Jemari-jemari kesepian saling menemukan di tengah remang. Sentuhan-sentuhan hangat saling terbagi, menguraikan pedih, mengikis luka. Telapak tangan mengusap sisa-sisa tetesan air mata yang belum mengering. Sepasang bibir bertemu dengan dahi, pipi. Apapun yang bisa dijangkau. Dekapan yang melingkar tak lagi erat, karena ada wajah yang ingin dilihat, diselami setiap fiturnya, dipatri dalam ingatan. Sudah terlalu lama. Sudah terlalu lama wajah itu menghilang. Sudah terlalu lama kehangatan tubuh itu lenyap tak tahu rimbanya.
Gong Jun ingin menghargai setiap menit, setiap detik yang berlalu. Setiap momen yang bergulir dengan A-Xu di sampingnya, bersamanya, ingin ia hirup dalam-dalam hingga mengisi seluruh relung dadanya, ingin ia kecap seutuhnya hingga ia ingat setiap rasa, ingin ia nikmati setiap bulirnya hingga otaknya penuh akan A-Xu, A-Xu, dan hanya A-Xu.
"A-Xu." Suara Gong Jun bergetar lirih, kedua tangannya masih melingkar hangat di pinggang ramping A-Xu. Lututnya lemas karena terjangan emosi. Ia masih bisa berdiri tegak karena sokongan tembok di balik punggungnya.
Di dalam redup kamar apartemen, A-Xu tersenyum lembut. Begitu hangat, begitu meneduhkan. Gong Jun melepas salah satu tangan, mendaratkannya di wajah A-Xu. Ujung jemarinya menyapu senyum itu, melukiskannya dalam ingatan.
"Sudah lama tak ada yang memanggil nama itu, Gong Jun. Orang-orang memanggilku ZheHan sekarang." Jari-jari A-Xu terselip di antara helai rambut Gong Jun. Karamel gelap itu memandangi wajah Gong Jun seolah ia ingin mematri setiap jengkal wajah Gong Jun di dalam memori. "Aku merindukannya."
Gong Jun menarik tubuh A-Xu kembali ke dalam dekapannya. Dibenamkannya wajahnya di rambut halus A-Xu yang beraroma mint, dan wangi manis bunga mawar.
"Aku sangat merindukannya, Gong Jun. Aku sangat merindukannya."
*
"Hu Xia sangat baik, Gong Jun. Dia memberiku tempat tinggal, mengajariku banyak hal. Dia memberiku kehidupan baru."
Gong Jun bersyukur ia tengah membelakangi A-Xu. Kalau tidak, A-Xu pasti akan melihat ekspresi gelap di wajahnya. Tatapan tajam Gong Jun masih tertuju pada omelet yang mendesis di penggorengan.
"Nama ini, dia pula yang memberikan. Bagaimana menurutmu, Gong Jun? Apakah kau menyukainya? Kau masih memanggilku A-Xu."
Gong Jun hanya mengangguk.
Bagi Gong Jun, dia tetap A-Xu. A-Xu nya seorang.
Gong Jun berjalan menuju meja dapur tempat A-Xu duduk mengamatinya memasak sedari tadi. A-Xu menyilangkan lengannya di atas meja, kakinya sesekali mengayun dari pijakan kursi. Ia tengah mengenakan kaos longgar milik Gong Jun. Kerah lebar kaos itu miring ke samping, menunjukkan pundak A-Xu yang seputih susu. Gong Jun mencoba untuk tak menatap terlalu lama.
Diletakkannya dua piring berisi omelet di atas meja. Rautnya melunak melihat mata A-Xu yang berbinar-binar menatap sarapan sederhana yang disiapkannya.
Gong Jun mendekatkan wajahnya ke arah A-Xu, perutnya menekan bibir meja. Dengan salah satu tangan yang bertumpu di atas permukaan meja yang tak bertaplak itu, ia mencondongkan tubuh dan menyentuh sisi wajah A-Xu dengan telapak tangannya yang lain.
A-Xu berhenti memandang kagum pada omelet beroles saus di atas piring.
"A-Xu, kau bisa tinggal denganku sekarang" Gong Jun mengusapkan ibu jarinya di pipi halus A-Xu. "Tinggallah bersamaku. Di sini."
A-Xu tersenyum lembut. Ia mengangguk. Kerlipan cerah menari-nari di mata beningnya. "Aku ingin tinggal denganmu, Gong Jun."
Gong Jun mengecup lembut kening A-Xu. Hangat menyeruak masuk mengisi celah-celah hatinya.
Kemudian, setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk berkata. "Dan tolong, jangan menyebut nama Hu Xia lagi kalau kau sedang bersamaku."
*
Ma WenYuan menatap penuh simpati ke arah seniornya yang tengah murung memandangi gelas berisi bir di depannya. Jemari pria itu berputar-putar mengelilingi bibir gelas yang telah basah. Suara berdecit timbul sesekali.
"Aku pikir Gong Jun tidak mengenalnya." Li Qianbei meratap.
WenYuan mengangguk. Dia juga berpikir demikian.
"Tapi kenapa mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu?" Li Qianbei merengek kepada gelasnya sebelum ia menenggak isinya hingga tersisa separuh.
"Mungkin aku tidak seharusnya meremehkan Jun-Ge." WenYuan tak tahu harus merasa bagaimana. Idolanya ternyata kekasih dari seniornya sendiri. Ironi macam apa ini?
"Seharusnya Zhao LuoHan menjadi milikku saja. Kenapa malah memilih manusia gua itu."
WenYuan hampir tersedak bir yang diminumnya. Sambil menepuk-nepuk punggung Li Qianbei, ia mendengus.
"Sudahlah, Qianbei. Kau bahkan tak bisa mengingat namanya dengan benar."
***
Biarkan Ku Mengejar Cahayamu
- Selesai -
a/n: Dan.... selesai ^^
Oh iya, buat yang belum tahu Hu Xia, dia yang ngisi OST Word of Honor yang judulnya WuTi. Dia sempet duet sama ZheHan bawain WuTi. Suka banget sama lagunya.
Sekali lagi, aku mau ngucapin terima kasih buat kalian yang sudah meninggalkan vote dan komentar. kalian baik banget 🥺. Love you, guys~❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Ku Mengejar Cahayamu 【END】
RomanceHutan bambu di desa tempat neneknya tinggal menyimpan sebuah rahasia yang tak pernah disangka-sangka Gong Jun sebelumnya.