Chapter 15

330 56 3
                                    

Himuro menghembuskan napas untuk entah yang keberapa kalinya. Adiknya benar-benar tega tidak mengajaknya ke festival musim panas.

“Apakah Aomine-san lebih penting daripada aku?” Tanyanya pada diri sendiri.

Drtt drtt

Getaran pada ponselnya membuatnya menoleh. Serangkaian nomor tak dikenal tampil di layar ponselnya. Dengan segera, ia menjawab panggilan itu dan menunggu orang di seberang sana berbicara.

Moshi-moshi.”

Himuro terkejut mendengar suara di seberang sana. Suara yang sangat ia rindukan selama satu tahun terakhir ini. Suara yang selalu memenuhi pikirannya kala ia sedang sendiri. Suara yang selalu memenuhi hari-harinya apapun yang terjadi.

“Muro-chin, apa kau mendengarku?” Lanjut suara di seberang sana yang ternyata adalah Murasakibara.

“Apa itu kau, Atsushi?” Tanya Himuro setengah tak percaya.

“Maafkan aku karena tidak mengabarimu selama ini.” Ucap Muraskibara di seberang sana.

Himuro hanya terdiam. Ia terlalu terkejut hingga tak tau harus berkata apa. Ingin sekali ia bilang bahwa ia merindukan mantan teman satu timnya, namun apalah daya, ia tak punya keberanian.

“Maafkan aku karena tidak lagi memberimu ucapan ‘selamat pagi di pagi hari.” Lanjutnya.

Himuro masih terdiam. Perasaannya campur aduk sekarang ini. Senang, sedih, kecewa, marah menjadi satu.

“Maafkan aku karena telah melanggar janji kita.”

Ia tak kuat lagi. Air matanya mulai menetes kala mendengar kalimat dari Murasakibara.

“Dan maafkan aku karena membuatmu menangis.” Ucap Murasakibara lagi yang membuat Himuro terkejut.

“Aku tidak menangis.” Elak Himuro.

“Jangan berbohong, aku melihatmu.” Balas Murasakibara.

Himuro terkejut setengah mati. Ia melihat sekelilingnya apakah Muraskibara ada di sana. Namun nihil, tak ada siapapun di dalam kamarnya.

“Kau yang berbo-“

Tuk tuk

Ketukan di jendela kamarnya membuat Himuro menatap jendela itu dengan tatapan tak percaya. Dari sana terlihat siluet Murasakibara dengan jelas. Tak ingin menunggu lama, Ia segera beranjak dan membuka gorden jendelanya.

“Hai.” Ucap Murasakibara yang terdengar di telepon.

Himuro terdiam cukup lama hingga akhirnya tersadar dan berlari keluar kamar untuk membukakan pintu.

“Muro-chin.” Panggil Murasakibara saat melihat pujaan hatinya berada tepat di depannya.

Dengan segera, Himuro menghambur ke pelukan Murasakibara. Ia menangis di dalam sana. begitu juga dengan Murasakibara. Air matanya menetes membasahi baju yang Himuro kenakan.

“Maafkan aku.” Ucap Murasakibara.

Himuro melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah yang selama ini ia rindukan dengan sangat.

AhoBaka 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang