Dua; Tawa dan Takdir Semesta
"Kata Bang Geonu lu nolak Kak Hesa lagi minggu kemaren?" tanya Nichol sambil menuangkan minum dalam gelas. Satya mengangguk, mengiyakan.
Nichol menghela napas, menatap ke arah Satya yang sibuk memakan camilan di depannya. "Kenapa?" tanyanya, yang tidak mendapat jawaban dari Satya.
Nichol mengambil duduk di samping Satya, ikut menonton serial televisi yang Satya putar siang ni.
"Kak Hesa baik kok, lo tau sendiri dia kayak gimana."
"Ya."
"Sebelum Kak Hesa-nya diambil sama orang. Jangan sia-siain dia, yang kayak gitu gak bakal dateng dua kali. Jangan sampe nyesel."
"Iya."
Nichol menghela napas sekali lagi, tidak puas dengan tanggapan Satya akan kalimatnya.
"Satya,"
"Apa?"
"Tau ah, yang ada emosi gue," Nichol berdiri, melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil beberapa buah dari kulkas, lalu kembali lagi duduk di samping Satya.
"Gue udah jadian."
"Iya, bagus deh." ucap Nichol santai sebelum akhirnya tersedak buah yang ia kunyah. "Anjingg??" Matanya melotot menatap Satya, benar-benar terkejut, padahal Satya santai saja tadi.
"Demi apa anjir… sama siapa… kok tiba-tiba lo mau…" ucap Nichol sedikit dramatis.
Satya memutar matanya, malas meladeni Nicholas yang membuatnya jengah.
"Bangsat, Satyaa!!" teriak Nichol karena Satya justru berdiri dari duduknya, meninggalkan Nicholas yang sudah penasaran dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ceritain cepet." ucap Nichol setelah Satya kembali dengan tangan yang membawa banyak makanan.
"Ngapain lo pesen makan siang doang sebanyak ini? Biasanya juga pelit banget anjir, minta gue yang bayar." Nichol membuka plastik yang tadi Satya bawa, menatanya dengan rapi di atas meja.
"Bukan gue yang bayar."
"Lah? Terus?"
"Kak Hesa."
"Anjing kok bisa??"
Satya melihat ke arah Nichol dengan malas. "Santai aja bisa ga sih?"
"Jangan bilang lo jadian sama dia." celetuk Nichol asal sambil mengambil potongan ayam disana. Satya mengangguk santai.
"Hah…"
"Iya, gue sama Kak Hesa."
"Lah? Sejak kapan? Katanya lu nolak dia?"
"Yang minggu kemaren emang gua tolak. Jadiannya baru tadi pagi."
Nichol diam sebentar, "Apa yang dipost sama dia tadi itu lo?"
"Hah? Post apa?"
Nichol mengambil ponselnya, membuka aplikasi dimana Hesa mengunggah foto yang tadi dilihatnya. "Ini."
YOU ARE READING
serein
DragosteHesa itu batu. Mau sebanyak apapun yang menentang, dia tidak akan kabur. Hesa itu satu, tapi kuatnya, bisa mengalahkan ribuan jiwa yang menuntut mundur. . Satya. Pemuda lembut yang akan menangis sekali saja kau robek. Jiwanya lemah, akan mundur beg...