Senyuman Seindah Mentari

1K 155 35
                                    


"Kenapa kau bisa menyentuhku?"

Mata cokelat gelap nan molek itu masih memantulkan campuran emosi yang berselang seling; terkejut, heran, tak percaya, takut. Bibir ranumnya terbuka sebagian, membentuk celah bulan sabit terbalik ke bawah. Wajahnya yang bersih sebening titik-titik embun sejuk di atas dedauan pagi hari mulai menyembulkan semburat merah muda tipis bak senja yang masih belia. Kedipan lambat dari kelopak mata berpayungkan bulu lentik itu memunculkan satu emosi baru yang terpantul jelas di permukaan beningnya; rasa penasaran.

"Siapa kau?"

Pergelangan ramping dan halus itu masih tergenggam nyaman di tangan Gong Jun. Tak ada usaha untuk menariknya lepas, tak ada tenaga yang dikerahkan untuk terbebas dari sana. Sosok indah itu hanya memandangi Gong Jun seperti sebuah artefak aneh berusia ribuan tahun.

"Aku... Gong Jun." Gong Jun berkedip seperti orang bodoh. Otaknya tak mampu menemukan kata di tengah terjangan pesona ayu dari pria di hadapannya.

Lalu, seperti kembang api yang disulut ujungnya, sesuatu berkilat merekah dengan cepat di mata bening itu. Seperti sebuah kesadaran yang dicekokkan secara paksa di benaknya yang tertegun, ia tersentak dari lamunan berselimut keheranan yang memerangkapnya.

Tangan hangat itu ditarik paksa dari genggaman Gong Jun, begitu besar tenaga yang digunakan hingga kaki Gong Jun tak bisa menahan lompatan spontan ke depan. Ia hampir menabrakkan tubuhnya ke jubah kelabu yang menjuntai hingga ujungnya menyentuh tanah itu.

"Apa kau penyihir?" Tuduhnya sengit. Mata itu tak lagi dipulas takut ataupun keterkejutan, melainkan kecurigaan yang perlahan menampakkan kilatnya. "Ataukah seorang dukun yang ditugaskan melenyapkanku?" jari telunjuknya diacungkan ke arah Gong Jun, rahang bawahnya menegang menahan kekalutan yang membuncah.

Gong Jun hanya berdiri di sana dengan mulut menganga dan mata terbuka lebar. Semua skenario yang ia susun di kepalanya tentang apa-apa saja yang ingin ia bicarakan dan tanyakan kepada sosok misterius yang telah menempati area spesial di hatinya itu luruh mencair menjadi genangan tanda tanya.

Untuk apa aku ingin melenyapkanmu?

"Kenapa kau hanya diam?" pria itu memasang posisi siaga, kedua tangannya berpose seperti hendak menghadapi sebuah ancaman.

"Apa yang kau bicarakan?" Gong Jun menanggapi tanya yang dilontarkan kepadanya dengan sebuah kalimat tanya yang lain. Dan itu membuat pria di depannya menjadi semakin kesal.

"Jangan pura-pura bodoh!" serunya, masih dengan tatapan menuduh penuh curiga.

Gong Jun tak ingin mengakui perasaan tersinggung yang datang menyapa.

"Tapi aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Gong Jun menjawab jujur. Ada setitik frustrasi yang tipis mewarnai nadanya bicaranya. "Dan kenapa pula aku ingin melenyapkanmu? Aku datang ke sini karena aku ingin menemuimu. Aku akui aku memang melihatmu diam-diam kemarin, tapi aku tidak punya maksud jahat. Aku hanya tidak ingin membuat kesan buruk. Karena itu aku bermaksud mencarimu dan menemuimu lagi hari ini. Aku ingin menemuimu dengan benar, bukan dengan mengintip diam-diam seperti kemarin. Mungkin dengan begitu aku bisa berkesempatan berkenalan denganmu dengan baik." Gong Jun menyelesaikan penjelasan panjangnya dengan sebuah tarikan napas yang berat, seolah ingin menghalau perasaan tak nyaman di hatinya.

Pria itu menurunkan level kewaspadaannya, tangannya bergeser sepersekian senti dari posisi siaga. Ia memandangi setiap inci wajah Gong Jun seolah ingin menilainya, menelitinya, menghakiminya. Ia seperti sedang mengecap penjelasan Gong Jun kata demi kata, mencoba merasakan adakah kebohongan yang tertabur dalam monolog yang diucap dengan penuh kesungguhan itu.

Biarkan Ku Mengejar Cahayamu 【END】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang