Chapter 17 part 3

363 57 9
                                    

"Akashi pasti sedang rapat atau semacamnya, Aomine. Cobalah hubungi 119, aku yakin mereka bisa diandalkan." Ucap Kagami. Aomine memilih menurut dan segera mengetik nomor 119 pada ponselnya. Dan benar saja, nada sambung terdengar.

"Dengan 119 di sini, apa masalahmu?" Ucap seseorang di seberang sana.

"Aku dan kekasihku berada di pantai Enoshima sekarang, lalu para pria berpakaian hitam mencoba untuk membunuh kekasihku dengan pisau." Ucapnya to the point.

"Lalu di manakah posisimu sekarang?" Tanya 119 lagi.

"Aku sedang bersembunyi di belakang rak penitipan barang." Jawab Aomine.

"Ah, begitu rupanya, jadi kau di situ." Ujar 119 yang membuat Aomine bingung.

"A-Aomine." Panggil Kagami yang membuat Aomine menoleh.

"Terimakasih telah memberitahu lokasimu." Ucap salah satu pria tadi dengan ponsel di telinganya.

"Sial!" Makinya. Dengan perlahan, ia berdiri. Begitu pula dengan Kagami.

Mereka dikepung. Tak ada yang bisa mereka lakukan sekarang. Keduanya saling menautkan jari mereka dan berdoa dalam hati.

"Wah, kau ini benar-benar sangat menyayangi kekasihmu, ya." Ucap salah seorang pria dengan luka gores di pipinya.

"Bisa-bisanya kau mengorbankan telapak tangan yang selalu kau gunakan untuk bermain basket hanya demi seseorang seperti dia?" Lanjutnya sembari menatap Kagami.

"Sialan." Desis Kagami hendak maju jika saja Aomine tidak menahannya.

"Tetap di belakangku, Kagami." Titah Aomine. Kagami hanya diam dan menurut. Ia tidak ingin membantah kekasihnya lagi seperti tadi dan menambah hal buruk terjadi. Sebagai gantinya, ia mengedarkan pandangannya, mencoba mencari seorang pengunjung pantai untuk dimintai bantuan.

"Percuma saja, kami telah mengosongkan pantai ini." Ucapan pria tadi mengalihkan perhatian Kagami.

"Bagaimana kau bisa tau kami ada di sini?" Tanya Kagami.

"Mudah saja, setelah mencari informasi teman-temanmu dan telah mengonfirmasi kepergian Akashi, kami memutuskan untuk mengikuti kalian berdua hari ini. Bukankah hal yang pasti bagi sepasang kekasih menghabiskan waktu bersama di luar pada hari libur nasional?" Jawabnya sembari memasang smirk.

Kagami diam. Ia benar-benar merasa bodoh sekarang ini. Jika saja dirinya tidak mengajak Aomine ke pantai, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Pria tadi tersenyum miring dan mengkode teman-temannya dengan menggunakan lirikan mata. Segera saja, teman-temannya mendekat ke Aomine. Salah satu pria dengan rambut mencuat kini mencengkeram tangan Aomine, namun ditepis jauh-jauh oleh pemuda bersurai biru tua itu.

"Jangan berani menyentuhku." Ucap Aomine dingin. Tatapannya benar-benar seperti seekor panther yang siap menerkam mangsa-mangsanya.

"Astaga, tatapanmu benar-benar mengerikan." Ucap pria dengan rambut mencuat diikuti tawa.

Bugh

Aomine memukul rahang pria di hadapannya dengan keras, membuat pria itu kini tersungkur. Tentu saja teman-temannya tak tinggal diam. Mereka menyerbu Aomine dengan bersamaan. Dan terjadilah baku hantam. Walaupun dengan kemampuan bertarung yang mengagumkan, tetap saja Aomine kewalahan. Satu lawan lima, apa-apaan itu?

Kagami hendak membantu, namun lagi-lagi Aomine mengatakan untuk tetap di belakangnya. Sesak rasanya saat melihat orang yang kau sayangi berada dalam posisi sulit, apalagi jika itu terjadi karena dirimu.

AhoBaka 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang