-satu

334 41 7
                                    

Satu; Satya dan Hatinya.






"Gimana?" tanya Geonu penasaran.

"Apanya?" Tanya Hesa santai sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Mereka tengah berada di kantin Fakultas Teknik, memakan makan siangnya sebelum kembali lagi masuk ke dalam kelas mereka.

"Ck. Satya lah. Udah sampe mana?" 

"Sampe mana apanya anjing." protes Jaya setelah mendengar kalimat Geonu yang menurutnya agak ambigu. 

"Yeee pikiran lu mah. Maksud gue tuh si Satya udah gimana, udah mau sama Hesa apa belom." jelas Geonu. 

Hesa yang paham dengan pelan menggelengkan kepalanya. "Masih gamau."

Geonu menghela napasnya, "Yang kemaren dia nolak lagi?" 

Hesa mengangguk, mengiyakan.

Hesa itu bagaimana ya, kalau dia mau sesuatu ya akan dia kejar sampai dapat. Tidak kenal yang namanya lelah. Padahal bukan satu atau dua kali Satya menolak dan menghindarinya. Kata Hesa, ya memang jalannya seperti itu, nanti juga dia mau. Mau diberitahu ratusan kali pun, kalau Hesa belum ingin menyerah, ia akan tetap mengejar, tidak peduli sebanyak apapun yang menghadang.

"Sa," panggil Geonu. 

"Hmm?" jawab Hesa tanpa menoleh, masih sibuk menghabiskan makanannya.

"Coba deh liat orang lain juga." 

Hesa paham kemana arah pembicaran Geonu. Paham sekali. Temannya itu penyayang sekali, tidak ingin dia terluka, sakit hati. Geonu tidak mau melihat Hesa seperti disia-siakan Satya lagi. 

"Banyak yang naksir sama lo, banyak yang mau jadiin lo pacar. Coba deh. Coba dulu, liat sekitar lo. Jangan cuma liat ke arah Satya." 

"Iya, Nu." 

"Lo mah iya iya mulu. Capek gua." omel Geonu lagi.

"Lo juga, main hp mulu. Bilangin tuh temen lo." ucap Geonu pada Jaya yang sibuk dengan ponselnya.

Jaya menoleh, meletakkan ponsel di meja. "Kalo kata gue mah, kejar aja terus."

"YA KAN??" Semangat sekali Hesa mendapat dukungan dari Jaya.

"Nanti juga bakal luluh. Selama masih bisa dikejar, ya kejar aja. Masa baru sebentar udah nyerah." 

"BETUL!!" Setuju Hesa penuh semangat, mengacungkan kedua ibu jarinya ke depan.

"Ck. Sebentar apanya nyet. Berapa bulan coba dia ngejar si Satya."

"Lu mah bukan temen gua, Nu. Dukung aja kenapa sih. Abis ini juga mau paling si Satya."

Geonu menghela napas, percuma. "Serah lo dah." 

——




"Eh, itu bukannya Satya?" Jaya menunjuk ke arah lelaki yang tak begitu jauh darinya. Hesa dan Geonu mengikuti kemana arah mata Jaya, ikut memerhatikan lelaki yang beberapa kali menyisir rambutnya ke belakang.

"Ngapain dia disini? Bukannya dia ga suka sama tempat kayak gini?" tanya Geonu penasaran. Masalahnya, mereka sekarang sedang berada di bar, banyak orang yang menghabiskan malam dengan minum minuman keras, merokok, atau menari dengan musik yang memekakkan setiap telinga.

Jaya mengendikkan bahunya, sementara Hesa berjalan menghampiri Satya yang terlihat sedang kesal. Satya berusaha menarik tubuh Jake dengan sempoyongan. 

"Butuh bantuan?" tawar Hesa setelah sampai di depan Satya yang kesusahan membawa Jake yang tipsy.

Satya menatap Hesa sekilas, berdecak kesal. Ia mengabaikan tawaran Hesa, dan berusaha kembali membawa Jake keluar dari sana. 

sereinWhere stories live. Discover now