Cahayamu, Abadi

775 140 36
                                    

Suara mesin fotocopy berdengung di dalam ruang persegi empat tak berpendingin. Lembar demi lembar kertas putih bercetakkan tinta hitam bermunculan dengan teratur dari dalam mesin besar itu, jatuh tertumpuk rapih di atas kompartemen di bagian bawah.

Cahaya yang berkedip-kedip hijau dari atas permukaannya lalu berhenti, begitu pula dengan dengungannya. Tak ada lagi lembar-lembar kertas yang mengantre keluar.

Dipungutnya tumpukan kertas yang telah menanti. Dengan telaten, dimasukkannya lembaran-lembaran yang masih lurus tak tertekuk itu ke dalam stopmap berwarna biru. Ia baru saja akan memulai menggadakan dokumen yang lain, saat aksinya terhenti oleh sebuah tepukan di bahunya.

Sebuah gulungan kertas yang tak terlalu tebal menempel di pundaknya ketika ia berbalik. Gulungan kertas yang terbendel dengan lakban hitam itu memberinya tepukan pelan sekali lagi.

Di ujung gulungan kertas itu, ada sebuah senyum yang lebih mirip seringai tertuju ke arahnya.

Li DaiKun memberinya tatapan itu. Gong Jun tahu, pria ini pasti menginginkan sesuatu.

Gong Jun mengangkat alis, tanpa kata menanyakan apa yang diinginkannya. Seringai DaiKun turun sepersekian senti.

"Pak Huang mau mentraktir semua orang di bagian pemasaran malam ini. Tidak, tidak." DaiKun menggerak-gerakkan gulungan kertas di tangannya dengan cepat ke kiri dan ke kanan, menyela Gong Jun yang bahkan belum sempat melontar penolakan. "Aku tidak mau mendengar alasan apapun darimu. Pokoknya kau harus ikut kali ini."

Bibir Gong Jun masih separuh terbuka, alasan klise sudah matang di ujung lidahnya. Namun kilat tajam di mata DaiKun tak memberi celah untuk sepenggal katapun keluar membela Gong Jun.

Gong Jun tahu raut wajah itu. Ia bisa mengenali sebuah raut kekhawatiran tanpa harus memicingkan mata untuk menelisik lebih jauh.

"Kau pikir aku tidak tahu kalau kau bekerja terlalu keras akhir-akhir ini? Aku tidak tahu apa masalahmu sampai-sampai kau ingin menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Tapi percayalah padaku, itu tidak akan bisa membantu."

Ujung sepatu Gong Jun terantuk tubuh keras mesin fotocopy. Lembaran-lembaran kertas hampir berhamburan ke lantai dari tangannya yang sedikit bergetar. Perih yang ia coba untuk tidurkan kini bangkit terbangun kembali, tersentak dari lelapnya.

"Lebih baik kita bersenang-senang. Ayo mabuk sampai malam. Aku akan menemanimu." Li DaiKun memasang sebuah senyum meyakinkan, tapi bayang simpati masih kental tertuang di wajah tampannya.

Gong Jun tak sadar tiga lembar kertas di tangannya sudah berkerut, teremas jemarinya yang kaku menegang. Ia tak menatap DaiKun, pandangannya kosong menembus jendela kaca yang terangkat tirainya. Di balik jendela persegi panjang itu, orang-orang bersetelan rapih berlalu lalang membawa folder, map, lembaran kertas. Ada yang duduk di meja menghadap komputer, ada yang berbicara di telepon dengan wajah serius bercampur gugup.

Pandangan tak fokus itu kembali menemukan sepasang mata penuh simpati yang menatap khawatir ke arahnya, sebuah remasan lembut di bahunya mengangkatnya dari lamunan. Gong Jun hampir memalingkan mukanya ke pintu kayu di belakang DaiKun.

"Sudah waktunya istirahat makan siang. Ayo kita ke kantin. Aku akan mentraktirmu." DaiKun tak menunggu persetujuan darinya. Ia menggenggam lengannya dan menyeretnya menuju kantin di lantai bawah.

Seperti gangguan dari DaiKun tak lagi cukup, seseorang lagi turut bergabung dengan mereka di meja persegi di pojok kantin. Seorang pria berparas lugu namun banyak bicara bernama Ma WenYuan.

Gong Jun hanya bisa merutuki nasibnya sambil mendesah pelan.

"Orang-orang tengah heboh dengan penyanyi baru yang muncul di YouTube minggu lalu." WenYuan mengambil sumpit, namun tak langsung mencomot kroket di nampan makanannya. "Aku tidak heran, sih. Penyanyi ini memiliki kharisma yang tak biasa. Suaranya merdu sekali, aku tak bisa berhenti mendengarkan. Dan wajahnya, ya ampun, wajahnya seperti seorang makhluk yang baru turun dari kahyangan."

Biarkan Ku Mengejar Cahayamu 【END】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang