan juga hidupnya.

"By, aku tau ini engga penting buat kamu. Entah aku hidup atau matipun mungkin kamu engga peduli-"

"Ya, udah. Kenapa engga mati ikut Ibu sama Ayah lo aja waktu itu?" Potongnya.

"Dengerin aku, Gaby. Aku cuma mau pamit sama kamu, jangan nungguin aku, walaupun kemungkinan itu engga akan terjadi. Aku mau pindah dari sini, mau tinggal sama keluarga baru aku yang ternyata adalah keluarga kandung aku."

Life Change (Possessive)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang