00 part 1

21 4 0
                                    

Hallo guyss balik dengan chapter selanjutnya silahkan dibaca yaaa moga sukaa❤️❤️❤️
Tetap dukung cerita ini terusyaa ありがとう❤️❤️🙏🙏
.
.
.
....

Kelulusan, adalah hari yg paling membahagiakan, dan ditunggu-tunggu bagi siswa dan siswi karena kelulusan merupakan ending dari segala kegiatan yang selama ini mereka kerjakaan . Semua keluarga dan orang orang terdekat datang dan memberikan selamat, hadiah ,serta datang untuk menjemput anak-anak/saudara mereka. Tapi menurut Lica hari itu hari yang sangat buruk baginya, semangatnya, rasa bahagia saat menerima ijazah kelulusan, dan suara orang-orang sekitarnya seakan menghilang ditutupi dengan kesedihan, kecewa, dan kehilangan.

Dua jam sesudah acara kelulusan berakhir, Lica duduk di sebuah kursi taman. Sebuah taman kecil yang berada di sepanjang jalan raya protokol. Selain kursi yang didudukinya, tidak ada seorang pun duduk disana.

Hujan yang mulai turun sejak pagi tadi masih belum menunjukkan gelagat untuk berhenti meskipun hari sudah melewati siang. Rintik hujan yang menghasilkan bunyi tanpa henti itu menghasilkan hawa yang dingin sampai membuat Lica dingin menggigil. Padahal setelah memasuki bulan April ini, suhu mulai terasa hangat, tapi yang namanya cuaca terkadang susah untuk ditebak dengan akal pikir manusia.

Dengan setianya Lica masih menunggu sosok Kakaknya yang akan memberikan selamat serta hadiah yang telah dijanjikannya jika Lica mampu mendapatkan nilai diatas rata-rata. Dengan semangat serta ketekunannya yang dia punya, Lica mampu menunjukan keberhasilannya dan meraih nilai diatas rata-rata.

Lica memilih tempat ini karena merupakan tempat yang telah dijanjikan oleh kakaknya untuk bertemu. Jam menunjukan pukul 15.30, sebentar lagi hari akan sore.

"Kakak kok belum muncul-muncul ya? Apa dia terjebak macet?. Haaa...yang penting aku telepon dulu"
"< Nomor yang Anda tuju tidak dihubungi, Silahkan coba sesaat lagi>"
"Lho, tumben kakak enggak bisa dihubungi. Apa dia masih ada urusan penting ya?. Tapi kan ini udah sore seharusnya ini jam kakak boleh istirahat."

Lica terus menerus bepikir demikian karena menurutnya, kakaknya hampir tidak pernah tidak mengangkat telepon dari adiknya. Lalu Lica kembali menelepon kakaknya. Akhirnya telepon tersebut masuk.....
"Halo kak. Kakak ada dimana?" dengan nada senang.
"<Lica, kakak minta maaf karena tidak bisa datang dalam acara kelulusanmu. Lica hiduplah dengan bahagia, hiduplah yang menurutmu itu benar. Kakak yakin jalan apapun yang kamu pilih pasti benar>." Terdengar suara kakaknya yang lemas hampir seperti seseorang yang hidupnya tinggal menghitung detik.

''Apa maksud kakak? Aku tidak mengerti kenapa kakak berbicara seperti itu. Katakan bahwa ini lolucon yang biasa kakak buat kan?" Tanya Lica dengan nada yang terheran-heran karena ia tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi pada kakaknya.
"<INI BUKAN LOLUCON LICA!!....ini kenyataan!!, Kakak harap kamu mengerti karena ini adalah pesan kakak yang terak-.......Dorr!.....Tut tut tut>."
Suara sang kakak hanya sampai disitu yang sekaligus terdengar dengan suara tembakan yang mengarah kepada suara telepon kakaknya. Bersamaan dengan perkataan itu, perasaan Lica yang mendengar tadinya sebelum menelepon kakaknya senang berubah menjadi hancur dan pecah berkeping layaknya kaca.

''Kak.....hiks.....KAKAK......KAK!.....hiks...hik......Tidaaaaaaaaakkkkkk...KAKAK...!!'' teriakan histeris Lica tersebut tersenyapkan oleh derasnya bunyi hujan.
Tiba-tiba ada suara telepon masuk dari telepon Lica. Terlihat nama kakaknya yang tertera di layar heandphone. Lica pun mengangkatnya dengan wajahnya yang sedih dan air mata berlinang yang mengguyur wajahnya itu.

".......<Halo>" suara laki-laki yang memiliki suara agak serak. Lica tau bahwa ini bukan suara kakaknya tapi Lica tidak tau identitas siapa laki-laki ini dan mengapa dia menelpon dengan nomor milik kakaknya.
"Siapa kamu? Dimana kakakku!"Tanya Lica dengan nada ketusnya.
"<Aha.....kamu pasti adik perempuannya. Maaf ya aku sudah membunuh kakakmu...>"
Karena pernyataan yang terucap dari mulut laki-laki misterius itu terlalu jelas dan meremehkan, amarah Lica pun terpancing.
''AP-APA MAKSUD MU! APA MAU MU!'' Teriak Lica
"<Aku ingin kamu datang ketempat yang akan kukirim......>"
Berselang beberapa menit setelah ditelepon oleh laki-laki misterius tadi, pesan yang dia kirim pun muncul. Dalam pesan dia kirim tertera alamat, jalan Cerrelie Gray no. 12, gedung no. 3, lantai 5 ruangan no.21. Dibawa alamat tersebut terdapat kalimat "DATANGLAH KE TEMPAT INI SENDIRI" :).

Lica dengan kukuhnya tetap menyetujui dan datang sendirian ke tempat tersebut. Lokasi yang dikunjungi oleh Lica adalah tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumya. Semua itu untuk bertemu dengan laki-laki misterius yang tidak diketahui identitasnya.

Sebelum pergi ketempat tersebut Lica sebenarnya mempunyai niat akan menelepon polisi, tapi siapa yang akan mendengarkan cerita rengekan seorang anak SMA yang baru lulus, tidak mungkin polisi akan langsung mempercayai kata-katanya. Dengan pikiran yang barusan terlintas, Lica pun mengurungkan niatnya.
Jalan yang bekelak-kelok, hujan deras mengguyur jalanan tanpa henti disertai suasana yang dingin dan terkesan gelap. Padahal Waktu baru menunjukan pukul 18.00, sudah dua jam suntuk ia menghabiskan waktunya untuk mendatangi laki-laki itu bersama dengan taksi yang membawanya ketempat dia maksud.

Lica telah tiba di tempat yang dituju. Dari sanalah ia langsung memasuki gedung no.3 yang memiliki lantai berjumlah ganjil yaitu lima, dengan cat yang sudah usang serta memiliki dinding yang sudah retak. Setia lantai dalam gedung tersebut memiliki 5 ruangan besar berukuran 8m x 8m. Kelihatan sekali bahwa gedung ini sudah lama ditinggali. Dengan hati-hatinya Lica langsung menuju ke lantai 5 melalui tangga yang tersedia.
Tibanya Lica di lantai 5 ruangan no.21, ia terkejut bukan kepalang Karena ia menemukan kakaknya terkapar bersimbah darah yang mengalir sampai kebawah kaki Lica.

"KAKAAAAAK!!" teriak Lica yang secara reflek kedua tangannya langsung memeluk tubuh kakaknya yang bersimbah darah, suhu badan yang dingin, dan muka yang terlihat pucat. Lica pun menangis tersenduh-senduh tanpa henti. Sungguh kenyataan yang sangat tragis, keluarga satu-satunya yang ia sayangi serta alasan Lica bisa hidup sampai saat ini ditemukan tak bernyawa dan meninggal dengan luka tembakan yang menembus jantung dari dada sang kakak.
"Oh....ternyata kamu sudah datang. Bosan tau menunggumu. Tapi tidak apa-apa, toh kamu sebentar lagi akan menyusul kakak Arvin mu tersayang."

Teriakan yang Lica buat terdengar oleh laki-laki yang membunuh kakaknya. Tampak Sesosok laki-laki memandang Lica berjarak 60 cm dari depannya, berusia sekitar 25-30 tahun, memiliki tubuh yang tinggi sekitar 180 cm, memakai topeng vintage hollywood sedang tersenyum, tapi seyuman topeng laki-laki itu sangat menyeramkan.

"APA YANG KAMU LAKUKAN TERHADAP KAKAKKU!". Mendengar kalimat yang terlontar kepada Lica membuat amarah Lica memuncak.
Pertanyaan yang ditunjukan kepada laki-laki itu tidak dijawab dengan semestinya. Kemudian dia mengeluarkan pistol yang mengarah ke Lica
Dorrr!.................

.
.
.
.
.

Apa yang terjadiiiiiiiiiiiiii..........
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Okeeee semuaaaaaa gimana? Ceritanya? Seru? Bagus? Bosenin:')?
Aku terima kok coment aj ya apa yg kurang ntr aku perbaiki :).
Makasihh udh membaca terus dukung novel iniii ya shalom🙏.
..... kemungkinan chapter selanjutnya habis aku ulangan jadi tunggu ya;).

DiolitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang