Tiga; Candaan Isi Dunia
"Disamperin Sujin tuh, sama Prima." Ucap Jaya sambil mengarahkan matanya ke arah Sujin.
Mereka tengah berada di kantin Fakultas Teknik yang lumayan penuh sekarang.
"Mahesa," Sujin menepuk pundah Hesa, lalu mengambil kursi di sebelah Hesa. Sementara Prima dengan cepat mengambil es teh milik Jaya dan meminumnya.
"Brengsek, es tehnya belom gua minum anjir." protes Jaya sambil menarik gelasnya kembali dari Prima.
"Elah, pelit amat."
Sujin mengabaikan pertengkaran antara Prima dan Jaya yang sudah sering terjadi tiap kali mereka bertemu, lalu beralih pada Hesa yang masih memakan makan siangnya dengan tenang.
"Handphone lo kemana deh, gue ditanyain sama Mama lo dari kemaren."
"Ditanyain apa?" tanya Hesa tanpa melihat ke arah Sujin.
Sujin mengedikkan bahunya, lalu menyuruh Hesa untuk membalas beberapa pesan masuk dari Bundanya lewat ponsel Sujin.
"Kemaren lo disuruh ke rumah gue juga, gatau disuruh ngapain. Mama pulang kapan emangnya, Sa?"
"Masih bulan depan kalo ga salah."
"Papah lo?"
"Kapan ya, lupa. Abis Mama pulang dulu, baru Papah pokoknya. Kenapa?"
"Gapapa, nanya aja."
"Eh, lu pada udah tau belom si yang soal festival kampus bakal diajuin tanggalnya?" tanya Prima, membuka obrolan baru disana.
"Kapan emangnya?" tanya Hesa dengan mulutnya yang masih penuh.
"Bulan depan." jawab Prima.
Jaya menganggukkan kepalanya, "Masih lama lah. Kirain diajuin jadi minggu depan."
"Lama pala lo tuh!" amuk Prima. "Dalam sebulan tuh belom tentu gue udah ada gandengan tau. Gue bingung banget please harus bawa siapa ke festivalnya."
"Bukannya ada yang ngedeketin lo ya kemaren?"
Prima menggeleng, "Ga suka gue, adek tingkat. Gue lebih suka sama yang lebih tua."
"Dateng sendirian aja kan bisa kalo gaada pasangan." ujar Hesa santai.
"Ya gengsi, Sa." saut Sujin sambil tertawa ringan.
Prima kembali heboh. "BETUL!!! Masa Prima dateng ke festival sendirian gaada gandengan??? Mau ditaroh mana muka guee??"
Hesa mengedikkan bahunya. "Ya gapapa kali? Ga masalah juga?"
"Katanya taun ini emang disuruh bawa pasangan, Sa. Nanti kayak ada sesi acaranya sendiri gitu. Cuman belom tau deh ntar jadinya kayak gimana." jelas Sujin.
Sempat hening selama beberapa saat, semuanya menoleh ketika Satya yang sejak tadi diam, berdiri dari duduknya. Sujin yang mendapati wajah baru di meja, tersenyum sekilas.
"Eh, baru sadar ada wajah baru. Lo anak mana?" tanya Prima.
"Gue?" Satya menunjuk dirinya, dan dijawab anggukan oleh Prima.
"Ilkom." ucap Satya lalu mengemasi barang-barangnya."Gue ke kelas dulu." pamitnya pada Hesa.
Hesa mengangguk, lalu mengusap pelan kepala Satya. "Pulang jam berapa?"
"Jiakh, mesra amat Pak. Pacaran apa gimana?" celetuk Prima santai sambil memainkan ponselnya.
Tapi atmosfer di meja itu tiba-tiba saja berubah. Jaya diam, Sujin juga demikian. Sementara Prima menyadari kalimatnya yang mungkin keliru, dan Hesa yang menurunkan tangannya dari Satya.
YOU ARE READING
serein
RomansaHesa itu batu. Mau sebanyak apapun yang menentang, dia tidak akan kabur. Hesa itu satu, tapi kuatnya, bisa mengalahkan ribuan jiwa yang menuntut mundur. . Satya. Pemuda lembut yang akan menangis sekali saja kau robek. Jiwanya lemah, akan mundur beg...