BAB 2

5.6K 214 6
                                        

Selamat membaca guys :)













"Mati aku, mati aku!" Sheina berkendara dengan panik dan serampangan, berusaha secepat mungkin untuk sampai di kampus nya dan segera menemui kekasihnya yang tidak mentolerir sebuah keterlambatan itu. Sheina  berkendara dengan kecepatan diatas normal dan ketika ada celah dia langsung menyalip mobil lain, entah itu lewat sebelah kiri atau sebelah kanan.

"Shei...kalo lo naik mobil nya kayak gini, gue bisa jamin kita gak akan pernah sampai ke kampus. Karna malaikat pencabut nyawa udah didepan kita sekarang." Sahabat terbaik Sheina ini selain ingin memuntahkan semua isi perutnya saat ini juga dia ingin mati saja saat ini karena cara berkendara Sheina yang menantang maut. Jika tidak memingat bahwa Sheina adalah sahabat terbaiknya, maka dia tidak akan sudi satu mobil dengan Sheina dalam kondisi seperti saat ini. 

Sheina tidak menggubris perkataan sahabatnya, karena ia sangat fokus menyalip mobil mobil yang menghalangi jalannya. Seperti Sheina sedang berada di arena balap mobil. Sesekali mulutnya mengeluarkan sumpah serapah kepada mobil mobil yang tidak mau mengalah. Sesekali Sheina menghapus peluh di dahi nya.

Ya, walaupun pendingin di dalam mobil Sheina masih berfungsi dengan sangat baik, tapi adrenalin yang saat ini Sheina rasakan membuatnya berkeringat. Sheina takut dengan hukuman Samuel nantinya, karena memang Sheina sudah terlambat 10 menit dari apa yang diperintahkan Samuel untuk menyusulnya kekampus. Juga karena Sheina sendiri sebenarnya ngeri melihat jalan didepan nya, jalan sangat ramai tapi ia harus segera ke kampus.

"Sheina, please... kalo mau mati jangan ajak ajak gue. Gue belum nikah Shei." Rasanya sahabat Sheina ini ingin sekali melambaikan tangan nya pada kamera, memberikan tanda bahwa ia menyerah. Ia sudah tidak kuat. Cara berkendara Sheina sudah dilaur nalar rasanya.

"Diem Tara! lo ganggu konsentrasi nyetir gue aja!" Sheina menjawab rengekan Tara, sahabatnya. Dengan wajah yang tetap lurus kedepan. Tara langsung memasang wajah cemberut mendengar jawaban Sheina. Sheina tidak boleh kehilangan konsentrasinya, jika itu terjadi maka kata kata Tara tadi akan benar benar terjadi. Memikirkan itu peluh Sheina menetes semakin banyak.



15 menit kemudian...



Sheina bernafas lega karena akhirnya mereka berdua sampai dikampus dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun. Sheina tanpa menolehkan kepalanya untuk memastikan keadaan sahabatnya, langsung keluar dari dalam mobil dengan masih buru buru dan dengan membanting pintu mobil cukup keras hingga menarik perhatian sebagian mahasiswa yang melewati area parkiran.

"Tara, gue duluan." Tara melihat Sheina berlari memasuki kampus tanpa memperdulikan nasib naas nya. Tetapi Tara masih bisa medengar teriakan Sheina yang berpamitan dengan nya. Tara mendengus, memejamkan mata nya dan mengatur pernafasanya sembari menormalkan detak jantungnya setalah selama 15 menit lebih Tara dan Sheina tadi menantang maut.

Untungnya malaikat maut belum ingin mencabut nyawa nya. Tara bernafas lega untuk itu. Tara sudah selesai dengan cobaanya, tetapi Sheina masih akan menghadapi malaikat maut yang lain.





~~~~~~



"Sam.." Panggil Sheina dengan suara takut takut nya, sambil menyentuh pundak kekasihnya ragu ragu. Samuel menoleh dan sahabat sahabatnya menoleh mendengar panggilan Shiena. Samuel tersenyum miring melihat kondisi Sheina yang seperti habis melewati angin tornado untuk sampai ke kampus. Berantakan. Dan Sheina tidak perduli akan hal itu untuk saat ini.

"Hai Sheina.." Dengan kompaknya empat sahabat Samuel itu menyapa Sheina. Ada Ricky, Revan, Kenzo, dan juga Brian. Sheina hanya membalasnya dengan senyuman yang begitu terlihat dipaksakan.

POSSESSIVO [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang