•Chapter 02 (Permulaan bagian 1)

9 4 0
                                    

Tanggal 22 Mei
.
.
.
.

   Di malam yang dingin dan disinari oleh rembulan purnama menambah suasana hutan yang penuh misteri.

   Seorang lelaki paruh baya berumur sekitar 30-an lari terbirit-birit dengan arah yang tidak jelas, saat menoleh ke belakang ia masih diikuti oleh lelaki yang mengenakan jubah hitam beserta senjata tajam yang dibawa ditangan lelaki itu yaitu ‘’sabit’’  bukankah ini sama dengan ‘’malaikat maut’’ yang siap menerkam mangsanya dari belakang?.

   [Apa-apaan ini!. Karakter ini tidak ada di buku list. Ck! Sial!, aku harus cepat kabur dari sini, jika tidak, maka aku akan mati sia-sia dan aku tidak mendapatkan kekayaan yang ‘’wanita’’ itu janjikan!.]

  Dengan pikiran tersebut lelaki paruh baya itu tetap berlari dan mengeluarkan handphone dari sakunya sambil mengambil item ‘SIGNAL’ dari buku list yang ia punya, agar ia dapat menelpon polisi yang dapat membantunya dari malapetaka yang menghampirinya.

   [Aku harus bergegas keluar dari sini! Cepat angkat!" kata lelaki paruh baya dalam hati.]
   "<Ya, dengan kantor polisi cabang Dioltas di sini ada yang bisa saya bantu?.>"
   [Syukurlah item ini masih berguna]

   Terdengar suara seorang operator dari handphone. Dengan nada yang ketakutan dam nafas yang tidak beraturan akibat berlarian tanpa henti, lelaki itu menjawab.  

“……….. Cepat Tolong Aku! Tolong...! Aku belum mau MATI! Tolong!’’

   Tiba-tiba ‘’sabit’’ lelaki yang mengejarnya mengenai punggung yang menembus bagian jantungnya sampai mengeluarkan darah yang sangat banyak bahkan sampai bisa menutupi bagian bawah badannya hal ini membuat ia menghentikan langkahnya dengan terpaksa dan diikuti dengan suara hantaman keras dari badannya yang menabrak tanah yang menandakan bahwa badannya telah terbujur kaku.

AAARGHHHHH!!!

   Badannya meronta-ronta kesakitan yang tidak bisa ia bayangkan. Tangannya yang agak bisa bergerak mencoba meraih handphone yang tergeletak di sebelah kiri badannya.

   [Ayolah tinggal sedikit lagi]

   Lelaki berjubah yang ada di hadapannya ternyata tahu apa yang sudah ia ingin lakukan.

"<halo… halo… pak, apa yang terjadi? Halo… bisakah bapak mendengar saya?>"

   Seketika handphone yang menjadi satu-satunya harapan diinjak dengan mudah didepannya.

   Kemudian, suara operator yang tidak terdengar lagi sekaligus suara retakan akibat gaya injakan yang dihasilkan lelaki berjubah hitam sedikit-sedikit mulai memudar dan kesadarannya terasa semakin terseret menuju sebuah kegelapan.

   [Sial padahal tinggal sedikit lagi….]
.
.
.
.
.

Mohon maaf atas keterlambatannya 🙏🙏
Karena lagi mempunyai banyak hal yang harus dilakuin maaf ya dan makasih banyak banget yang sudah membaca doa yang terbaik untuk kalian🙏🙏 sekian selamat membaca! Enjoy the story!

DiolitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang